NovelToon NovelToon
Empat Istri Lima Sekarat

Empat Istri Lima Sekarat

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Playboy / Pengantin Pengganti Konglomerat
Popularitas:14.8k
Nilai: 5
Nama Author: Askararia

Di sebuah kota di negara maju, hiduplah seorang play boy stadium akhir yang menikahi empat wanita dalam kurun waktu satu tahun. Dalam hidupnya hanya ada slogan hidup empat sehat lima sempurna dan wanita.

Kebiasaan buruk ini justru mendapatkan dukungan penuh dari kedua orang tuanya dan keluar besarnya, hingga suatu saat ia berencana untuk menikahi seorang gadis barbar dari kota tetangga, kebiasaan buruknya itu pun mendapatkan banyak cekaman dari gadis tersebut.

Akankah gadis itu berhasil dinikahi oleh play boy tingkat dewa ini? Ayo.... baca kelanjutan ceritanya.....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Askararia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

29

   Lama bermain bersama nenek dan kakek yang baru mereka temui itu, akhirnya perpisahan pun tiba, sambil tersenyum kedua pasangan itu saling memeluk satu sama lain, yang mana orang tua mengucapkan selamat atas pernikahannya pasangan muda sementara yang muda mengucapkan selamat atas bertahannya rumah tangga mereka hingga detik ini.

   Harry terus menatap harus pada kakek dan nenek yang tak hentinya menggenggam tangan satu sama lain sambil berbincang tentang seisi dunia yang tak mereka mengerti bagaimana caranya bekerja. Lelaki ini menatap pasangannya, tiba-tiba menciumnya hingga gadis itu tersipu malu menatap sekitar.

  "Jangan begitu, ini tempat ramai!" Tegurnya namun Harry kembali mengecup lembut pipinya.

  "Astaga, apa kau sesenang itu menikah denganku?"

  "Tentu saja, lebih dari ini... aku malah ingin memasang musik romantis dari India saking senangnya, bayangkan saja kita lari-larian berdua sambil membawa dompet orang!"

  "Hahahaha!" Tawa Nadia pecah di akhir kalimat Harry, padahal sejak tadi gadis itu sangat serius mendengar setiap perkataannya.

  "Itu maling namanya!" Ucap Nadia lagi sambil memukul pelan lengan Harry.

  "Ngomong-ngomong, sejak kapan kau menyukaiku? Selama ini aku tak pernah melihat sisi berbeda dari mu, Harry. Kau bersikap seperti teman lainnya, Aku benar-benar tidak menduga kau akan menyatakan perasaan padaku bahkan sampai menikahi ku!"

  "Aaaahhhh!" Harry menghela nafas laku tersenyum sembari membentangkan tubuhnya diatas pasir, menatap langit nan hijau dihiasi awan-awan putih diatas sana.

  "Sejak kapan ya? Entahlah, aku tidak tahu. Yang ku tahu aku jatuh cinta setiap kali melihatmu, itu berlaku baik melihatmu secara langsung atau hanya lewat gambar saja!" Jawabnya.

Nadia masih diam menatap wajah Harry yang semakin lama semakin membuat jantungnya berdegup kencang, lagi dan lagi pesona lelaki itu mampu membuatnya melupakan segala masalah yang terjadi.

"Aku lupa, seharusnya Aku mengajakmu sejak tadi!" Ucap Harry tiba-tiba.

Lelaki ini bangkit berdiri dari atas pasir dan membantu Nadia berdiri, jemari lentik milik istrinya dengan lembut menyapu pasir pantai yang mengotori rambut dan pakaiannya. Harry meraih tangan kanan Nadia lalu membawanya berlari menjauh dari keramaian.

"Hati-hati ya, kita akan memanjat tebing setelah ini!" Ucap Harry memberi aba-aba pada istrinya.

