Masa remaja Disha, penuh dengan warna warni. Sahabat, ayah tiri yang menyayanginya.
Semuanya sempurna.
Hingga 'dia' muncul.
Dia seorang guru, lalu menjadi paman, dan tiba-tiba menjadi seorang suami.
Namun menjadi tiga sosok berbeda membuatnya menjadi orang lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Disha Pingsan
Sepanjang perjalanan dalam bis, Disha tertidur di bahu Zafran.
Kelelahan semalam mengalami kejadian mengerikan.
Zafran memandangi wajah Disha, dengan tatapan sulit diartikan.
"Maaf.." hanya itu yang keluar dari mulut Zafran.
Entah maaf untuk apa.
Yang jelas Zafran galau dan merasa bersalah.
Begitu tiba di rumah, Disha langsung masuk kamar dan tidur.
Bunda kembali dari toko setelah dihubungi Zafran.
"Zafran, Disha kenapa?" Tanya Bunda panik.
"Kayaknya Disha nggak kuat dingin, Mbak. Jadi dia drop." Zafran terpaksa bohong agar Bunda nggak cemas.
"Ya Allah... Kemarin Mbak udah siapin selimut sama jaket tambahan. Tapi Disha bandel nggak mau bawa, berat katanya. Bener kan dia kedinginan di sana. Duhh untung Zafran di sana."
"Iya Mbak. Aku kan udah janji mau jagain keponakanku."
"Iya Mbak lega ada kamu. Ya sudah kamu istirahat saja. Mbak mau masak sop untuk Disha. Nanti jam makan siang Mas Mirza mau pulang liat Disha."
"Baik, Mbak." Zafran kembali ke kamar begitu Bunda ke dapur.
***
Di kamar Disha terbangun menjelang siang. Kepalanya pusing bukan main.
"Duuhh kenapa ini pusing banget?" Disha memegang kepalanya, kleyengan.
Ia berusaha berdiri. Susah payah. "Bundaaaaaaa...."
Suara Disha begitu lirih dan pelan. Tenggorokannya terasa kering.
Brukkk...
Disha terjatuh di lantai. Badannya begitu sakit.
Pintu terbuka lebar..
"Disha!!"
Kepala Disha mengangkat dan mengerjapkan mata. "Om Zafran.."
Zafran memegang kedua bahu Disha. "Kamu kenapa?"
"Kepalaku pusing Om."
Tangan Zafran meraba dahi Disha dan kaget. "Badan kamu panas banget, Dish.."
Pantas tubuhnya lemah.
"Disha... Masya Allah..." Bunda masuk kamar, panik melihat keadaan putrinya.
"Sepertinya Disha demam, Mbak."
Papa muncul nggak kalah kaget liat wajah Disha pucat sekali.
"Kita bawa Disha ke rumah sakit."
"Baik, Mas." Zafran menggendong Disha dengan kedua tangan dan bergegas keluar rumah.
***
Disha langsung ditindak di ruang UGD.
Papa, Bunda, dan Zafran menunggu dengan cemas.
"Kok lama banget ya, Mas?" Bunda mulai menangis.
"Sabar Dek.." Papa coba menenangkan meski tak kalah cemas melihat kondisi putri sambungnya.
"Mas sama Mbak tenang aja. Aku kenal dokter tadi. Dia satu kampus denganku di Yogya. Senior dua angkatan. Bahkan ketika wisuda dia cumlaude dengan nilai terbaik di fakultas kedokteran. Mas Mbak percaya aja dia pasti bisa menangani Disha." Zafran menjelaskan. Walau barusan ia sempat berbisik pada Ranu, dokter yang menangani Disha. Agar jangan memberitahu jika ada hal gawat pada Disha. Biar menjadi privasi antara Zafran dan Ranu saja.
Tak lama Dokter Ranu keluar ruangan sambil membuka masker.
"Bagaimana Dok?" Papa langsung memburu.
"Bagaimana anak saya, Dok?" Bunda tak sabar.
Sekilas Ranu melirik Zafran, seolah ada kode antara mereka.
"Tak usah cemas Bu. Pasien Disha hanya demam dan belum makan. Perutnya kosong. Ditambah tekanan darah nya rendah. Dia akan pulih setelah mendapat infus beberapa jam."
Papa dan Bunda bisa lega karena tidak ada yang terlalu gawat.
"Saya sudah berikan suntikan penurun demam, dan sekarang pasien sedang istirahat. Begitu ia siuman, harap beri makanan. Saya permisi dulu."
"Terima kasih Dok.."
Begitu Dokter Ranu pergi, semua masuk ke ruangan dan melihat Disha tertidur pulas.
Wajahnya tidak sepucat tadi.
"Sayang, kalau tau kamu bakal sakit, kemarin Bunda nggak akan ijinin kamu kemah, Nak.. Bunda nggak bisa jauh dari Disha." Bunda mengecup kening putrinya.
Papa ikut mengelus rambut Disha penuh sayang. "Pokoknya Disha harus dibatasi. Dia harus banyak istirahat. Sebentar lagi dia akan ujian Nasional. Selain kegiatan penunjang ujiannya, Disha tidak boleh ikut."
Bunda mengangguk. "Setuju Mas. Biar Disha fokus dengan ujian dan kesehatannya."
Zafran terharu melihat kakak-kakaknya begitu menyayangi gadis remaja yang terbaring itu.
"Dek, lebih baik kita urus administrasi dan cari makan untuk Disha." Ajak Papa yang langsung diiyakan.
"Zafran, jaga Disha ya. Kami tinggal sebentar."
"Baik Mas."
Begitu Papa dan Bunda pergi meninggalkan ruang UGD, Zafran melihat Disha tertidur begitu nyenyak.
Suster masuk ruangan.
"Wali pasien Disha."
Zafran berdiri. "Iya saya Sus."
"Dokter Ranu ingin anda ke ruangannya."
"Baik Sus. Bisa tolong jaga Disha?"
"Baik Pak."
Begitu yakin ada yang menjaga Disha, Zafran bergegas menuju ruangan Dokter Ranu.
***
nm ampir yuk
Dan anggapan bahwa ini "cuma kisah cinta gadis remaja" aja, ternyata salah. Gak nyangka ada masalah lain yang lebih serius.
Trus, episodenya gak kepanjangan. Sumpah udah beberapa kali baca karya dari author lain yang 200 episode lebih tu sebel. Tetep baca karena penasaran tapi sebel ceritanya gak habis2. Mirip banget sinetron indo yang alurnya udah keluar jalur, udah kemana2 dan gak jelas banget.
Nah kalo ini beda, bener2 kayak baca novel yang udah terbit itu looh, layak banget deh dibaca.
Keren thoor, sukaaa 😍😍
Bisa2nya ninggalin anaknya serumah sama yang bukan muhrim. Sebel deeh
Dan novel ini, beneran kelas teenlitnya gramedia. Layak terbit banget.
Sayangnya lebih banyak yang suka yang temanya pernikahan, dan paling mainstream kalo gak tema cewek miskin nikah sama cowok sangat amat kaya raya, ya tema pernikahan dimadu ato mertua jahat.
Plis, karya ini bagus banget loo, layak dilike banyak2.
Padahal judul lain yang temanya mainstream (perempuan miskin nikah sama laki2 kaya raya) dan penulisannya buuuerantakan bisa berpuluh2 ribu like nya, heran deh 😔
Dan akhirnya nemu judul ini, baru part 5 udah puaaas banget.
Keren thoooor 😍😍😍😍
ceritanya 👍