Sudah Bagus-bagus menjadi seorang Dokter di rumah sakit. Tavisha gadis cantik berhijab harus berhadapan dengan pria dingin yang sangat galak bernama Kastara. Bermula dari kedatangan pria itu yang membawa salah satu temannya yang terluka parah yang membuat kekacauan di rumah sakit.
Hari itu menjadi hari yang sangat sial bagi Tavisha, bagaimana tidak saat dirinya yang kebetulan ada di sana dan mendapatkan ancaman dengan pria tersebut menodongkan pistol kepadanya untuk menangani temannya terlebih dahulu.
Tavisha berhasil melakukan pertolongan pertama dan dia pikir dia sudah lolos dari pria agresif itu dan ternyata tidak. Tavisha justru terjebak dan selalu mendapatkan tekanan dari Kastara.
Alih-alih melarikan diri dari Kastara yang ternyata Kastara malah melamarnya. Tavisha yang tidak punya pilihan lain yang akhirnya menikah dengan Kastara.
Bagaimana Tavisha menghadapi pernikahannya dengan pria yang sangat agresif dan belum lagi banyak rahasia.
Follow Ig
ainunharahap12
ainuncefeniss
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 7 Kembali Pulang
"Assalamualaikum!" sapa Tavisha begitu sudah memasuki rumah.
"Walaikum salam," sahut Umi.
Tavisha yang langsung menghampiri Umi.
"Umi maaf Tavisha sudah pulang terlambat. Ada...."
"Kenapa kamu terlihat begitu panik sekali dan bukankah kamu sudah mengatakan terlebih dahulu," sahut Umi yang membuat Tavisha bingung.
"Maksud Umi?" tanya Tavisha.
"Kamu sebaiknya langsung saja bersih-bersih. Umi sudah menyiapkan sarapan untuk kamu," sahut Umi yang membuat Tavisha semakin bingung yang tidak mengerti apa yang dikatakan Widya dan bahkan Widya juga tidak mempertanyakan kenapa dia baru pulang saat ini.
"Umi Tavisha tadi sudah sarapan," ucapnya.
"Ya sudah kalau begitu," sahut Widya dengan santai.
"Umi tunggu dulu. Kenapa Umi terkesan begitu sangat santai saat Tavisha pulang baru pulang pagi. Umi tidak bertanya-tanya sama sekali dan padahal Tavisha tidak pulang semalaman. Tavisha juga melihat tidak ada rasa kekhawatiran sama sekali di wajah Umi?" tanyanya dengan penuh kebingungan.
"Tavisha seorang ibu pasti mengkhawatirkan putrinya dan apalagi sampai tidak pulang. Tetapi rada khawatir dari orang tua akan hilang ketika putrinya mengabari terlebih dahulu. Umi selama ini memberikan kamu kepercayaan, kamu juga melakukan semua itu demi pasien dan Umi sangat mengerti profesi kamu sebagai Dokter," ucap Umi dengan bijak yang justru semakin membuat Tavisha bingung.
"Apa maksud Umi. Apa sebelumnya Tavisha sudah mengabari bahwa Tavisha tidak akan pulang?" tanyanya memastikan.
"Lalu jika bukan kamu siapa yang mengabari Umi?" Widya yang justru bertanya kembali membuat Tavisha semakin bingung.
"Kamu sudah mengirim pesan kepada Umi bahwa kamu tidak bisa pulang karena banyak pasien di rumah sakit. Umi memaklumi semua itu. Umi tahu kamu begitu lelah sampai lupa tentang apa yang sudah kamu bicarakan sebelumnya," ucap Widya.
Tavisha cepat-cepat merogoh tasnya untuk memeriksa ponselnya dan ternyata benar apa adanya dia telah mengirim pesan kepada uminya panjang lebar dan bahkan dengan bahasanya sendiri.
"Tidak mungkin dia yang melakukannya?" tebak Tavisha.
"Bagaimana caranya dia mengirim pesan kepada Umi dan sementara aku memberi kunci pada ponselku?" Tavisha bertanya-tanya di dalam hati.
"Kenapa kamu masih bengong! ayo cepat kamu buruan beres-beres dan bukankah harus kembali kerumah sakit lagi. Kamu sebaiknya istirahat dulu dan setelah itu baru pergi," ucap Ratih yang membuat Tavisha menganggukkan kepala.
Tavisha benar-benar tidak menyangka jika orang yang dia temui mampu membuat situasi yang tidak membuat unitnya khawatir.
*****
Rumah sakit
"Apa Dokter Tavisha tidak beristirahat tadi malam?" tanya Suster Andin yang duduk di depan Tavisha keduanya sedang menikmati makan siang di kantin rumah sakit.
"Apa mata saya kelihatan kurang tidur?" tanya Tavisha.
"Sedikit Dokter! Dokter tampak kurang istirahat dan jangan-jangan benar-benar tidak tidur," ucap Suster Andin.
"Saya juga tidak tahu harus bercerita mulai dari mana," ucapnya menghela nafas.
"Walau memiliki mata seperti ini yang tampak begitu lelah, tetapi jika pak Bagas melihat Dokter sepertinya akan tetap pangling," ucap Andin yang tiba-tiba saja tersenyum dengan matanya yang tertuju pada satu arah yang membuat Tavisha langsung menoleh ke belakang.
