Seorang mafia ayam 🐓
Renardo adalah seorang pria yang baru saja bekerja di perusahaan mafia yang aneh. sistemnya menggunakan ayam, jadi setiap pekerja punya rekan kerja ayam masing-masing untuk menjalankan tugas.
ayam-ayam bisa dilatih dan dilengkapi senjata. Para ayam juga bisa memakan obat tertentu untuk mendapat kekuatan.
Renardo yang saat itu hanya disuruh membawa ayam tanpa informasi tambahan membawa ayam jagonya yang berasal dari perternakan biasa bernama Kibo.
Akankah Renardo dan Kibo melakukan pekerjaan mereka dengan baik?
🥚 Peringatan Organisasi Ayam: Segala perdagangan obat-obatan ayam, undian ayam, atau pemerasan peternak dalam cerita ini hanya terjadi di dunia fiksi. Jika Anda mencoba di dunia nyata, Anda bukan mafia ayam… Anda hanya mencari masalah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radit Radit fajar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Final Chicken Champion
Saat jam sebelas di siang hari. Aku dan teman-temanku bersama-sama ke ruangan makan.
"kamu tadi kemana Ren? Perasaanku kamu tadi cukup siang pulangnya." tanya Vin dengan mulut yang penuh makanan.
"Vin, jangan bicara sambil makan." tegas Van.
Vin akhirnya mengangguk, menelan makanan yang telah dikunyah mulutnya.
"sebenarnya tadi aku pulangnya pagi. Tapi langsung dapat tugas memeras peternak di kota Delta. Jadinya dengan perjalanan pulang pergi satu jam setengah dan disana sekitar tiga menitan. Aku sebenarnya sudah sampai disini dua jam sebelum itu." jawabku.
"wih, ke kota besar itu? Keren, kami aja belum pernah dapat misi ke kota itu." jawab Vin.
"ya, tapi kita pernah berkunjung kesana... Kalau ngak salah di umur lima belas tahun ya?" tanya Van kepada Vin.
"iya, di umur segitu. Kalau tidak salah karena orang tua kita punya tugas disana." jawab Vin.
Jadi perbincangan di meja makan saat itu membicarakan kota Delta.
Lalu setelah selesai. Kami menaruh kotak makan kami, lalu membuka kandang ayam-ayam kami.
"oh ya Ren, karena kamu baru kesananya jam tiga sore. Apakah kamu mau menonton babak final dari Chicken Champion?" tawar Bruno.
Aku mengangguk. Kami semua akhirnya mencari stadion pertandingan finalnya berada. Kecuali Lola, katanya dia ada tugas.
Kami tiba di stadionnya. Sebenarnya pertandingan masih setengah jam lagi. Tapi stadion sudah lebih ramai.
Finalnya juga dilakukan di stadion yang lebih besar. Karena jelas penontonnya lebih banyak.
Yang berbeda disini dan aku bingungkan. Yaitu ada kaca pembatas cukup tebal antara kursi penonton paling tengah dan arena pertarungan.
Disini juga arenanya bukan seperti arena tinju. Melainkan lahan dibagian tengah arena.
Aku dan teman-temanku duduk di kursi yang kami pilih. Tidak bisa saling bersebelahan karena sudah lumayan ramai. Jadinya Vin dan Van berada di kursi belakang aku dan Bruno.
"oh ya, kenapa Lola sepertinya tidak mau nonton? Bukankah dia biasanya juga mengerjakan tugas nanti jika ada pertandingan?" tanyaku.
Bruno menghela nafas.
"sebenarnya Lola itu trauma dengan adegan gore berlebihan." kata Bruno.
"Lola takut dengan hal gore?" ulang Vin dan Van bersamaan. Sepertinya mereka baru tau juga tentang itu.
"iya, Karena final dari pertandingan ini biasanya, ayam yang kalah akan mati. Jadi jelas akan banyak darah, hangus, dan sebagainya. Meskipun Lola suka dengan duel pertandingan, Lola trauma dengan itu karena kakek neneknya meninggal saat kecelakaan mengunjungi rumahnya. Dan tau sendirikan kalau kecelakaan itu banyak darahnya? Jadi dia mulai takut dengan hal gore apalagi yang berlebihan sejak itu. Saat pertandingan Reral juga, Lola sengaja banyak menoleh ke arah lain, karena lawan Reral kan selalu hangus jika tidak mampu menghindarinya." jelas Bruno.
Aku, Vin, dan Van mengangguk paham. Bahkan orang yang kelihatannya ceria dan energik seperti Lola punya trauma begitu.
Aku cukup paham kondisinya. Karena ada saudaraku juga yang seperti itu, dengan jenis trauma lain.
Tiga puluh menit kemudian. Pembawa acara bertopi merah datang, dia di tangga antara kursi penonton, tidak berada dalam arenanya.
"para hadirin sekalian! Hari ini adalah penentuan hasil dari pertandingan megah kita! Tanpa berlama-lama langsung kita sambut para ayam di final. Reral dan Gemi!" para penonton bersorak saat pembawa acara mengabarkan hal itu.
