NovelToon NovelToon
Wanita Pilihan

Wanita Pilihan

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintamanis / Janda / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa
Popularitas:708.6k
Nilai: 4.9
Nama Author: Hai_Ayyu

Aura Karina mendadak janda di malam pertama pernikahannya. Suami yang baru menikahinya beberapa jam yang lalu, memutuskan untuk menceraikan dirinya tepat di malam itu juga.

"Aku itu janda!" Tegas Aura akan status yang disandangnya saat ini.

"Iya, kamu memang janda. Janda menggemaskan." Ucap seorang pria dengan senyum melebar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hai_Ayyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12 - Kenangan

"Ra, bareng saja!" tawar Robi akan memberikan Aura tumpangan.

"Benar, Ra. Kami sekalian lewat!" tambah Lili menimpali.

Aura menggerakkan tangannya tanda menolak. "Tidak usah! Aku sudah pesan ojek."

Lili jadi terpaksa mengangguk.

"Kalian hati-hati di jalan! Jangan ngebut-ngebut!" ucap Aura mengingatkan.

"Baiklah!" Robi mengiyakan.

"Oh iya, Bang. Ingat, jangan macam-macam sama Lili! Awas saja!" Aura menunjukkan tinjunya sebagai ancaman buat Robi. Ditambah lagi, mata tajam dan wajah dinginnya.

'Benar-benar mirip dengan Bara!' pikir Robi. Ia seperti melihat titisan Bara pada wanita itu.

"Kamu tenang saja, Aura! Aku akan menjaga Lili dan tidak akan berani macam -macam dengannya! Aku tidak akan merusak, wanita yang aku cintai!" ucap Robi sambil melihat Lili. Ia mengatakannya dari hati yang terdalam.

Mendengar perkataan Robi, wajah Lili jadi merona. Hatinya berdebar kencang.

"Ihh... Ayang! So sweet sekali!" Lili memukul kekasihnya itu dengan pukulan manja-manja sayang.

Aura melihat tingkah kedua orang itu yang sedikit menggelikan.

"Aku pergi! Ojekku sudah datang!" ucap Aura. Untung ojeknya datang di saat yang tepat. Jadi ia tidak lama melihat kebucinan dua orang itu.

Lili dan Robi melambaikan tangan pada Aura yang sudah pergi bersama kang ojek.

Tak berapa lama, di pemakaman. Aura menatap batu nisan orang tuanya secara bergantian dengan air mata yang berjatuhan.

Walaupun sudah berusaha untuk tegar dan tidak menangis saat berziarah. Nyatanya ia tidak bisa menahan kerinduannya. Begitu merindukan kedua sosok itu. Sosok yang tidak bisa digapainya lagi.

'Ayah, Bunda... Aura sangat merindukan kalian!' batinnya sedih sekali.

"Ayo, bangun! Anak cantik Ayah!" Ayah membangunkan Aura yang sedang tidur. Mengelus kepalanya dengan sayang.

"Aura masih mengantuk, Yah!" Ia menaikkan selimutnya.

"Hari ini kamu kan libur kerja. Ayo, kita ke pantai!" ajak Ayah. Kesibukannya setiap hari membuatnya jarang bicara dengan Aura. Dan putrinya juga sibuk bekerja, saat pulang tinggal capeknya dan memilih tidur.

Jadi karena hari ini mereka sama-sama libur. Ayah ingin menghabiskan waktu bersama putri semata wayangnya. Pergi bersama ke suatu tempat dengan Bunda juga.

"Nggak bisa, Yah. Aura ada janji dengan teman!" jawabnya.

Ayah mengangguk mengerti. "Ya, sudah. Minggu depan saja!"

Saat minggu depan itu tiba, Aura sakit dan rencana mereka batal.

Minggu depannya lagi, mereka tidak jadi pergi ke pantai. Aura kecapekan, badannya begitu sangat letih. Selama seminggu ini kerjanya banyak lembur.

Ayah memaklumi putrinya. Bahkan sangking perhatiannya, pria paruh baya itu membuatkan jamu yang diraciknya sendiri. Agar tubuh putrinya fit dan tidak gampang sakit.

Setelah melewati hari minggu berkali-kali, barulah mereka memiliki waktu untuk pergi ke pantai. Keluarga itu naik kenderaan umum, karena orang tua Aura tidak punya mobil. Hanya sepeda motor.

Aura sudah besar, tidak mungkin mereka berboncengan tiga. Dulu saat Aura masih kecil, mereka pergi jalan-jalan bersama naik sepeda motor itu.

Sampai di pantai sangat ramai. Karena hari libur banyak pengunjungnya. Ada yang bawa keluarga dan lebih banyak yang datang dengan pasangannya.

Aura yang saat itu masih puber-pubernya, sedikit malu karena datang dengan orang tuanya. Anak-anak seusia dia, datang dengan pasangannya.

Aura berada di antara Ayah dan Bundanya, bergandengan berjalan menyusuri pantai. Menikmati udara yang sejuk dengan suara deburan ombak.

"Bun, maunya kita tiap libur kemari ya!" ajak Ayah. Liburan dengan keluarga membuat rasa letih dan penat sirna.

"Bunda setuju! Bagaimana Aura?" tanya Bunda.

Aura mengangguk pelan. Setuju saja, walaupun dalam hati tidak mau setiap libur datang kemari, bosan lah.

"Ayo, kita berfoto!" ajak Bunda. "Untuk jadi kenang-kenangan!

Aura menurut, mereka pun berfoto bersama. Ia berada di tengah kedua orang tuanya.

