"Siapa namamu? Kenapa wajahmu sangat mirip denganku?" tanya Gavin spontan tanpa basa-basi.
"Namaku Daniel. Mirip denganmu? Kurasa tidak, Uncle. Kata Mommy, aku sangat tampan! Bahkan, tak ada yang mengalahkan ketampananku."
"Sial! Berani sekali anak kecil ini melawanku,"
Daniel, adalah putra Elleana yang pandai melukis dan mulai tumbuh besar. Kemampuannya dalam melukis, membuat siapapun kagum padanya. Siapa sangka, ia memenangkan lomba melukis di sebuah galeri seni ternama. Rupanya, seorang Gavin Alenxander, sang CEO galeri seni itu, merasa bahwa Daniel mirip dengannya. Apakah Daniel dan CEO itu ada hubungannya?
Sebuah keajaiban terjadi, ketika Daniel menghadiri lelang lukisan terbesar di dunia. Ellea dan Gavin dipertemukan dalam sebuah acara yang sama. Gavin Alexander sangat kaget, mengingat anak kecil yang mirip dengannya, tengah bersama Ellea, wanita yang dulu pernah menjadi masa lalunya.
Apakah hubungan Ellea dan Gavin di masa lalu? Siapakah Ayah Daniel sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irna Mahda Rianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12. Answer me!
"Mommy ... steak ini sangat enak! Aku belum pernah makan steak yang sangat enak seperti ini," Daniel sangat bahagia.
"Ah, iya sayang ... makanlah sampai kau kenyang, Mommy bahagia jika Daniel banyak makan," Ellea tersenyum bahagia.
"Ya, Mommy ..."
"Naiklah, jangan makan di dalam air. Apa kau tak kedinginan?"
"Tidak, aku di dalam kolam renang saja, Mommy. Airnya tak sedingin air di rumahku." Daniel menyeringai.
"Dasar, kau selalu saja bisa menjawab." Elle mengusap-usap rambut Eric.
Eric mengirim pesan pada Ellea, jika dirinya akan menghadiri pertemuan mendadak. Sejak mengangkat telepon tadi, Eric meninggalkan Ellea sedikit jauh dari kolam renang. Hingga saat itu, Eric tak kelihatan batang hidungnya. Akhirnya, ketika mendapat pesan dari Eric, Ellea mulai mengerti.
Beberapa saat kemudian ....
"Mommy, aku sudah selesai. Aku ingin mandi dan mengganti pakaianku," pinta Daniel.
"Baiklah, pakai handukmu, dan kita bersihkan badanmu ..." Ellea menarik Daniel ke atas.
Ellea dan Daniel tak menyadari, sepasang mata yang telah berlari terengah-engah, sangat shock melihat mereka berdua. Dia lah si monster besar, Gavin Alexander ... mata Gavin terbelalak hebat, melihat sosok dua orang yang sangat ia kenali. Daniel, dan wanita itu?
Astaga ... benar saja, dia adalah Daniel si monster kecil. Aku tak salah menduga ... t-tapi, s-siapa wanita itu? Wanita itu? Mata Gavin melotot saking kagetnya.
Aku tak bisa berpikir jernih saat ini. Kenapa aku harus melihat monster kecil itu bersama dengan wanita yang dulu pernah aku tiduri? Apakah wanita itu pembantunya? Apakah wanita itu babby sitter, Daniel? Apakah ... apakah ... apakah wanita itu adalah Ibunya Daniel? Oh God, kenapa setelah aku bertemu dengannya, hidupku rasanya rumit. Kenapa aku penasaran dengan semua ini?
Niat hati ingin menyapa Daniel, nyatanya Gavin tak sanggup. Ia hanya memerhatikan Ellea dan Daniel dari kejauhan. Gavin harus memastikan semua pada Ellea. Gavin mengikuti Ellea dan Daniel kedalam hotel. Gavin tetap mengamati mereka dari kejauhan. Jika keadaan sudah memungkinkan, Gavin akan menanyakan semua keterlibatan Ellea dengan Daniel.
"Mommy, aku lelah ... aku ingin tidur," ucap Daniel saat mereka berjalan menuju ke dalam hotel.
"Baiklah, kita ke kamar sekarang. Kau istirahat, Mommy akan ke restoran untuk makan siang, ya? Karena sejak tadi, perut Mommy sudah berbunyi, dia belum diisi makanan apapun," Ellea memegangi perutnya sambil tersenyum.
"Baiklah, Mommy, aku mengerti."
