NovelToon NovelToon
Istri 108kg Tuan Bara

Istri 108kg Tuan Bara

Status: tamat
Genre:Lari Saat Hamil / Selingkuh / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Tamat
Popularitas:9M
Nilai: 4.8
Nama Author: Bunga Peony

Hanya karena bentuk fisik yang tak seindah wanita lain. Alice harus menelan pil pahit sebuah pengkhianatan suami.

"Ckkk." Gavin berdecak seraya terkekeh mengejek. "Apa kamu tak berkaca, Alice? Lihat tubuhmu itu, sudah seperti babi putih. Bulat tak ada lekukan. Ukuranmu yang besar itu sudah membuatku jijik. Jangankan untuk menyentuhmu, senjataku saja tak mau berdiri saat melihatmu mengenakan pakaian minim di kamar. Apa pun yang kamu kenakan untuk merayuku, tak mampu membuatku berhasrat padamu. Apa kau mengerti!"

Penghinaan serta pengkhianatan yang Gavin lakukan pada Alice meninggalkan luka yang begitu dalam, hingga membuat hati Alice membiru.

Mahkota yang seharusnya ia hadiahkan pada suaminya, justru menjadi malam petaka dan cinta satu malam yang Alice lakukan pada Bara, kakak iparnya sendiri.

Bagaimana malam petaka itu terjadi? Bagaimana Bara bisa menyentuh Alice saat suaminya saja jijik menyentuhnya? Lalu apa yang akan Alice lakukan untuk melanjutkan hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunga Peony, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12. Di mana kamu?

Esok harinya. Saat kondisi Bara lebih baik, lelaki itu pergi ke rumah orang tua Alice. Mobil hitamnya kini memasuki gerbang yang terbingkai tembok tinggi bagai benteng pertahanan.

Mobilnya terparkir rapi di depan sebuah halaman, sekitarnya terdapat taman bunga yang terawat dengan rapi.

Bunga-bunga pun banyak tumbuh mekar di sana. Di salah satu sisi rumah terdapat petakan tanah yang di penuhi dengan berbagai tanaman mawar. Dan mawar merah pekat yang sedang merekah itu mencuri perhatiannya.

"Ciri khas dia sekali," gumam Bara. Ia tersenyum simpul mengingat bagaimana wanita itu berkutat dengan kebun bunganya. Langkah kaki Bara masuk ke dalam rumah yang cukup besar, namun tak sebesar rumah keluarga Apsara.

Seorang pelayan membuka pintu, setelah memberitahukan maksud dan tujuannya, pelayan itu mempersilakan ia masuk.

Pelayan mengatakan akan memanggil Tuan dan Nyonya keluarga Kiyonna. Ini kedua kalinya lelaki tinggi itu datang ke rumah ini, yang pertama saat ia mengantar Gavin di acara pertunangan mereka di rumah ini.

Sembari menunggu Bara memperhatikan hiasan dinding hingga pandangan matanya terpaku pada sebuah foto besar yang tergantung itu. Foto keluarga lengkap di mana tampak Alice berdiri berdampingan, dengan adik lelakinya di belakang kursi ayahnya yang duduk bersebelahan dengan ibunya.

"Selamat siang Tuan muda Apsara!" sapa tuan Robert dan duduk di hadapan Bara dengan santai. Ia menemui pria itu dengan wajah datar, tak ada senyum walau suaranya terdengar ramah. Bara sadar lelaki tua itu pasti masih menyimpan rasa sakit hati pada keluarganya atas sikap dan tindakan yang telah di lakukan Gavin pada putrinya.

Apa yang Bara harapkan? Diizinkan masuk dan tidak di usir saja sudah sebuah anugrah untuknya. Orang tua mana yang masih mau beramah tamah dengan keluarga yang sudah menyakiti anaknya. Tidak mungkin ada!

"Aku tak punya waktu banyak. Katakan apa maksud dan kedatanganmu ke sini?" ujar Robert.

"Sepertinya anda sedang terburu-buru, Pak. Baiklah kalau begitu saya tidak akan mengganggu waktu anda. Saya datang ke sini ingin bertemu Alice, ada hal yang ingin saya bicarakan padanya. Apa dia ada?" Bara menyampaikan maksud kedatangannya.

Robert memicingkan mata menatap Bara. "Untuk apalagi kalian mencari putriku? Putriku tak ada lagi hubungannya dengan keluarga kalian. Jadi pergilah!"

Bara menyembunyikan ekspresi kecewanya, padahal ia sudah mempersiapkan waktu untuk hanya sekedar datang ke rumah ini. Ia tak ingin pergi sebelum berbicara dengan wanita itu dan memastikan satu hal.

