Lima tahun mempertahankan pernikahannya, akhirnya Jessica pun menyerah.
Kehadiran orang ketiga dalam rumah tangganya, membuat Jessica sadar jika bukan dirinya satu-satunya yang ada di hati suaminya. Cinta pertama sang suami tiba-tiba kembali dan mengusik kebahagiaan mereka.
Sikap sang suami perlahan berubah, Jessica bukan lagi menjadi prioritas utamanya dan hal itu membuatnya sadar akan cinta yang terbagi. Belum lagi karena hasutan ibu mertua yang menginginkan mereka berpisah karena Jessica tidak kunjung hamil dan memberikan keturunan.
Namun Jessica menolak untuk bercerai sebelum berhasil membuat suaminya merasakan apa yang dia rasakan, perselingkuhan itu dibalas perselingkuhan juga olehnya. Jessica berselingkuh dengan seorang laki-laki misterius berkebangsaan China yang menetap di Korea.
Lalu bagaimana ending kisah cinta mereka? Ikuti terus ceritanya sampai ending ya 🙏🙏 Jangan lupa like komennya juta ya 🤗🤗🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusica Jung 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Luhan Tidak Rela
"Ma, Kak, apa tidak ada lagi tempat lain yang jauh lebih baik dari rumah ini? Ini terlalu kecil dan jelek, pokoknya aku tidak mau tinggal disini!!"
"Jangan banyak tingkah dan banyak mau, Yuri!! Masih untung kita ada tempat tinggal daripada harus tidur di bawah kolong jembatan. Ini adalah rumah paling murah yang bisa kita beli, Mama dan Kakakmu sudah tidak ada yang lagi." ujar Anita.
"Kalian jangan ribut lagi. Aku lelah dan mau istirahat. Yuri, kau berbagi kamar dengan Mama. Kamar ini aku tempati."
"Tidak mau!!" Yuri menolak tegas. "Aku yang akan menempati kamar ini. Kau tidur saja di sofa, pokoknya kamar ini milikku!!" ucap Yuri menegaskan.
Daniel yang hilang kesabaran langsung mendorong Yuri sampai terjatuh. Dan apa yang dia lakukan membuat Anita terkejut. "Daniel, apa-apaan kau ini? Kenapa kau kasar sekali? Kau mendorong adikmu sampai terjatuh," bentak Anita sambil membantu Yuri berdiri.
"Mama, sakit." Rintih Yuri sambil memegangi pantatnya yang terasa ngilu akibat ulah kakaknya.
Daniel mendecih dan menatap mereka berdua dengan sebal. Tanpa mengatakan apapun, Daniel meninggalkan mereka berdua dan masuk ke kamar yang dia perebutan dengan Yuri. Daniel sangat lelah dan ingin segera beristirahat, membuat Yuri kesal dan emosi karena sikap kakaknya.
"Daniel, kau menyebalkan!!"
xxx
Ponsel Luhan berdering menandakan ada panggilan masuk. Sudut bibirnya tertarik keatas membentuk lengkungan indah di wajah tampannya. Dengan senang hati dia menerima panggilan tersebut.
"Ada apa, hm? Apa kau merindukan ku? Padahal baru beberapa jam lalu kita bertemu, masa sudah rindu?" ucap Luhan.
"Memangnya kenapa kalau aku rindu? Memangnya tidak boleh? Lu, bagaimana kalau siang ini kita bertemu dan makan siang bersama?"
Luhan menghela napas. "Maaf, Sica, tapi aku tidak bisa. Sekarang aku sedang berada diluar kota, kemungkinan besok siang baru pulang. Bagaimana kalau makan siangnya kita ganti jadi makan malam? Besok aku akan membawamu untuk makan malam mewah di restoran bintang lima, bagaimana?" tanya Luhan memberi penawaran. Dia benar-benar menyesal karena tidak bisa memenuhi keinginan kekasihnya tersebut.
"Kapan kau berangkat? Bukankah pagi ini kau masih ada di Seoul?"
"Sekitar satu jam yang lalu aku tiba disini. Tiba-tiba ada urusan mendadak yang mengharuskan aku pergi. Besok malam dandan secantik mungkin, aku akan menjemputmu lebih awal. Sekarang aku tutup dulu telfonnya. Bye-bye, aku mencintaimu." Luhan mengakhiri sambungan telfonnya begitu saja ketika Cris datang menghampirinya.
Cris membawa sebuah koper yang di dalamnya berisi sebuah senjata api yang kemudian dia serahkan pada Luhan. "Ini adalah senjata kita yang berhasil mereka curi. Felix dan Lay, berhasil mendapatkannya kembali."
"Lalu dimana pencuri bodoh itu? Kabur, atau tertangkap?" tanya Luhan.
"Dia bunuh diri dengan terjun ke dalam laut. Sepertinya dia memilih mengakhiri hidupnya sendiri, daripada harus mati secara mengaskan di tanganmu." jawab Cris.