Lalu dari dua lorong bersebarangan samping arena. Terbukalah dua pintu besi.
Pelatih Reral dan Gemi terlihat bersama atan mereka. Pelatihnya menuntun Reral dan Gemi sampai di posisinya dalam arena.
Setelah itu para pelatih mereka masuk kembali ke dalam lorong. Pintu besi kembali tertutup.
Aku menatap jeri kedua ayam itu. Lihatlah, mereka sekarang tidak sekedar dilengkapi pelindungi, tetapi senjata jarak jauh di pelindung mereka.
Jika mereka berdua memang akan bertarung sampai ada yang mati. Ini bisa jadi pertarungan ayam paling mengerikan yang pernah aku lihat.
"seperti aturan final biasanya. Kedua ayam akan bertarung dengan waktu satu jam sampai ada yang mati. Jika dalam waktu begitu belum ada yang menang, akan ada istirahat setengah jam." kabar pembawa acara.
"kumulai pertandingan ini tanpa berlama-lama lagi. Satu..."
Kedua ayam mulai mengambil posisi terbaik yang mereka bisa.
"dua..."
Kaki kedua ayam itu sudah siap meluncur maju melancarkan serangan pertama lebih dulu.
"tiga!"
Kedua ayam merengsek maju. Reral menggunakan pertahanannya, bulu-bulu apinya menyala bagai api besar yang berkobar.
Ketika Reral dalam mode biasanya, api di bulunya tidak akan panas. Tapi ketika pertahannya aktif, api-api itu akan panas ketika disentuh, walau jelas butuh energi yang besar juga untuk mempertahankannya.
Demi melihat badan Reral yang berkobar itu. Gemi langsung lompat, terbang dua meter.
Lalu menembakkan senjata jarak jauhnya kepada Reral dari atas. Reral mundur untuk menghindarinya.
Lalu Reral balas dengan menembakkan senjata jarak jauhnya. Peluru yang melayang itu terlihat menyala seperti memiliki api.
Gemi tidak menghindarinya. Tetapi ia mengepakkan sayapnya ke arah peluru. Peluru itu langsung berbelok kebawah terkena anginnya.
Aku menelan ludah. Kekuatan Gemi yang ayam langka saja sehebat itu, apalagi Reral.
Lalu Reral kali ini terbang langsung lurus ke arah Gemi bagai roket yang diap menghantamnya.
Tapi gerakan Gemi lebih cepat, dia terbang memutari arena lalu mendarat ke permukaan arena sebelum Reral mengenainya.
Pertarungan berlangsung sengit. Dengan kecepatan Gemi dan api Reral, arena pertarungan berkobar oleh kekuatannya. Membuat para penonton melihatnya tanpa berkedip.
Jika di kecepatan dan stamina, Gemi unggul. Tapi untuk efek serangan dan pertahanan Reral unggul.
Mereka berdua memanfaatkan kemampuan masing-masing dengan maksimal.
Sampai Gemi sudah punya luka bakar di badan kirinya, tapi tadi apinya dipadamkan dengan gerakan cepatnya.
Reral juga sudah kelelahan, serta beberapa bagian tubuhnya berdarah terkena peluru senjata Gemi. Warna darahnya tersamarkan oleh warna api Reral, tapi jelas tetesannya di permukaan arena tidak bisa disembunyikan.
Kedua ayam sudah berada di kondisi buruk. Tapi mereka berdua jelas belum selesai.
Gemi kali ini pergi ke pinggir arena dulu untuk mencoba menenangkan rasa sakitnya dari luka bakar. Sementara Reral sudah siap menerjangnya dengan serangan api.
Gemi menghindari serangan itu ke samping. Walau jelas tidak secepat sebelumnya.
Kali ini Gemi menembakkan senjata jarak jauhnya ke arah Reral yang berada di dekatnya. Tepat kena kaki Reral.
Jadinya Reral pincang, tapi dia belum berhenti. Reral terbang ke atas, lalu menghujam ke arah Gemi.
Gemi lari untuk menghindarinya. Tapi kali ini Reral berbeda, dia sudah siap, sayapnya membentang membuatnya mengambang di udara lebih lama.
Sampai akhirnya dengan perhitungan yang tepat, Reral kembali menghujam he arah Gemi.
Kali ini Gemi kena dengan telak! Paruh Reral mematuk punggung Gemi, dengan serangan yang lebih hebat lagi. Reral menyalakan api badannya, membuat Gemi hangus terbakar.
"pertandingan Chicken Champion dimenangkan oleh, Reral!" seru pembawa acara membuat para penonton bertepuk tangan.
Pembawa acara masuk ke dalam arena melalui jalan lain. Membawa piala dan mendali untuk Reral dan pelatihnya yang telah menang.
Juga membersihkan sisa Gemi sebelumnya. Dengan demikian, pertandingan Chicken Champion, selesai.