Pantas saja Andin tersenyum ketika melihat seorang pria yang memakai setelan jas tampak rapi berjalan ke arah mereka.
"Selamat siang!" sapa pria itu dengan suara lembut.
"Siang Pak!" sahut Andin dan Tavisha hanya menjawab dengan tersenyum.
"Kamu sudah makan siang ternyata Tavisha. Aku padahal ingin mengajak kamu makan di luar," ucap Bagas.
"Iya aku sudah makan bersama dengan Suster Andin," jawab Tavisha.
"Kamu tidak ada rencana untuk makan lagi?" tanya Bagas.
Tavisha menggelengkan kepala dengan jujur.
"Baiklah! Mungkin lain kali kita bisa makan siang bersama. Kalau begitu aku mau menemui Papa dulu," ucap Bagas yang membuat Tavisha menganggukkan kepala.
"Oh iya Tavisha!" Bagas yang ternyata tidak jadi pergi.
"Aku mendengar dari papa yang ternyata beberapa hari yang lalu ada kejadian di rumah sakit ini dan bahkan hampir saja membahayakan nyawa kamu," ucap Bagas.
"Benar sekali pak Bagas. Ada beberapa orang pria yang datang membawa pasien darurat dan mereka tampak memaksa semua orang yang ada di rumah sakit ini untuk mendahului mereka dengan memberikan ancaman berupa pistol," bukan Tavisha yang memberikan penjelasan tentang hal itu yang melainkan Suster Andin.
"Apa kamu terluka Tavisha?" tanya Bagas yang tampak begitu khawatir.
"Alhamdulillah saya sama sekali tidak apa-apa," jawab Tavisha.
"Apa Papa sudah menangani kasus ini. Agar orang-orang tersebut bisa diurus oleh pihak berwajib dan bagaimanapun mereka sudah membuat onar di rumah sakit ini," ucap Bagas.
"Sudahlah Bagas. Aku rasa hal itu tidak perlu dilakukan. Aku dan Om juga yang membahas masalah ini dan kami memaklumi semua itu Karena rasa kekhawatiran mereka terhadap pasien yang mereka bawa. Pasiennya juga sudah tidak ada di sini dan itu artinya sudah tidak berurusan lagi dengan rumah sakit ini. Jadi menurutku tidak ada hal yang harus diperpanjang," ucap Tavisha memberikan pernyataan.
Dia udah pasti tidak ingin berurusan dengan Kastara tanpa sepengetahuan orang lain bahwa dia tetap mendapatkan ancaman.
"Syukurlah kalau kamu tidak apa-apa. Aku berharap kejadian ini tidak terulang lagi," ucap Kastara yang membuat Tavisha menganggukkan kepala dengan tersenyum.
"Baiklah! Kalau begitu aku pergi dulu," ucap Kastara.
Tavisha dan Suster Andien menganggukkan kepala.
"Ya ampun Dokter, kalau ditanya pria apa kamu tidak ingin makan siang lagi, seharusnya Dokter menjawab saja iya. Apa Dokter tidak peka. Jika pak Bagas hanya ingin makan berdua dengan Dokter," ucap Suster Andin.
"Untuk apa berbohong jika saya memang sudah kenyang dan lagi pula saya juga tidak ingin makan berdua dengan pria yang bukan mahram saya," jawab Tavisha.
"Seharusnya berikan kode itu kepada Pak Bagas dan bukan kepada saya," sahut Suster Andin yang membuat Tavisha mengerutkan dahi.
"Kode apa maksud kamu?" tanya Tavisha.
"Dokter itu membicarakan untuk hubungan Dokter dan Pak Bagas dilanjutkan ke jenjang pernikahan. Lagi pula orang yang ada di rumah sakit ini juga sudah tahu bagaimana kedekatan Dokter dan keluarga Pak Bagas dan jelas saja sebagai seorang wanita Dokter harus meminta kepastian yang jelas," jawab Suster yang membuat Tavisha tersenyum geleng-geleng kepala.
"Kamu ini ada-ada saja. Sudahlah jangan membahas orang yang tidak ada di sini. Ayo kita lanjutkan makan," ucap Tavisha yang membuat Suster Andin menghela nafas yang memang Tavisha tidak pernah ingin membahas pria dengan siapapun.
****
Tavisha hari ini tidak memiliki banyak pasien di rumah sakit, tetapi Tavisha yang ternyata tidak pulang dan melainkan berada di salah satu Restaurant yang makan bersama Bagas dan Lukman yang merupakan pemilik rumah Sakit tersebut.
Tavisha awalnya sudah menolak ajakan makan malam itu yang pasti memang Lukman yang mengajak Tavisha, tetapi ini pasti ada sangkut pautnya dengan Bagas yang menyuruh ayahnya melakukan hal itu. Tavisha merasa tidak enak yang akhirnya makan bersama mereka berdua.
"Tavisha apa kamu ingin memesan makanan yang lain?" tanya Lukman.
"Tidak Om. Ini saja sudah cukup," jawab Tavisha.
"Kamu juga jangan lupa memesan makanannya Umi kamu suka!" ucap Lukman.
"Tidak usah, Om. Umi pasti sudah makan malam," sahut Tavisha yang menolak semua permintaan itu karena merasa sangat segan kepada atasannya di rumah sakit.
Bersambung.....
siapa ini sih Thor kasih penjelasan dong biar ga gelap gulita seperti ini