"Lepaskan aku , Jika kau tak bahagia bersama ku, maka aku pun sudah siap membebaskan mu dari segala tanggungjawab mu terhadap diriku"
Kalimat terakhir yang Asmara ucap sebelum dia benar-benar berpisah dari suaminya.
Sebongkah hati yang kini berubah menjadi sayatan kecil , menyisakan luka yang teramat mendalam.
Tidak ada alasan untuk dirinya tetap bertahan di tempat itu, karena ternyata tidak hanya dirinya yang tidak di terima oleh suaminya, Bahkan anak yang telah dia lahirkan pun tidak pernah di harapkan oleh Bima yang jelas-jelas merupakan ayah kandungnya.
Akankah Asmara mendapatkan cintanya ??..
Ataukah Asmara akan semakin terluka ??
Yukk Saksikan Terus Kisahnya ....
Selamat Membaca , Semoga Suka dengan Karya Baru saya
SENJA ASMARALOKA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nabila.id, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12. Bantuan Loka
...Tidak Perlu dengarkan apa kata dunia, Karena Dunia Saja tidak punya mulut untuk bicara ...
...🍁...
Glegar petir menyambar , membuat suasana gubug semakin mencekam, entah sampai jam berapa hujan baru akan reda.
Bukan hantu dan sejenisnya yang Asmara kini takutkan, hanya kondisi gubug yang reot dan hewan-hewan melata yang mungkin saja ikut bergabung bersama mereka, belum lagi orang jahat yang mungkin saja memanfaatkan keadaan.
"Buk.. Enja autt buk"
"Enja Sabar ya sayang , setelah hujan reda kita pulang ya sayang"
Senja hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban.
Asmara mencoba tetap memenangkan putrinya, berharap hujan akan lekas reda.
Jarak kurang dari 5 meter dimana tempat Asmara berdiri , berhenti lah sebuah mobil berwarna hitam, agaknya Asmara merasa sedikit takut, pasalnya mobil tersebut berhenti cukup lama namun tidak juga ada seseorang yang keluar dari sana.
Suasana tersebut semakin membuat jantung Asmara berdebar, sungguh dia sangat takut kalau-kalau ada orang tidak di kenal yang mungkin saja akan berbuat jahat, jika di bandingkan dengan setan dan sejenisnya.
Perlahan namun pasti Asmara melihat seseorang dari balik kemudi membuka pintu mobil tersebut, kabut yang cukup tebal membuat Asmara tidak jelas melihat siapakah sosok disana.
Sosok yang Asmara yakini adalah seorang laki-kaki , kini berjalan menuju tempat dimana dia berada , mengenakan payung hitam yang membuat Asmara tidak dapat dengan jelas melihat wajahnya.
Jangan ditanya bagaimana Senja, sudah pasti senja sangat ketakutan dan memeluk erat Asmara.
Sementara Asmara seolah membuat pertahanan terhadap sosok yang semakin mendekat ke arahnya.
"Bu Bidan Asmara?"
Panggil sosok laki-laki yang kini semakin dekat dengan Asmara berdiri.
"Mas Loka ?"
Ucap Asmara setelah benar-benar melihat siapa yang datang menghampirinya. Sementara Loka hanya menganggukkan kepala.
"Sedang apa kalian disini ?"
"Kami berteduh mas, Sudah sejak tadi hujan tidak kunjung reda"
Loka tampak memindai keadaan sekitar, melihat ke sekeliling, suasana semakin gelap dan tidak adanya penerangan membuat Loka benar-benar merasa tidak tega untuk meninggalkan keduanya.
"Saya antar kalian pulang saja, Kasihan Senja"
Asmara tampak berfikir sejenak, dan menautkan kedua alisnya.
"Tapi motor saya ?"
"Gampang, nanti biar orang-orang saya yang antar ke rumah"
Mendengar hal itu Asmara merasa cukup lega, tidak mungkin dia menolaknya , sementara Senja terlihat sudah begitu lelah dan menggigil kedinginan.
Mengenakan payung yang sama, Loka membawa keduanya menuju mobilnya. Membuka pintu bagian samping kemudi.
Kesan pertama ketika memasukinya 'Sangat harum' batin Asmara. Melihat interior nya saja Asmara tahu jika mobil ini bukan mobil sembarangan dan tentu harganya bukan pula sembarangan.
"Maaf merepotkan mas Loka "
"Tidak masalah Bu Bidan Asmara, sudah kewajiban saya"
"Panggil Asma saja, Mas Loka kan buka pasien saya" lirih Asmara
Loka pun tersenyum dengan menganggukkan kepala.
Mobil melaju dengan kecepatan rendah, hal itu tentu karena cuaca yang masih ekstrem ditambah kabut tebal, dan jalanan yang licin, membuat Loka harus ekstra hati-hati.
