Karya ini dibuat dari hasil pemikiran Author dan hanya Rilis di Noveltoon.
Mohon maaf apabila ada kesamaan tempat dan nama karakter dalam cerita.
Pernah melihat tempat makan yang selalu ramai pengunjung?
Apa yang ada dalam benak kalian?
👉🏻 Rasa yang enak?
👉🏻 Viral?
👉🏻 Murah?
👉🏻 Instagrammable?
👉🏻 Pesugihan?
Jaman sekarang jarang sekali orang akan berpikir bahwa warung atau tempat makan tersebut memakai ilmu pesugihan khususnya untuk anak-anak muda yang kekinian.
Tempat ramai akan dengan cepat menjadi viral jadi mereka hanya beranggapan bahwa makanan ditempat tersebut lagi tren.
Apa masih ada yang menggunakan pesugihan?
Ada!!! mungkin hanya segelintir orang saja dan niat nya hanya untuk menarik pelanggan agar makan ditempat tersebut.
Ingat!!!
Saya tidak mengajak kalian untuk mempercayai hal seperti ini dan bagi yang tidak percaya mohon hormati orang yang memiliki kelebihan untuk hal spritual baik di dunia online maupun real.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pitriyani Calam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedai Yang Lebih Luas
Melihat istrinya mulai rapuh Ki Idam memeluknya. "Sabar ya, aku hanya nggak ingin keluarga mu semua menghina kita apalagi membedakan anak-anak kita dengan anak-anak saudara yang lain" jujur Ki Idam merasa sakit hati atas perlakukan mertua nya
"Masalah ini sudah di bahas, mas. kita juga sepakat untuk selalu berjarak dengan keluarga ku. Anak-anak nggak akan ketemu kakek neneknya lagi" Rahayu memeluk suaminya
"Bunda harus kuat supaya mas juga kuat menghadapi ini semua, mas sayang sama kalian dan juga mas nggak mau kalian di rendahkan oleh siapapun" Ki Idam mencium kepala istrinya
"Kalau mas sayang kami, pulang lah kerumah jangan disini" pinta Rahayu sangat berharap bisa berkumpul dengan Ki Idam
"Ada saatnya nanti mas akan pulang, percayalah sama mas" Ki Idam
"Selalu aja begitu jawabannya, akan ada saatnya. Ya kapan saat itu tiba mas, aku punya suami tapi bagaikan janda yang statusnya digantung bahkan warga pun menjadi lebih protektif kepada suami-suaminya agar nggak tergoda dengan ku" Rahayu akhirnya mengeluarkan uneg-uneg
"Mas janji nggak akan ada warga lain yang berpandangan negatif sama kamu lagi" Ki Idam serius
"Biarkan saja mas, toh apa yang mereka bicarakan benar. Kalau aku punya suami pasti suami ku akan selalu ada untuk ku dan anak-anak. Ini mas datang dan pergi begitu saja seolah aku wanita bayaran kamu, mas. aku yakin warga juga pasti curiga dari mana uang-uang yang aku dapat sedangkan hidupku seorang diri dengan dua orang anak dulu" tutur Rahayu sedih
"Besok kita pulang sama-sama, menghabiskan waktu bersama ya" Ki Idam menenangkan Rahayu
"Selama nya?" tanya Rahayu berharap
"Seminggu, tapi aku janji setiap menitnya akan ada untuk mu. Menghabiskan waktu bersama jalan-jalan menikmati hidup bertiga dengan Harry kalau perlu cucu kita juga di ajak" Ki Idam semangat
"Ternyata sama aja aku punya suami hanya seminggu selebihnya kembali menjadi janda gantung" sinis Rahayu
"Jangan bicara begitu sayang, ucapan adalah doa. Nggak akan aku menjadikan kamu janda berani sumpah aku" Ki Idam serius
"Secara nggak sabar kamu sudah membuat aku menjadi janda, mas" kesal Rahayu meninggalkan Ki Idam di meja makan
"Bunda" panggil Ki Idam dengan suara lembutnya tetapi diabaikan oleh Rahayu
"Ah sial, kenapa sekarang Rahayu mulai protes sih. Aku nggak bisa kalau Rahayu marah begini" Ki Idam frustasi melihat istrinya cuek
Ki Idam memikirkan cara agar Rahayu tidak mengambek lagi dan segera memaafkan dirinya.
"Sayang" panggil Ki Idam di dalam kamar
"2 minggu ya sayang aku dirumah" Ki Idam, dia pikir tidak ada salahnya berlama bersama keluarga
"1 bulan, nggak bisa ditawar" final dari Rahayu
"Kerjaan mas bagaimana, sayang" bujuk Ki Idam
"Selama ini kamu mementingkan pekerjaan ya sekarang penting kan keluarga terlebih dahulu. Usia kita sudah nggak muda lagi mas hanya menunggu waktu siapa yang lebih dulu di ambil sama Allah" Rahayu
"Oke sebulan, selama sebulan kita senang-senang" Ki Idam pasrah dari pada rumah tangganya berantakan cuma gegara hal sepele.