Nadia hanya diam, entah mengapa ia tak secerewet saat bersama Austin dulu, keduanya terus berjalan menaiki tebing tanpa alas kaki, Harry benar-benar memastikan kalau kaki mulus Nadia tak akan terluka sedikitpun. Setibanya diatas tebing, Harry membuka kemejanya hingga hanya menyisakan kaos polos hitam itu, kemejanya dijadikan alasan duduk untuk Nadia.

"Lihat!" Ucap Harry pada Nadia sembari menunjuk pada hamparan pantai yang luas dibawah sana.

"Wahhhh!" Seru Nadia menatap kagum pada pemandangan dihadapannya, namun selagi kagum pada keindahan pantai itu, Nadia juga kagum pada lelaki yang kini duduk disebelahnya.

Dibawah sana beberapa orang menatap Nadia dan Harry yang duduk diatas tebing curam menatap pantai yang luas dan damai, Harry mengangkat tangan Nadia lalu melambai pada ramainya orang-orang disana. Angin berhembus kencang membawa aroma sejuk dan menenangkan hati setiap insan yang menikmatinya.

"Harry!" Panggil Nadia tersenyum.

"Heum?"

"Makasih, terimakasih sudah bertahan sampai sejauh ini. Aku tahu kalau selama ini kamu sudah hidup bersama banyak penderitaan, aku tidak pernah membayangkan bagaimana jika aku berada di posisimu. Jauh dari orangtua baik dalam segi komunikasi atau jarak, hidup terlantar hingga pada akhirnya kamu harus berakhir di sebuah pantai asuhan sementara kedua orang tuamu masih hidup!" Ucap Nadia terharu, tak henti-hentinya ia menatap kedua bola mata indah Harry yang tampak berbinar menahan air mata yang mungkin sebentar lagi akan menetes membasahi pipinya.

Lelaki itu mengangguk pelan lalu membuang nafas panjang serta kembali menatap genangan air yang luas di kejauhan sana.

"Aku pernah hampir menyerah, Nadia. Namun seiring berjalannya waktu aku sadar kalau setiap orang yang hidup didunia ini tidak selalu bahagia. Aku bertemu beberapa teman yang hidup bergelimang harta hingga membuat aku merasa iri, dalam hati aku berkata 'kapan aku bisa memakai uang sebanyak itu tanpa khawatir uangku habis di hari esok?' tapi ternyata setelah mengenal orang kaya itu aku tahu satu hal, kalau dia kesepian meski hidupnya penuh dengan kemewahan. Kemudian suatu hari aku bertemu lagi dengan seorang yang miskin, bahkan lebih miskin dari seorang pengemis dijalanan, dalam hati aku berkata 'kasihan orang itu, entah apa yang akan dia makan jika perutnya lapar' tapi setelah mengenal orang miskin itu aku tahu kalau dia punya anak dan istri yang selalu bersyukur dengan apa yang mereka punya hari itu, kulihat mereka membagi tiga potong singkong rebus dari tetangga dan memakannya sambil tertawa, sedangkan aku masih bisa makan dengan beberapa lauk, mereka hanya miskin di harta, bukan di keluarga, mereka hanya butuh mengisi perut mereka meski hanya dengan segelas air yang mereka dapat dari tong sampah. Kemudian saat itu aku benar-benar sadar, orang yang tertawa atau tersenyum didepan kita, belum tentu akan tertawa dibelakang kita, begitu juga sebalik?" Ucap Harry.

"Jika bicara soal bertahan, aku masih punya beberapa alasan untuk itu"

"Seperti apa alasannya, Harry?" Tanya Nadia menatap lekat wajah lelaki itu.

"Seperti drama komedi yang selalu kutunggu diakhir pekan, seperti semangkok mie ayam kesukaan kita dibelakang kampus, seperti menjaga rahasia Austin yang sering pergi kesana kemari bersama perempuan lain, juga mendengar omelanmu saat aku lupa mengantar pesanan yang kamu titipkan!" Jawab Harry.

"Hahahaha, kau menjadikan omelanku sebagai alasanmu untuk bertahan?"