Daniel dan Ellea naik lift. Gavin melihat pemberhentian lift di depan layar kecil. Ia mengingat di lantai mana Ellea akan turun. Setelah Gavin tahu kamar Ellea, ia pun menyusul naik lift. Gavin ingin berbicara dengan Ellea empat mata. Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan dalam diri Gavin, yang membuat ia kaget juga penasaran.
Di lantai 3, ada sepuluh kamar, dan kamar nomor 4 lah tempat Ellea tidur. Gavin yakin, Ellea masih di dalam kamar. Gavin menunggu sampai waktu itu tiba. Cukup lama memang, lima belas menit menunggu, Ellea belum juga keluar dari kamar hotelnya.
Tiba-tiba ... pintu terbuka, Ellea keluar sambil menenteng tas kecil. Ia pun menutup pintu, dan ... belum sempat membalikkan tubuhnya, seseorang sudah berada di belakang Ellea, membekap mulutnya dengan paksa ....
"Mmmhhhhhh, mmhhhhhh," secepat kilat, tangan Gavin membekap Ellea.
"Tak ada alasan lagi bagimu untuk menghindar dariku! Ikut aku sekarang," Gavin menyeret Ellea, ia tetap membekap Ellea dengan satu tangannya.
Gavin memaksa Ellea naik lift. Pria arogan itu akan membawa Ellea menuju kamarnya, di lantai 7. Gavin tak akan membiarkan Ellea kabur, karena itulah Gavin akan membawa wanita nakal ini ke kamae pribadinya. Ellea yang ketakutan, mulai kesulitan bernapas, karena Gavin membekap tangannya.
Sesampainya di kamar, Gavin melemparkan Ellea ke tempat tidurnya. Entah mengapa, Gavin sangat kesal dan emosi pada Ellea. Gavin merasa, ia dibodohi oleh wanita dihadapannya ini. Wajah Ellea memerah, ia sangat marah dan kesal. Bagaimana tidak? Gavin memaksanya, Ellea kaget, bukan main.
"Brengsek! Apa maumu? Kenapa kau terus menggangguku?" Ellea berdiri dengan wajah yang teramat marah.
"Harusnya aku yang bertanya padamu! Apa hubunganmu dengan Daniel? Aku ingin kau menjawab dengan jujur! Jika tidak, Daniel akan terancam dalam bahaya." Gavin menyeringai.
"Bukan urusanmu! Kau tak berhak ikut campur dalam kehidupanku. Kenapa kau tahu Daniel, ha? Apa yang kau inginkan?" teriak Ellea.
"Daniel adalah anak yang selama ini aku rindukan. Apakah Daniel itu anakku?" tiba-tiba saja, kata-kata itu keluar dari mulut Gavin.
"Sialan! Berani-beraninya kau! Jangan berkata hal menjijikkan yang tak ingin aku dengar dari sampah seperti dirimu! Jangan ganggu kebahagiaanku, kau bukanlah siapa-siapa dalam kehidupanku!" Ellea emosi.
"Aku hanya memancingmu ... jadi, benar? Daniel adalah anakmu? Berapa usianya?" tanya Gavin santai.
"Sudah kukatakan, bukan urusanmu!"
Gavin duduk di sofa mewahnya. Ia mulai penasaran dengan Daniel dan Ellea. Rasanya, kali ini Gavin tak akan melepaskan Ellea dengan mudah. Apalagi, Daniel adalah anak Ellea. Gavin jadi berpikir, mungkinkah saat mereka melakukan cinta satu malam, Ellea tiba-tiba hamil?
"Daniel anak siapa? Jawab!" Gavin membentak Ellea dengan sangat keras.
"Bukan urusanmu, badjingan!"
"Prankkkkk ..." Gavin melemparkan vas bunga didekatnya.
"Aarrghhhh!" Ellea menjerit karena kaget.
"Jawab!" pekiknya.
"Dia anakku! Tak ada urusannya denganmu!" Ellea memegangi pipinya yang sakit.
"Siapa Ayah dari anakmu? Katakan sejujur-jujurnya, atau aku akan menyakitimu lagi!"
Ellea menahan rasa sakitnya. Tak mungkin, tak mungkin ia mengatakan bahwa Daniel adalah anaknya. Pria arogan yang hanya bisa main tangan, dan Gavin jelas bukan sosok Ayah yang baik untuk Daniel. Ellea tak ingin Gavin tahu, jika Daniel adalah anaknya. Ellea tahu, orang seperti apa Gavin, jika Ellea jujur, ia takut Gavin akan mengambil Daniel dari tangannya.
