Hari bahagia yang harus nya menjadi milik nya ternyata bukan milik nya. sakit, kecewa itu yang Vania rasakan. Mencintai orang yang tak mencintai nya selama ini. Sang pria mencintai nya hanya karena kasihan.
Yuk baca hanya di Novel Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anisah Cute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Saat malam hari Vania sudah pulang lebih awal untuk bersiap menyambut kedatangan Daffa yang berjanji akan datang untuk melamar diri nya.
Saat dia sedang menunggu di teras sebuah mobil yang tak asing masuk ke halaman rumah nya. Vania berdiri dengan senyum mengembang saat melihat siapa yang turun dari mobil.
"Maaf ya sayang saya telat ya datang nya?" tanya Daffa.
"Engak kok! Ayo masuk ayah sudah nunggu kamu dari tadi." ajak Vania.
Daffa masuk setelah dia mengucapkan salam. Mereka bertiga duduk di ambal yang di bentang oleh Vania. Karena di rumah Vania tak ada kursi maka nya dia menggelar ambal berwarna biru untuk alas duduk mereka semua. Vania membuat kan Daffa teh dan ayah nya kopi dengan cemilan di toples.
"Di minum nak Daffa biar gak tegang." ucap ayah Vania yang menatap heran Daffa yang datang seorang diri saat acara yang penting.
Daffa meneguk sedikit teh buatan Vania dan langsung mengutarakan niat nya untuk mengajak Vania bertunangan, sangking gugup nya dia lupa jika tanggal itu juga dia dan Clarissa akan bertunangan di gedung yang mewah.
"Ayah kedatangan saya kesini untuk mengajak Vania putri ayah bertunangan satu minggu lagi. Apa ayah mau memberi restu?" tanya Daffa.
Herman sekilas menatap wajah putri nya yang terlihat bahagia saat Daffa ingin mengajak nya bertunangan.
"Ayah sih gak masalah semua tergantung Vania. Mau tanggal berapa pun Ayah gak masalah, Tapi menurut ayah sebelum bertunangan sebaik nya kedua orang tua mu datang berkunjung terlebih dahulu Daf, agar ayah bisa mengenal kedua orang tua mu." ucap ayah Vania.
"Iya ayah akan Daffa akan usaha kan agar meraka bisa datang ke rumah ayah sebelum kita bertunangan." ucap Daffa dengan santai memastikan agar ayah Vania percaya.
"Kalau boleh tau acara nya dimana nak?" tanya sang ayah.
"Di rumah ini saja yah biar Daffa yang datang bersama keluarga." ucap Daffa.
Setelah pembicaraan tentang pertunangan antara Daffa dan Vania yang di setujui oleh sang ayah, Daffa pamit pulang karena hari sudah malam.
Herman sebenar nya tak ingin memberi restu, saat Daffa datang melamar sendiri putri nya tanpa kehadiran kedua orang tua nya. Tapi saat melihat wajah bahagia putri nya dia terpaksa merestui Daffa untuk bertunangan dengan putri nya. Itu lah dia meminta Daffa membawa kedua orang tua untuk berkenalan dengan diri nya sebelum acara pertunangan.
Saat Vania akan membawa gelas bekas Daffa dan ayah nya ke dapur, sangat ayah bertanya, hingga membuat Vania tak jadi membawa gelas kotor itu ke dapur.
"Nak! Apa kamu yakin mau bertunangan dengan Daffa. Bukan apa nak ayah tak ingin kamu di sakiti."
"Yakin ayah. Vania sudah kenal Daffa hampir 4 tahun ayah." jawab Vania dengan tersenyum bahagia saat mengingat sebentar lagi dia akan bertunangan dengan pria yang sangat dia cintai.
"Ayah tau nak kamu memang sudah mengenal Daffa selama 4 tahun. Tapi apa selama itu kamu pernah sekali saja bertemu dan berkenalan dengan kedua orang taunya, setidak nya apa dia pernah mengajak kamu kerumah nya?" tanya sang ayah.
Mengingat itu Vania terdiam dia sadar jika selama ini dia tak pernah sekali pun di perkenalkan kepada kedua orang tua Daffa. Tapi Vania tetap tersenyum di hadapan sang ayah dia tak ingin ayah nya bersedih saat melihat dia bersedih.
"Nanti Vania minta Daffa untuk mengajak Vania bertemu dengan kedua orang tua nya ayah." ucap Vania.