"Tentu saja, omelanmu terdengar seperti terompet sangkakala yang memekik telinga, sayang jika ditinggal begitu saja. Di neraka belum tentu aku bisa mendengarnya!" Jawab lelaki itu sebelum mendapat cubitan kecil dari Nadia.

Beberapa jam kemudian mereka turun dari atas tebing, kembali menikmati pasir pantai yang kering dan bergeser seperti liquid, Harry menggandeng tangan Nadia dan membawanya berjalan-jalan disepanjang pantai, menikmati matahari terbenam dan ombak dari tengah pantai yang menghantam dinding tebing diikuti bunyi gemericik air yang menenangkan telinga disertai angin sejuk yang terus melambai-lambaikan rambut panjang Nadia.

"Apa kau punya impian?" Tanya Nadia memulai kembali percakapan.

"Tentu, aku punya banyak impian dan salah satunya sudah terpenuhi!" Bisik Harry.

"Owh iya? Apa itu?"

"Menikahi mu, awwww!"

Nadia segera menutup mulutnya serta menggoyangkan tubuhnya, iya yang tersipu malu karena jawaban suaminya tanpa sadar menyenggol Harry hingga terjungkir.

"Astaga, sayang.... maafkan aku!" Ucap Nadia panik.

Anak kecil yang kebetulan sedang bermain istana pasir didepan mereka tertawa melihat Harry yang sudah tersungkur ketumpukan pasir.

"Masa sudah besar remedial berjalan!" Ejek anak kecil itu.

"Heh bocah, jangan sembarangan ya!" Tegur Nadia lalu membantu Harry berdiri.

"Makanya, lain kali jangan suka ngegombal, untung didepan kita pasir, kalau batu? Bisa jadi tahanan aku nanti!" Ucap Nadia setengah berbisik.

Semula Harry mengangguk pelan, ia mendekatkan wajahnya pada Nadia, gadis itu tanpa sadar memanyunkan bibirnya pertanda ia siap menerima ciuman manja dari suaminya, namun lagi-lagi Harry melakukan hal yang tak pernah diduga oleh istrinya tersebut, tangannya menelisik kebelakang lalu dengan cepat menarik ikat rambut Nadia kemudian berlari kearah anak didepan istana pasir itu, ia juga mencuri ember kecil milik anak-anak itu.

"Harry!" Teriak Nadia, sementara anak-anak itu dengan girang mengejar Harry.

"Hahahaha, dia mencuri ember pasir anak kecil itu!" Teriak seseorang menyaksikan aksi kejar-kejaran diatas pasir.

"Om..... kembalikan embernya....." kini giliran anak-anak itu yang berteriak.

"Ayooo ayoooo dibeli dibeli!"

"Harry, kembali sekarang juga!" Pekik Nadia sambil terus berlari didepan anak-anak itu.

Harry tertawa kecil, tampaknya ia sangat bahagia melihat istrinya dengan rambut panjang terurai itu berlari mengejarnya diikuti anak kecil yang mungkin masih berusia empat atau lima tahun tersebut, dari kejauhan beberapa orang mengambil rekaman vidio kejadian tersebut bahkan tak sedikit dari mereka yang mengira kalau kelima orang sedang mereka rekam tersebut merupakan ayah, ibu dan anak.

1
Yeni
Saya suka.... saya suka.....
Tompul LumbanDolok
Ceritanya cukup bagus
Taslim Rustanto
aahh Jesika gila ternyata..😊😊
Askararia: Dia ingin pemuda tampan ituuu 🤭
total 1 replies
emili19
Baca cerita ini jadi penghilang suntukku setiap hari
Askararia: Wahhh, makasih banyak yah Kak, senang membaca komentar positifnya, saya akan terus berusaha membuat ceritanya semenarik mungkin 🥰
total 1 replies
Anrai Dela Cruz
Duh, hati rasanya meleleh.
Askararia: Terimakasih atas komentarnya ya kak, kalau kayak gini makin semangat deh nulisnya 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!