Sepanjang perjalanan baik Loka maupun Asmara hanya saling diam, sementara Senja terlihat telah pulas dalam gendongan Asmara.
Mungkin juga karena lelah seharian bermain, ditambah suasana nyaman berada di mobil Loka, membuat gadis kecil itu terdengar mendengkur halus.
"Em. Kalian darimana sebelumny ?"
Loka mencoba membuka pembicaraan.
"Kami dari taman hiburan mas, Senja sangat ingin bermain di luar rumah, Jadi tadi pagi saya ajak dia ke taman" Ucap Asmara dengan sopan. Loka tampak menganggukkan kepala.
"Ohya, kalian hanya berdua saja ?, Dimana ayah Senja ?"
Pertanyaan itu begitu saja keluar dari mulut Loka, sejujurnya dia tidak ingin menanyakan nya, namun entah mengapa rasa penasarannya membuat Loka berani bertanya.
Terlihat Asmara terdiam untuk beberapa saat, kepalanya lantas menunduk.
"Maaf, Kau tidak perlu menjawabnya " Loka
Menyadari jika Asmara mungkin saja tidak nyaman dengan pertanyaannya.
"Kami sudah bercerai, Ayah Senja di jakarta"
Jawab singkat Asmara yang kemudian memejamkan mata dengan menghela nafas.
Loka kembali menganggukkan kepala, untuk alasan mengapa dan bagaimana keduanya berpisah sejujurnya sangat ingin Loka tanyakan, namun rasanya tidak sampai hati membuat Asmara mengingat kembali masa lalunya.
Tentu sesuatu yang tidak baik terjadi pada keduanya, sehingga berpisah menjadi jalan satu-satunya, begitu pikir Loka.
Loka tampak kembali fokus dengan Kemudi, kurang dari 5 menit mereka akan tiba di rumah Asmara.
Setelah perjalanan yang tidak begitu jauh namun memakan waktu yang cukup lama, akhirnya mobil yang di kemudikan Loka terparkir di depan rumah Asmara
Mbok Jum yang menyadari kedatangan Tamu bergegas untuk menyambut dengan sebuah Payung di tangannya.
Nyatanya benar Seorang tamu bersama Asmara sang majikan lah yang baru saja tiba.
"Ya Allah buk, Alhamdulillah ibu Sudah sampai " Ucap Mbok Jum dengan mengambil alih Senja dari gendongan Asmara.
"Iya mbok Jum, maaf membuat mbok Jum khawatir"
"Iya buk, Takut terjadi sesuatu dengan Bu Asma dan Senja"
Terlihat guratan kekhawatiran di wajah tua mbok Jum, dan asmara dapat dengan jelas melihatnya.
Mbok Jum lantas masuk dan menidurkan Senja di kamarnya, meninggalkan Asmara dan Loka yang masih berada di sana.
"Mas Loka duduk dulu, saya buatkan minuman" Asmara. Loka tampak menganggukkan kepala.
Setelah mempersilahkan Loka duduk, Asmara bergegas menuju belakang, menyalakan kompor untuk membuat Jahe geprek hangat yang biasa dia minum ketika cuaca dingin seperti ini.
Sementara Asmara tengah membuat minuman, Loka tampak memindai pandanganya meneliti setiap sudut rumah tua milik Asmara yang masih tampak bersih , kokoh , dan tentu sangat terawat.
Pandangan mata Loka seketika tertuju pada sebuah foto diatas meja tidak jauh dari tempatnya duduk.
Meraih foto tersebut, sebuah potret yang tentu sudah berumur cukup tua, seorang laki-laki dan wanita yang tengah bersama seorang gadis kecil, memiliki rambut panjang yang di kepang dua, Apa mungkin itu asmara ?. Begitu batin Loka.
Selain kemiripan diantara ketiganya, juga terlihat garis wajah yang menandakan itu benar benar adalah Asmara.
Sampai di sini Loka menyadari jika rumah ini merupakan rumah orang tuanya, namun dimana mereka, Mungkin saja terlah tiada, karena seingat Loka pak Basuki pernah mengatakan jika dia menganggap Asmara sebagai putri nya.
Lebih tepatnya rumah mendiang orang tua Asmara, yang mungkin saat ini telah berpulang kehadapan yang Maha Kuasa.
Berjalan kearah sisi samping, disana Loka melihat sebuah potret diri yang jauh lebih usang dan terlihat usianya cukup tua, dari kertas foto yang terlihat masih hitam putih.
Seorang Laki-laki dan perempuan , namun bukan sama seperti yang dia lihat di foto sebelumnya.
"Itu kakek dan nenek saya Mas"
Ucap Asmara yang baru saja muncul dari dapur, Loka cukup terkejut dengan kedatangan Asmara yang tiba-tiba.
"Maaf, Mas kaget ya ?" kekeh Asmara. Loka hanya tersenyum kecil.
***