"Malam ini kita bermalam disini. Kita lakukan berdua, pastikan Felix dan Lay tidak tahu tentang rencana kita ini. Cukup kita berdua saja, aku tidak mau mereka mengacaukan segalanya." Tukas Luhan.
Cris mengangguk. "Aku mengerti. Kalau begitu aku keluar dulu. Aku harus membuat persiapan," ucapnya dan dibalas anggukan oleh Luhan. Luhan sendiri yang akan memberi kejutan pada si penghianat itu.
xxx
Jessica memutuskan sambungan telepon begitu saja. Wanita itu lalu beranjak dari duduknya dan melenggang keluar meninggalkan kamarnya. Di tangga dia melihat Kakeknya yang sedang berbincang dengan seseorang yang tidak Jessica kenal sama sekali. Mereka terlihat sangat akrab.
Menyadari kedatangannya. Justin Valerie segera meminta Jessica untuk bergabung dengannya dan tamunya.
"Sica, kemari lah, Kakek ingin mengenalkan mu dengan seseorang. Dia Kim Minho, putra dari Bibi Erica dan Paman Derry. Kau mungkin sudah lupa, tapi saat masih kecil dulu kalian berdua sering main bersama." Ujar Tuan Valerie.
"Maaf, tapi aku tidak ingat. Kalian lanjut mengobrol saja, aku masih ada urusan." Ucapnya dan pergi begitu saja.
Minho menatap kepergian Jelas ca dengan tatapan tak terbaca. Dari pancaran matanya terlihat jelas jika dia tertarik pada Jessica. "Kakek, dia tumbuh menjadi wanita yang sangat cantik. Tidak disangka aku akan bertemu kembali dengannya,"
"Hahaha, cucu Kakek menang sangat cantik. Siapa dulu Kakeknya. Oya, Minho. Bagaimana kalau kau ikut makan malam bersama kami saja, kau tidak sedang sibuk bukan? Kebetulan Kakek ingin mengobrolkan banyak hal denganmu." Ucap Kakek Justin.
Minho menggeleng. "Tentu saja, Kakek. Mana bisa aku menolak permintaanmu. Baiklah, aku akan makan malam disini bersama kalian."
Tuan Valerie tersenyum tipis. "Kau memang anak baik, Minho."
xxx
Perhatian Luhan teralihkan oleh suara dering pada ponselnya. Nama Jessica kembali menghiasi layar ponselnya yang menyala terang. Luhan memicingkan matanya, bertanya-tanya kenapa dia menghubunginya lagi. Tanpa membuang waktu, Luhan pun segera menerima panggilan itu.
"Ada apa lagi, Sica?" tanya Luhan tanpa basa-basi.
Terdengar helaan nafas dari seberang sana. "Lu, hari ini rumahku kedatangan tamu yang sangat tampan. Dia adalah teman masa kecilku dulu yang datang atas undangan Kakek, dan dia berencana untuk mengajaknya makan malam bersama kami. Mungkin saja aku akan sangat sibuk dan tidak bisa menghubungimu. Karena sudah pasti Kakek memintaku untuk menemaninya mengobrol." Ujar Jessica menuturkan.
Mendengar hal itu membuat Luhan tidak senang. Dia benar-benar tidak rela jika wanitanya sampai dekat dengan pria lain. Menemaninya mengobrol, kata-kata itu begitu mengganggunya. Dan Luhan tidak akan tinggal diam.
"Satu jam lagi aku akan tiba di Seoul. Kau jangan macam-macam, apalagi sampai berbincang dengan pria lain. Atau aku akan menggantung mu hidup-hidup. Aku matikan dulu telfonnya." Luhan memberikan peringatan lalu memutuskan sambungan telfonnya begitu saja.
Mana rela dia membiarkan Jessica berbincang dengan pria lain. Luhan segara meninggalkan kamarnya dan pergi menemui Cris.
"Ada apa, Lu? Serius sekali?" tanya Cris saat melihat kedatangan Luhan.
"Rencana diubah. Kau pergilah dengan Henry, aku harus kembali ke Seoul saat ini juga. Aku percaya kau mampu mengatasinya." Ucap Luhan.
"Hah, memangnya ada apa? Kenapa tiba-tiba sekali? Memangnya ada apa sampai-sampai kau mengubah rencana awal kita dan malah menyuruh Henry untuk pergi denganku? Apa terjadi masalah di Seoul?" tanya Cris memastikan.
"Jangan banyak tanya, lakukan saja. Dan aku rasa tidak perlu memberikan penjelasan ataupun padamu, dan masalah ini tidak ada hubungannya denganmu." Ucap Luhan dan pergi begitu saja.
Cris menghela napas. Menghadapi Luhan terkadang memang membutuhkan kesabaran ekstra, karena jika tidak pasti akan langsung membuatnya emosi. Untungnya Cris mengenalnya dengan baik, sehingga dia tidak perlu terkejut dengan sikapnya.
xxx
Bersambung
