Naura (22 tahun), seorang ipar yang justru begitu dekat dengan keponakannya, yakni Maryam.
Maryam kerap mengatakan pada Zayad (30 tahun) ayahnya, jika dirinya ingin memiliki seorang ibu. Pertanyaan yang aneh bagi Zayad, sebab Maryam jelas memiliki ibu yang masih hidup bersamanya. Namun Maryam selalu menjawab, "Mama tidak sayang Maryam, Papa."
Salma (27 tahun), istri Zayad dan seorang wanita karir. Kehidupannya full menjadikan karir nomor satu baginya. Salma menyuruh Naura untuk menjaga puterinya selama ini. Namun bagi Salma, Naura layaknya seseorang yang bisa ia atur-atur sesuka hatinya. Sebab, Naura terlahir dari istri kedua ayah Salma.
Kehidupan Naura selama ini, ternyata penuh akan air mata. "Aku tidak meminta untuk dilahirkan dalam situasi seperti ini. Tapi mendiang ibuku selalu bilang, agar aku tetap menjadi orang yang baik." lirih Naura dengan air matanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Ryn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19
* * *
Naura membuka matanya di dini hari ini, setelah mendengar alarm di pukul 03 pagi. Kebiasaan wanita itu yang selalu bangun di jam sekian, untuk melakukan shalat Tahajud, dan menunggu waktunya Subuh dengan berzikir dan mengaji. Namun, Naura meringis memegang kepalanya yang sedikit pusing.
Naura tetap bangkit, walau tubuhnya kurang fit saat ini. Wanita itu menuju kamar mandi, membersihkan diri dan mengambil wudhu. Di tengah aktifitas itu, pikirannya tentu terus terganggu atas kejadian mengerikan tadi malam. Naura bahkan berharap itu semua hanyalah mimpi.
Naura kemudian menunaikan shalat Tahajud dengan khusyuk. Begitu terasa hikmat, tak lupa berdoa kepala Allah. Meminta kepada Allah, atas petunjuk akan kejadian tadi malam. Tentang apa yang harus Naura lakukan sekarang. Air matanya mengalir, hatinya begitu terasa sakit saat ini. Naura membayangkan betapa kasihan nasib Zayad dan Maryam, diperlakukan demikian oleh Salma.
Pagi itu pun dihabiskan Naura untuk bermunajat kepada Allah. Dengan khusyuk dan sepenuh hati. Tentu hal yang mengharukan, ketika seorang ipar mendoakan dengan penuh hikmat atas kehidupan kakak ipar dan keponakannya. Naura berharap, ada jalan keluar untuk semua ini. Ia berharap, Allah memberikan teguran kepada Salma dan Brian.
"Ya Allah, terkadang Naura berpikir..hidup Naura terasa sulit selama ini. Tetapi, nyatanya Engkau menunjukkan pada hamba, jika ada hidup yang lebih mengerikan daripada hidup hamba sendiri. Ya Allah, apakah ini juga termasuk teguran untuk hamba, agar selalu bersyukur? Kak Zayad dan Maryam, adalah orang baik ya Allah. Begitu tega kak Salma melakukan hal ini pada mereka. Hamba mohon kepadamu, ya Allah. Tolong berikanlah jalan dan petunjuk untuk kami semua. Atas semua masalah ini. Aamiin Allahumma Aamiin."
* * *
Zayn menautkan alis, terus menatap ke arah Naura di saat mereka briefing pagi ini khusus di divisi Keuangan. Naura terlihat tak bersemangat dan sedikit pucat. Wanita itu memang cantik natural, kulitnya yang bersih dan bibirnya merona pink natural. Dan kali ini, bibir itu terlihat sedikit memucat.
Zayn selaku kepala divisi yang sedang memberikan arahan, jadi tidak fokus sebab terus memperhatikan Naura. Begitu usai memberi arahan, mereka semua kembali ke meja kerja masing-masing. Zayn kemudian datang mengetuk pelan dinding sekat ruangan kerja Naura. Naura sedikit tersentak, "Ya, bos?"
Zayn tersenyum tipis, ia membawa sebuah berkas dan ia letakkan di atas meja kerja Naura. Namun, Naura tersentuh saat Zayn juga meletakkan pelan sebotol minuman penambah energi untuk Naura. Pria itu tersenyum manis, "Minumlah, kamu terlihat kurang fit."
Naura tersenyum mengangguk, "Terima kasih."
Zayn mengangkat satu tangannya dan berkata pelan, "Semangat."
Naura tertawa kecil, Zayn pun pergi menuju ruangannya kembali. Wanita itu kemudian menatap botol minuman tersebut. Ia merasa terharu dengan kebaikan Zayn selama ini.
Hari-hari pun di lewati Naura dengan cukup menguras energi. Efek kehujanan tadi malam, sepertinya membuat kondisi wanita itu kian drop saja. Namun, Naura menahannya agar tetap terlihat biasa. Wanita itu merasa tidak enak hati jika tidak masuk kerja, apalagi ia masih pegawai baru di perusahaan tersebut.