"Anak ayah sudah besar. Jika nanti kami sudah tidak ada, Aura harus kuat!" ucap Ayah saat melihat hasil foto mereka di ponsel itu.

"Benar. Kalau nanti kami sudah tiada, Aura harus bisa menjaga diri sendiri!" timpal Bunda kembali.

"Ayo, kita berfoto lagi! Kita harus memberikan banyak kenangan untuk Aura!"

Aura bergantian melihati keduanya. Ucapan mereka terasa aneh. Tapi ia menepisnya, itu hanya perasaannya saja. Setelah ia mulai bekerja, mereka jarang liburan bersama, pasti kedua orang tuanya ingin mengabadikan momen bersama.

Tapi, selang beberapa hari kemudian, kejadian naas itu pun menewaskan kedua orang tuanya.

Aura baru menyadari ucapan mereka saat itu, seperti tanda. Seolah sedang memberitahu, jika mereka akan segera berpisah. Jika saat itu adalah momen terakhir mereka.

"Ayah... Bunda..." Aura menutup wajahnya. Air matanya terus berjatuhan.

'Aku harus kuat! Aku harus kuat!' batin Aura menenangkan dirinya.

Ting...

Suara notifikasi pesan terdengar dari tasnya. Aura mengabaikan, ia masih memandangi batu nisan orang tuanya. Sambil mengingat kenangan mereka kala itu. Saat mereka masih bersama.

Setelah dari pemakaman, Aura berada di halte. Menunggu kenderaan lewat. Sambil menunggu ia meraih ponselnya.

'Apa ini?' batin Aura merasa aneh.

Bara: Hai juga

Ada pesan dari aplikasi yang didownload Lili. Pesan berisi tanggapan, bukan seperti yang lain. Yang langsung bertanya harga, seolah ia sedang berjualan.

'Apa aku balas?' Aura jadi bingung.

Di tengah kebingungannya, ponsel pun berdering. Ada panggilan dari mama Ros.

"Halo, Ra. Kamu di mana?" tanya Mama dari seberang sana.

"Aura lagi ziarah, Ma."

"Oh, kok ngajak Mama? Kita kan bisa pergi bersama!" Mama sudah lama tidak berziarah ke makam temannya itu.

"Kalau nanti ziarah lagi, Aura ajak Mama!" ucap Aura kembali.

"Ya, sudah! Kamu setelah ziarah mau pergi lagi?" tanya Mama kembali.

"Tidak, Ma. Aura mau langsung pulang."

"Kamu datang ke rumah ya, nak. Mama sama Papa kangen sama kamu!" ucap Mama.

"I-itu Mas Evan?" Aura memastikan. Sungguh ia tidak mau bertemu mantan suaminya itu.

"Evan tidak ada di rumah!" jawab Mama. Putranya itu jarang pulang ke rumah. Lebih banyak menginap di rumah temannya.

"Baik, Ma. Aura akan ke sana."

"Mama akan kirim supir untuk menjemputmu!"

"Tidak usah, Ma. Aura akan naik kenderaan umum saja!" Tolaknya cepat.

"Hmm... Ya, sudah. Kamu hati-hati ya. Aura mau makan apa? biar Mama masakkan?"

"Tidak usah repot-repot, Ma!" Tolak Aura. Tidak mau merepotkan.

"Mama akan masak masakan favorit kamu saja!"

Aura jadi tersenyum. Mama memperlakukannya seperti anak sendiri.

"Terima kasih ya, Ma."

"Kamu jangan sungkan begitu!" ucap Mama.

Selama mengenal Aura, Mama tidak kesepian lagi. Ia akan datang atau menyuruh Aura yang datang. Bisa juga menelepon lalu mereka mengobrol panjang.

Berbeda dengan Evan. Semakin dewasa sang putra, Mama semakin merasa jauh. Putranya punya kehidupan sendiri. Jarang berjumpa apalagi mengobrol. Sibuk dengan urusannya.

Memang bedalah anak laki-laki dan anak perempuan.

"Ma, sudah dulu ya. Aura mau gerak!" ucapnya. Kenderaannya sudah datang.

"Iya. Hati-hati, nak." ucap Mama lalu mengakhiri obrolan itu. Meletakkan ponsel di meja makan.

"Putriku akan datang!"

.

.

.

1
Dewi Kadimen
Luar biasa
umatin khuin
rasain van
umatin khuin
kok dibukain sih ra....g diliat dulu diintip dulu siapa...baru dibukain
umatin khuin
la mia datang...mana pak bambang sih ..katanya mau menasehati mia...hmmm....
umatin khuin
jgn mau dikelabuhi kau bara....jgn luluh
umatin khuin
tau kan kamu evan....anak bara dan aura
umatin khuin
menggila
umatin khuin
hmmm...g sadar diri sih evan itu
umatin khuin
ikut deg deg an aq...tegang
umatin khuin
kau yg katarak evan...tdk bisa melihat kecantikan aura...
umatin khuin
ws embuh lah van evan...salahmu dewe
umatin khuin
mas Bara....lope lope dah ah...jd meleleh Auranya...
umatin khuin
ada ada saja dih bara....ono ono wae😅😅😅🤭🤭🤭
umatin khuin
/Scream//Scream//Scream//Scream/bi robi....bi....bibi....
umatin khuin
jangan ya mas ya....jangan....
umatin khuin
eneg bgt si mia itu...udah miring stress dia....perlu ke rsj
umatin khuin
aamiin....semoga saja ya aura....
umatin khuin
lho lho lho ...mia mia....picosseoyo
umatin khuin
terima...terima...terima...👏👏👏
umatin khuin
hmmm...enak saja kau mia mia. .
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!