"Jawab atau ... " Gavin mulai mendekati Ellea.
Jantung Ellea bergemuruh hebat. Ia ketakutan, karena Gavin terus mendekatinya. Perlahan Ellea mundur, menghindar dari Gavin yang terus mendekatinya. Hingga Ellea terdesak sudah, tubuhnya menyentuh dinding, dan tak bisa melarikan diri lagi. Ellea memejamkan matanya, begitu Gavin mendekati bibirnya. Napas mereka saling menderu, Ellea juga Gavin, bisa merasakan hembusan napas mereka masing-masing.
"Katakan, Daniel anak siapa! Aku hanya ingin kejujuranmu!"
Ellea perlahan membuka matanya, "Dia adalah anak Eric!"
Ellea tak ada pilihan lain, selain berbohong pada Gavin. Berharap Gavin akan melepaskannya. Tapi ternyata, Gavin tak mudah dibodohi, karena Gavin telah mengenal Daniel sejak dulu.
Wanita bodoh yang membodohi orang pintar sepertiku. Ucap Gavin dalam hati.
"Kau berbohong, girl! Aku tahu, Eric bukan Ayah Daniel. Kau pikir aku bodoh? Eric sudah bertunangan, dan beberapa bulan lagi, dia akan menikah. Kau tak bisa terus berkelit padaku! Katakan dengan jujur, atau ... aku akan membuat kau mendesah lagi seperti lima tahun lalu!"
"Sialan! Dasar pria brengsek! menjauh dari tubuhku," Ellea mendorong tubuh Gavin, namun Gavin sangat kuat, ia tak goyah sedikitpun.
"Kau hanya tinggal katakan saja, anak siapa Daniel?" Gavin terus mencecar Ellea.
"Yang jelas bukan anakmu! Puas, kau!" Bentak Ellea.
Gavin memegang tangan Ellea, dan membalikkan tubuh Ellea, hingga kini Ellea berada dalam pelukan Gavin. Ellea meronta, ia tak suka Gavin memperlakukan dirinya seperti wanita murahan.
"Aarrgghhh, lepaskan!" Ellea terus meronta.
Gavin berbisik di telinga Ellea, "Jika Daniel bukan anakku ... maka aku ... aku akan membuat kau mengandung anakku!"
"Aaarrgghhh, aku tak sudi!"
Tiba-tiba ...
suara bel dari luar mengagetkan mereka. Pintu diketuk dengan sangat keras. Suara anak kecil yang lantang, membuat konsentrasi Gavin buyar.
"Mommy, mommy ... kau ada didalam, kan? Aku tahu, jejakmu yang berada di kamar ini. Mommy ... keluarlah!" suara Daniel terdengar sampai ke dalam kamar hotel.
Gavin menoleh kearah pintu, "Anakmu ada diluar, girl! Apakah kita harus berbincang bersama-sama?"
Astaga, Daniel ... kenapa dia bisa berada didepan kamar itu. Ellea ketakutan, karena ancaman Gavin tak main-main. Ellea takut Gavin menyentuh Daniel.
*Bersambung*
Benar² dia bayar lunas karmanya, maybe dia masi bertahan hidup hanya karena menunggu ellea pulang
Hanya Wina Patrice (ibu ellea) yg tersisa Krena mmng dri awal dia selalu menjadi korban, entah itu korban di nikahi secara paksa oleh Hendrick demi balas dendam dan korban diselingkuhi Hendrick slama pernikahan.
saat itu elea yg masuk kamar Gavin, dan dia jga yg nawarin akan lakukan segala hal, dan pas ditawarkan s*x Elea mau jgakan, meski dalam kondisi terpaksa Krena waktu itu dia harus bersembunyi dri org yg ngejar dia, bukan salahnya Gavin jga ga mw bantuin dgn tulus aplgi saat itu kondisi Gavin lgi terpuruk (dia jdi TDK berperikemanusiaan membantu wanita yg TDK di kenalnya yg datang sndiri kepadanya saat itu wajar² sja walau tetap tidak bisa dibenarkan yah!)
Ellea jga ga salah sepenuhnya tapi dia tetap salah karena tujuan awalnya memang menjual diri demi melunasi hutang, hrusnya dia tau konsekuensinya. Intinya mereka harus saling memahami sih
btw thanks visualnya Thor memuaskan, ceweknya jga🫶