Siang ini, Naura pun memilih tetap di ruangannya untuk istirahat sejenak. Semua rekan kerja termasuk Zayn sudah keluar di jam istirahat. Zayn tadi mengajak Naura juga, namun wanita itu menolak dan mengatakan ingin istirahat sebentar saja. Zayn mengerti, pria itu pun menyuruh Naura untuk tidur sebentar.
Dan hal tak terduga, atau sebuah kebetulan semata kini terjadi. Sudah beberapa minggu Naura dan Zayad tidak ada komunikasi, dan jika pun berkomunikasi hanya sekedarnya saja. Membahas pekerjaan, atau di saat Naura menemui Maryam di hari minggu. Hanya sebatas itu saja, setelah saat itu mereka memutuskan untuk ke jalan masing-masing yang lebih baik lagi.
Kini, Zayad bermaksud ke ruangan Zayn meletakkan sebuah berkas yang tadi di bawa Zayn ke ruangannya, namun adiknya itu lupa membawanya lagi. Zayad pun berinisiatif mengembalikannya sendiri. Pria itu berjalan tenang, menuju lantai divisi keuangan berada. Hingga tiba disana, Zayad kini tertegun menatap Naura yang sedang membaringkan kepala dan kedua tangannya di atas meja. Zayad mengira jika wanita itu terlihat sedang tertidur.
Zayad melangkah pelan, bermaksud tak ingin mengganggu. Naura juga tidak mendengar langkah kaki Zayad. Hingga, Zayad terhenti dari langkahnya kala ia mendengar suara isakan tangis dari Naura. Hati pria itu kembali terpanggil, Zayad pun menuju Naura berada.
"Naura, kamu kenapa?"
Deg,
Naura tersentak, ia dengan cepat mengangkat kepalanya dan mengusap air matanya. Naura menelan ludah kasar menatap Zayad. Pria itu spontan mendekat, menarik kursi dan duduk di hadapan Naura.
"Ada apa? Kenapa menangis?"
Naura menatap Zayad dengan sungkan, wanita itu menggeleng, "T-Tidak apa, kak. Hanya sedang sedih saja."
Zayad memperhatikan lekat wajah Naura, "Kamu sakit, ya? Wajah kamu pucat sekali."
Naura menggeleng pelan kembali, "Tidak apa-apa, kak. Naura hanya kurang enak badan sedikit saja. Naura bisa kerja kok, kak."
"Yakin? Kamu pulang saja, ya? Aku pesankan taksi. Kamu istirahat saja di kost an."
Naura kembali menggeleng, "Nggak, kak. Benar kok. Naura nggak apa-apa, Naura sehat."
Zayad menghela nafas berat, ia menatap kembali dengan lekat wajah wanita yang ia sukai tersebut. Hingga Naura tentu merasa risih, "Kak, tolong..jangan seperti itu melihat Naura."
Zayad pun spontan menunduk cepat dan berdiri, "Astagfirullah. Maafkan aku, Naura. Maaf."
Naura mengangguk mengerti, "Kak..ah maaf, bos ada perlu apa? Mau antar berkas itu? Sini Naura berikan nanti pada bos Zayn." ujar Naura menatap berkas di tangan Zayad.
Zayad justru menatap Naura dengan sendu, Naura tentu kembali risih dan sungkan, "Kak, hentikan."
"Kamu jangan sedih-sedih begitu, Naura. Aku jadi khawatir."
Mata Naura membulat, ia menelan ludah kasar dengan dada yang begitu menyesakkan. Apalagi, saat ini ia menatap wajah Zayad, dan teringatlah kejadian buruk Salma tadi malam. Itu membuat hati Naura seketika merasa perih.
"Kamu bilang, kita harus hidup seperti di awal lagi. Kamu bilang, kita harus bahagia. Aku udah coba, walau sulit. Dan kamu, juga harus begitu, Naura. Kamu juga harus bahagia."
Seketika air mata Naura mengalir, hati Zayad mencelos perih menatap sang gadis. Zayad mengambil sapu tangan di saku jas kerjanya, pria itu sedikit mendekat dan mengusap pelan air mata Naura. Zayad kemudian tersenyum tipis dan terlihat begitu getir.
"Jika katanya mencintai yang benar itu, adalah melihat orang yang kita cintai bahagia walau tanpa kita, maka..aku ingin kamu seperti itu, Naura. Berbahagialah, walau aku..nggak bisa memilikimu."
Pecah sudah, Naura memejamkan matanya dengan air mata yang semakin berlinang. Namun, lidahnya terasa keluh untuk berucap. Zayad meninggalkan sapu tangannya di atas meja, pria itu juga meletakkan berkasnya di atas meja Naura. Kemudian, Zayad meninggalkan ruangan tersebut.
Begitu Zayad pergi, Naura terduduk lemah. Wanita itu memegang sapu tangan Zayad, dan menciumnya dengan tangisannya. "Ya, kurasa..aku pun mencintai kamu, kak Zayad." lirihnya dengan begitu memilukan.
* * *
bawa seblak untuk bekalnya, naoura 🤭🤭
Next thor
tingal nunggu si salma jadi .ubi gosong
🤣😅😁😂