"Saya ingin membicarakan hal yang sangat penting. Dan hanya bisa saya bicarakan empat mata saja dengannya. Jadi saya harap anda sudi mengizinkan saya bertemu dengan Alice sekarang Tuan Robert!" Bara mengabaikan ucapan Robert sebelumnya. Ia tetap pada keinginannya.

Robert tersenyum tipis. Air minum yang sedari tadi terhidang oleh pelayan sama sekali belum tersentuh oleh keduanya. Suasana di antara mereka mulai terasa tegang.

"Aku tak tahu sepenting apa hal penting yang kamu bicarakan itu Tuan pengacara. Tetapi maafkan saya, tapi sepertinya kedatangan anda ke rumah ini sia-sia saja. Karena Alice sudah tidak ada di rumah ini lagi."

Degh!

"Pergi?" Bara tersentak kaget mendengarnya. "Pergi ke mana?"

"Saya tidak tahu dan saya rasa pun kamu juga tak perlu tahu. Jangan cari putriku! Biarkan dia hidup tenang dan mengobati luka di hatinya akibat perlakuan adikmu yang bajingan itu!" marah Robert.

"Saya selaku pihak keluarga dari Gavin memohon maaf atas tindakan Gavin pada Alice. Kami sekeluarga tidak berharap perceraian di antara mereka terjadi," kata Bara.

Robert menghujamkan tatapan tepat pada ke dua bola mata Bara. Bara dapat melihat binar kecewa di mata pria berumur itu. Perasaan sedih seorang Ayah yang Bara maklumi.

"Sebagai seorang Ayah, aku benar-benar kecewa! Tolong sampaikan pada adikmu itu, sekarang dia boleh berbahagia dan mencampakkan putriku begitu saja setelah apa yang terjadi padanya saat ini. Meninggalkan dia di saat dia sedang me ...," Robet langsung menghentikan ucapannya.

Ia menahan deru emosi yang membuncah di dada, hampir ia saja keceplosan akan sesuatu hal yang tak boleh ia katakan.

"Sedang me, apa?" tanya Bara curiga.

Robert diam sejenak, melihat tatapan menyelidik Bara membuat Robert memutar otak cepat mencari jawaban yang pas.

"Menangisi penderitaannya! Iya, ia sedang terpuruk menangisi penderitaannya. Tetapi aku yakin, akan ada waktu di mana lelaki brengsek itu menyesal karena telah meninggalkan putriku. Menyesal karena telah menyia-nyiakan wanita tulus seperti dirinya. Putriku sempurna, hanya kalian saja yang tidak menyadari kesempurnaan yang ia miliki," geram Robert.

Raut wajahnya yang datar kini berubah keruh dan tak sedap di pandang. Pria tua itu beranjak dari duduknya meninggalkan Bara yang masih ingin bertanya tentang keberadaan putrinya.

"Tunggu dulu Tuan Robert, anda belum mengatakan pada saya di mana Alice?" teriak Bara pada Robet yang kembali menaiki tangga. Ia menyuruh pelayan untuk mengantar Bara keluar rumah.

Pria tua itu memilih untuk menghindar, berdebat dengan pengacara itu hanya akan membuat ia tak mampu menutup mulut lebih lama. Robert sudah berjanji pada putrinya, ia tak ingin putrinya kembali menderita, jika kembali berhubungan dengan keluarga Apsara.

Mendapat penolakan dari keluarga Alice, Bara memilih untuk pergi dari rumah itu.

"Awalnya aku ingin berbicara baik-baik secara empat mata padamu sebagai pria yang ingin bertanggung jawab. Tapi nyatanya kamu lebih memilih untuk pergi menjauh dari semuanya!" ujar Bara bermonolog seorang diri di dalam mobil. Ia melajukan mobilnya membelah jalanan kota.

Bara memasang earphone di telinga, menelpon seseorang yang sangat bisa ia andalkan. Hingga panggilan kedua sambungan itu pun terangkat oleh orang yang berada di seberang sana.

[Hallo Bos, apa ada perintah?] sambut suara bass yang terdengar serak di seberang telpon.

"Tentu, aku ingin kamu memeriksa keberadaan seorang wanita, cari tahu di mana keberadaan wanita itu sekarang!" titah Bara tegas. Matanya tetap fokus memandang jalan raya yang ia lewati.

[Siapa orangnya Boss?] balas suara bass itu lagi. Pria itu adalah seorang detektif swasta yang menjadi bawahan setia Bara.