Herman hanya bisa menatap sedih putri nya dia berharap Daffa tak menyakiti dan mempermainkan perasan putri nya. Setelah membersihkan semua nya Vania masuk kedalam kamar dan berbaring di kasur tanpa ranjang. Dia menatap langit - langit kamar nya dia memikirkan semua ucapan sang ayah dan dia mengingat semua ucapan Daffa.
"Apa yang membuat kamu tak bisa memperkenalkan saya kehadapan kedua orang tua mu. Apa kamu malu memperkenalkan saya yang hanya anak seorang kuli bangunan?" tanya Vania seorang diri.
Dia sadar saat Daffa datang melamarnya tanpa kehadiran kedua orang tua nya dengan alasan kedua orang tua nya ada urusan di luar kota. Vania terus berpikir hingga dia tertidur.
*******
Di tempat Daffa saat dia selesai melamar Vania dia pulang kerumah dan duduk di dekat kolam ikan. Arvin yang melihat Daffa duduk di dekat kolam mendekat kearah Daffa.
"Jadi kamu melamar Vania malam ini?" tanya Arvin.
"Iya jadi barusan saya sudah datang kerumah ayah nya untuk mengajak Dia bertunangan."
"Apa kamu sudah gila Daf. Siapa sebenarnya yang kamu cintai? Jika kamu mencintai Vania maka lepaskan Clarissa, jika kamu mencintai Clarissa lepaskan Vania dia gadis baik Daf tega kamu nyakitin gadis yang tulus dan percaya dengan kamu sepenuhnya."
"Saya gak bisa memilih Arvin saya mencintai Vania walau dia tak ada waktu untuk saya. Saya juga mencintai Clarissa karena dia lemah dan butuh Saya." ucap Daffa.
"Terserah yang jelas saya kasihan terhadap Vania yang tulus sama kamu tapi kamu khianati dia." kesal Arvin terhadap saudara nya.
Arvin memilih masuk kedalam rumah dan membiarkan Daffa seorang diri. Daffa sebenarnya membenarkan semua ucapan saudaranya tapi dia tak bisa melepaskan Vania. Dia mencintai Vania dan juga Clarissa.
******
Saat pagi seperti biasa Vania pergi kekampus dengan di antar oleh ayah nya dan saat sampai di kampus dia melihat Aurora dan langsung mendekat kearah Aurora.
"Hai Ra. Itu kue sudah jadi mau di kirim oleh pegawai toko atau di ambil sendiri?" tanya Vania.
"Nanti saya tanya mama ya mau nya gimana. Ayo kita masuk." ajak Aurora.
Aurora sadar jika dia menutupi perselingkuhan kekasih Vania dengan kakak nya. Mau bagaimana lagi dia tak bisa berbuat apa pun. Dia hanya bisa mencari tau apa Daffa sudah memutuskan hubungan nya dengan sahabat nya atau belum.
"Oh iya bagaimana hubungan kamu sama Daffa? setelah Daffa lulus?" tanya Aurora.
"Baik. Oh iya ada kabar bahagia." ucap Vania.
Saat dia akan menceritakan tentang ajakan Daffa bertunangan bel masuk berbunyi hingga membuat Vania mengurungkan niat nya untuk bercerita.
"Kabar apa Van?" tanya Aurora dengan rasa penasaran.
"Nanti saja sudah masuk. Ayo kita masuk kelas jangan sampai kita di hukum hanya karena kita ngobrol." ajak Vania.
Aurora terpaksa ikut masuk karena Vania tak jadi bercerita, saat mendekat suara bel masuk. Dia sangat penasaran dengan kabar yang di ucapkan oleh Vania. Sedangkan Vania tersenyum sendiri saat mengingat semalam Daffa datang dengan niat baiknya.
kan kalian sepasang kekasih
Dasar daffa lelaki brengseknya gak ketulungan😠😠😠😠
mau Sam Vania,tapi tidak mau melepaskan anak manja itu
dan rakus
untung z Arvin keburu datang,, nikahin Vania Vin,, Vania udah minum obat buat P*r*n*s*ng, kasian dia takutnya malah tersiksa,,,
Arvin lg luka z bisa²nya ya curi² kesempatan/Facepalm/ btw Arvin harus bangga loh karena dia pria pertama yg bisa cium Vania/Chuckle//Chuckle/
siapa ya kira² yg mau culik Vania??Daffa kah??
yakin bgt si pasti orang tuanya si Daffa gak bakalan merestui hubungan kalian.