My Sunset Love

"Nona kita sudah sampai." Ujar Pak Toha dengan menoleh sedikit ke arah Kiyara.

Kiyara pun keluar dari mobil pak Toha. Ia merasa kagum dengan rumah Tuan Dirgantara yang sangat luas dan megah. Saat turun dari mobil, sudah terlihat beberapa pengawal , dan pelayan dengan pakaian senada yang menyambut kedatangannya.

"Selamat datang Nona Muda. Mari ikut saya." Ujar salah satu pelayan wanita yang mungkin berusia 40 tahunan. Kiyara tampak ragu untuk mengikutinya. Namun pak Toha yang mengerti menganggukan kepalanya seakan memberi kode kepada Kiyara untuk mengikuti wanita itu pergi.

Saat masuk rumah tuan Dirgantara, Kiyara benar benar merasa takjub. Ia berjalan sembari matanya melihat ke segala arah.

"Lampu gantung yang indah." gumamnya.

"Mari Nona, sebelah sini." ucap pelayan wanita itu. Kiyara pun mengangguk pelan sembari berjalan mengikuti pelayan wanita itu.

Semakin masuk kedalam rumah itu, Kiyara bisa melihat bahwa rumah tuan Dirgantara bergaya Eropa. Kiyara masuk menuju ruang tamu yang menurutnya beberapa kali luas dari ukuran kos milik Bu kos.

"Ini setiap hari emang mereka nerima tamu terus ya? ini benar benar mewah." Batin Kiyara.

"Silahkan duduk nona." Ucap pelayan wanita itu lalu berdiri dibelakang Kiyara. Kiyara menjadi sangat kikuk saat ia melirik ke arah pelayan wanita itu tak bergeming sedikitpun dari tempatnya. "Maaf mbak, barangkali mbak ada kerjaan saya bisa ditinggal kok." ucap Kiyara. Namun pelayan wanita itu tak membalas perkataan Kiyara sama sekali. Ia hanya tersenyum lalu meletakkan tangan kanannya di dadanya kemudian menundukkan kepalanya sedikit.

Kiyara mengeluarkan ponselnya berharap Adrian mengirimkan pesan singkat untuknya. Namun nihil, tidak ada pesan masuk ke ponselnya.

"Rumah sebesar ini serius hanya ditinggalin 3 orang saja?"

Ditengah lamunannya, Kiyara tak menyadari bahwa sedari tadi Tante Aira mengamatinya dari jauh.

"Hai sayang!" Sapa Tante Aira yang entah muncul dari mana. Kiyara pun kemudian berdiri lalu tersenyum. "Hai Tante Aira." jawab Kiyara dengan mencium punggung tangan Tante Aira.

"What a beautiful dear! Kamu sangat cantik hari ini!!!" Puji Tante Aira.

"Thank you, Tante. But I think , Tante lebih cantik dari aku." jawab Kiyara dengan menyuguhkan senyumnya yang paling manis.

"Kamu mau minum apa sayang?" tanya Tante Aira.

"Terserah Tante saja." jawab Kiyara.

"Mbak, tolong buatkan minuman yang segar ya." ucap permintaan Tante Aira kepada pelayan wanita yang sedari tadi berdiam dibelakang Kiyara.

"Baik Bu," jawab pelayan itu yang kemudian pergi meninggalkan ruang tamu.

"Kamu apa kabar sayang?" tanya Tante Aira.

"Baik Tante. Kalau Tante?" tanya Kiyara kembali.

"Officially i'm good, Kiyara." jawab Tante Aira.

Kiyara dan Tante Aira pun berbincang. Mereka saling bertanya mengenai aktivitas apa saja yang mereka lakukan saat ini. Hingga, kedua pujaan hati mereka datang.

"Ki.." Sapa Adrian.

"Ma.." sapa Tuan Dirgantara.

Kiyara dan Tante Aira yang posisi duduknya membelakangi kedua pria itu reflek menoleh. Jangan tanya bagaimana kondisi Adrian yang takjub dengan kecantikan pacarnya. Dalam pandangannya, saat Kiyara menoleh ke arahnya ia seperti melihat seorang putri kerajaan dengan senyumnya yang menawan.

"Hei! Berkedip dong!!" Celetuk tuan Dirgantara dengan sedikit menggoyang tubuh anaknya.

"Iya iya Pa! Adrian lagi lihat putri cantik nih!" ucap Adrian yang membuat Tante Aira dan tuan Dirgantara tertawa. Namun tidak dengan Kiyara yang wajahnya memerah.

"Udah udah. Kalian sudah selesai meetingnya?" tanya Tante Aira.

"Sudah ma." jawab Adrian.

"Nah, sini sayang. Tante kenalin, ini suami Tante paling tampan sedunia." ucap Tante Aira yang mengenalkan tuan Dirgantara kepada Kiyara.

"Ma, kan harusnya aku yang ngenalin." celetuk Adrian.

"Kamu kelamaan. Hahaha." jawab Tante Aira dengan sedikit tertawa.

Sekali lagi Kiyara melihat sisi lain dari Adrian. Pria yang terkenal sangat dingin, sangat cuek kini bisa secair ini, sehangat ini bila bersama kedua orang tuanya.

"Kok ngelamun sih Ki..?" tanya Adrian.

"Bentar bentar, kamu panggil pacar kamu hanya dengan nama?" sahut tuan Dirgantara.

"Lah emangnya kenapa Pa? Nggak boleh ya?" tanya Adrian yang heran dengan pertanyaan papanya.

"Memangnya dia mau hanya dipanggil nama saja?" tanya tuan Dirgantara.

"Nggak apa om, saya malah nyaman." Sahut Kiyara yang membuat tuan Dirgantara manggut manggut.

Kehangatan keluarga Adrian sungguh membuat Kiyara merindukan kedua orang tuanya. Mungkin jika saat ini kedua orang tuanya masih ada, bisa saja mereka berdua ikut berkumpul disini bersama kedua orang tua Adrian.