Tak hanya mencari informasi yang di butuhkan tuannya. Pria itu juga tak segan-segan menyingkirkan siapa saja yang mengganggu kenyamanan Tuannya itu. Seperti anjing pemburu yang tunduk di genggaman Bara.

"Mantan istri Gavin!"

[Wanita gendut itu, Boss?] tanya pria itu terdengar tak percaya. Ia pikir Bara akan memintanya mencari informasi tentang wanita cantik dan seksi, namun ternyata janda gendut yang pernah di sia-siakan adiknya sendiri.

"Jaga ucapanmu! Jangan banyak tanya dan kerjakan perintahku. Kabari aku secepatnya! Aku mau malam ini informasinya sudah di kirimkan padaku!"

Tit!

Bara mematikan sambungan teleponnya sepihak tanpa menunggu balasan dari lawan bicara.

Bara tak mengerti kenapa ada rasa bingung dan panik di hatinya mendengar kepergian Alice tanpa kabar seperti ini. Ia pikir wanita itu pulang untuk berkumpul dengan keluarganya di masa-masa sulitnya ini. Namun nyatanya wanita itu justru menghilang.

Bara membelokkan stir mobilnya memasuki kawasan gedung tinggi yang menjadi tempatnya bekerja. Ada beberapa kasus yang harus ia tangani bahan-bahan untuk sidang besok. Bara berharap kondisi fisiknya besok bisa di ajak kompromi. Jangan sampai ia mabuk dan mual lagi seperti pagi ini. Rasa ini benar-benar menyiksanya.

1
Lamsiah
bener kamu sendiri yang memainkan api yonna alias Aline dan sekarang kamu terbakar oleh api yang kamu ciptakan dan sekarang rasakan gimana rasanya enak gak , makanya jangan suka memancing gini kan jadi nya
Lamsiah
udah tau suami belum pulang kerja jangan main buka aja pintu nya kenapa gak diintip dulu dari jendela kan bisa , kalau buat mancing orang aja bisa pas udah gitu aja kaya kerupuk kejebur air lempem gak berdaya gak bisa melawan sok kuat sok pemberani gak tau nya penakut dan gak bisa jaga kehormatan diri sendiri dan keluarga
Lamsiah
gak lakinya gak bininya sama gila apa salah minum obat x
Lamsiah
hilang rasa percaya diri dan rasa benci menjadi satu udah tiada dapat di pungkiri lagi bahwa itu penyakit hati yang paling dalam
Lamsiah
aku kira yonna akan berubah dan menjadi gadis baik lembut sopan anggun eeh ternyata seperti wanita murahan gak punya moral gak punya harga diri bahkan suami sendiri di gituin dan apa bedanya yonna sama Gavin gissel kalau kaya gitu sama sama murahan
Lamsiah
emang susah kalau pikiran nya kotor dan jahat terus gak akan berubah kecuali ia cacat dan tertimbun tanah alias isdet mati
Lamsiah
gak hanya dosa sama suami tapi udah durhaka kepada suaminya masa balas dendam melalui suami gak etis sama jahatnya sama kaya davin
Lamsiah
kalau seperti itu apa bedanya Aline atau yonna sama mereka apakah kejahatan di balas kejahatan gak bahkan ada orang lebih dari masalah ailine tapi mereka menganggap itu bentuk ujian dari Robb nya karena kalau ingin mendapatkan yang terbaik kita harus mendapatkan ujian dulu dan sekarang ingin balas dendam sama mantan suami sama madu tapi suami nya yang di jadikan korban salah tar gimana kalau karma itu berbalik pada diri sendiri
Lamsiah
jadi kesannya kayak cewek murahan sih thoor kaya gak ada harga diri nya masa iya menjalin hubungan lagi sama mantan kalau aku ogah siih thoor apalagi orang itu yang udah merendahkan martabat kita udah membuang kita bagai barang tak berharga berguna
Lamsiah
sebaiknya mertua gak sama seperti orang tua sendiri apalagi dengan dalil menantu kesayangan kalau udah ada ganti pasti terlupakan
Lamsiah
jangan mau jadi wanita begok mau direndahkan badan masih muda masih pirgin kenapa repot masalah jodoh kalau memang ada dia akan datang dan menerima mu bukan sebalik nya
Cinta Salsabila
keren 👍👍👍
Titien Prawiro
ceritanya ruwet.
Dhini Anugrah Anum Nasution
ok
Amora
👍
Vien Habib
Luar biasa
Anonymous
Next senja
Helen Nirawan
gk ada yg mau ngalah , heran
Helen Nirawan
kebiri aj tuh si gavin dasar kampret 😈
Helen Nirawan
suami istri sama2 sinting , ampun 😈
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!