"Awas aja sampai bohong, aku bikin kamu kehilangan hal yang kamu cintai" ancam Rahayu
Pasrah, ya saat ini Ki Idam hanya bisa pasrah tanpa membantah dari pada dia kehilangan Rahayu.
Hari terus berjalan, usaha pak Min semakin di kenal banyak orang. Mie ayam becek kini sudah memiliki kios yang jauh lebih layak dari sebelumnya.
Kios yang di beli pak Min masih milik bos nya Fatimah mereka mencicil beli kios yang pernah Fahmi shalawatkan.
Sekarang juga sudah memiliki karyawan lebih dari 5 untuk membantu melayani di kios dan bagian kasir.
Semakin banyak orang-orang berdatangan dari Jakarta juga semakin meningkat apalagi setiap weekend kedai nya dipenuhi orang.
Ada beberapa warga yang sempat komplain karena kebisingan di kedai pak Min. Untung saja Fahmi memili ide bahwa sebagian ruangan di pasang kedap suara agar warga tidak terlalu berisik.
Hanya beberapa warga yang komplain selebihnya mereka tidak terlalu memusingkan usaha pak Min. Toh memang yang punya kios aja kenapa harus membuatnya di dalam gang padahal tanah kosong yang dipinggir jalan gang bisa di buat kios baru tapi hanya di jadikan parkiran saja.
Setiap malam lahan kosong itu disewakan sebagai parkiran mobil milik warga, kebanyakan warga punya kendaraan roda 4 tidak memiliki parkiran yang luas jadi dititipkan ke tempat parkir.
Rumah pak Min.
"Fahmi" teriak pak Min
"Kenapa pak" Fahmi hanya menyaut tanpa menghampiri bapak nya
"Bantuin bapak ini" pak Min
"Sebentar pak, lagi tanggung" Fahmi memang lagi asik memainkan games di ponsel kesayangannya
"Bapak hitung sampe tiga, belum kesini lihat aja kamu ya. Bapak potong uang jajan mu" ancam pak Min
Fahmi menghampiri bapak nya dengan mata tetap tertuju pada game yang masih di tangannya.
"Bawa itu belanjaan ke kedai" pak Min
"Banyaknya, udah kaya mau hajatan" Fahmi tertawa meledek bapaknya
"Kamu pikir kalau belanja sedikit cukup untuk dagang" pak Min kesal
"Iya, iya sini Fahmi bantu" Fahmi tetap membantu bapak nya
"Kamu sudah tau rencana mau kuliah dimana" pak Min bertanya agar bisa menyisihkan uangnya lebih banyak lagi agar pendidikan sang anak tidak putus di tengah jalan
"Belum" Fahmi menjawab dengan santai, singkat dan padat
"Kok belum udah mau lulus, bukannya mikir" tegur pak Min
"Hidup itu dibawa santai pak, jangan terlalu ngoyo" Fahmi sambil menyusun belanjaan nya di motor
"Bukan ngoyo, minimal kamu punya bayangan" pak Min
"Semua orang punya bayangan pak kalau siang hari kadang sore dan malam juga masih sering ikut tuh bayangan" Fahmi melirik bapaknya
Pak Min diam mencerna maksud ucapan Fahmi.
"Pusing ya pak mikirnya" Fahmi tertawa
"Fahmi kamu belum berangkat ke kedai" bu Intan baru saja datang entah darimana
Diam, itu yang dilakukan Fahmi belakangan ini jika di tanya ibu nya.
"Heh, malah diam di tanya orangtua" kesal bu Intan
"Itu Fahmi mau jalan bu, sudah jangan bikin gaduh. Belakangan ini ibu hobby sekali menegur Fahmi padahal itu anak nggak melakukan apapun" pak Min membela anaknya dibandingkan istrinya
"Dia itu kita berikan kasih sayang, minimal jangan membuat orangtua kesal apalagi emosi" bu Intan menatap Fahmi yang masih asik mengikat belanjaan di atas motor
"Bu, istirahat sana" pak Min mencoba melerai
"Pak, Fahmi berangkat" Fahmi mencium tangan bapak nya dan pergi
Bukan tanpa alasan Fahmi cuek dengan bu Intan, beberapa waktu lalu Fahmi pernah melihat bu Intan di salah satu mall sedang jalan dengan laki-laki dan mereka saling canda tawa dari situ Fahmi marah dan kesal tanpa bisa mengungkapkan kepada siapapun.
Bersambung...
...🍑Happy Reading🍑...
Huum pak Min memang harusnya didekatkan dengan agamanya lagi pesantren salah satu solusinya, disana banyak orang gak bikin ketakutan yg dirumah.