Sebelum ibunya Sherin menghembuskan nafas terakhir,tubuhnya sangat lemah.dengan susah payah ia pun berkata."pergilah! carilah anakmu,ayahnya bernama...Devan...tapi,kamu harus berjanji tidak boleh menemui laki laki itu dengan wajah aslimu!"dan Sherin pun segera menyetujuinya.
"kenapa harus seperti itu bu?kenapa harus menyembunyikan wajah asliku?bukanya raut wajahku yang cantik yang ibu turunkan pada diriku ini yang selalu ibu banggakan?"
Namun sejak kejadian itu,ibunya Sherin menggunakan teknik kecantikannya menyembunyikan wajah asli Sherin...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mpu gandring, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kecelakaan
Sherin membereskan barang-barangnya,sebenarnya barangnya hanya beberapa macam saja,namun dia menghabiskan waktu setengah jam untuk membereskan semuanya.
" tante..."panggil Simon yang merasa lega karena masih bisa melihat Sherin di kamarnya.Anak itu pun berjalan menghampiri Sherin dan memeluknya dari belakang, karena dia pendek,dia hanya bisa memeluk bagian paha Sherin.
Sherin perlahan-lahan membalikkan badannya, raut wajah yang sangat sedih dan tidak rela itu berubah menjadi senang dan tersenyum lalu berkata." Simon,tante.....ada sedikit urusan,
seterusnya mungkin tante tidak akan bisa lagi mengasuhmu,
kamu...kamu akan patuh pada papamu? turuti apa yang dia katakan!" Sherin tidak bisa berkata lebih banyak lagi,bahkan terdengar jelas suaranya sedang berusaha menahan tangisnya.
Sherin memeluk Simon,dan matanya melihat ke langit langit kamar itu,membuat air matanya kembali masuk ke dalam.
" tante anggap aku ini bodoh ya? ayo beri tahu aku!apa yang sebenarnya terjadi? tadi siang bukannya baik baik saja...."tanya Simon yang terus memegang kaki Sherin.
Sherin yang merasakan hangat di celananya pun menundukkan kepala melihat ke bawah, dia melihat Simon yang menangis tersedu sedu hingga kedua bahunya pun bergetar,terlihat dari matanya,anak itu terkejut dan pilu.
Sherin pikir hanya dia yang tidak rela,namun Simon juga terlihat tidak rela.Berpikir sampai di sini,hatinya merasa sedikit terhibur.
Dia berlutut di lantai dan memeluk Simon ke dalam pelukannya lalu berpesan."nanti kalau ada waktu,tante bisa menjenguk kamu lagi ya? Simon anak baik,jangan lagi menangis ya!"
Sherin tidak ingin membicarakan kejelekan Devan di depan Simon,anak kecil tidak perlu mengetahui permasalahan orang dewasa.
Sebenarnya,setelah menenangkan diri, Sherin sepertinya memahami kenapa Devan melakukan semua ini.Simon adalah anaknya, Devan pastinya tidak akan membiarkan Simon berada dalam bahaya. Kalau dia berada dalam situasi yang sama,dia mungkin juga akan melakukan hal yang sama.Hanya saja dia belum bisa memberitahu tentang identitasnya yang sebenarnya,
karena dia belum mencari tahu apa yang sebenarnya saat itu.
"tante,apa kamu tidak ada pendirian sendiri? orang menyuruhmu pergi kamu akan pergi?" ucap Simon sambil menyeka air matanya dan raut wajahnya masih sangat berharap Sherin tidak menyerah begitu saja.
Sherin tidak menjawab sama sekali.Walaupun anak ini sangat cerdas,tapi pengalaman hidupnya masih sedikit dan mungkin di benaknya status semua orang di dunia ini adalah setara.
"aku saja yang memperkerjakan tante,ok? aku punya uang....biar aku yang membayar gajimu!" lanjut Simon
Simon yang masih berusaha menahan kepergian Sherin.
Namun Sherin hanya bisa menghelakan nafas,anak kecil ini menghangatkan hatinya.
Kepalang saja dia duduk di lantai dan menggendong anak itu ke dalam pelukannya.
Kalau saja bisa,dia sangat berharap waktu berhenti di sini saja.
Sayangnya.....
Beberapa jam kemudian,Simon tertidur di dalam pelukannya, bagaimana pun dia masih anak-anak.Sherin menatap wajah mungil itu, membungkuk kan badannya dan mencium dahi Simon.
Lalu berjalan pelan-pelan menggendong anak itu ke kamarnya.
Kemudian kembali ke kamarnya sendiri untuk mengambil tas yang sudah dia bereskan tadi,dengan cepat dia turun,berjalan ke pintu depan.
Di pintu gerbang,mbok lili berjalan perlahan sambil berpikir dan menggenggam kedua tangannya lalu melihat Sherin keluar dan menyapanya." Sherin,apa yang terjadi? pak Devan menyuruh mbok menghitung gajimu!"
Sherin berjalan ke depan beberapa langkah menghampiri mbok lili dan memeluknya,dia tidak menjawab pertanyaan mbok tapi malah berkata."mbok jangan kawatir,mbok harus menjaga dirimu yang baik.mbok harus banyak istirahat setelah pengasuh baru untuk Simon datang!"
Berpikir sejenak,dia mengambil secarik kertas dan pena untuk menulis nomor telponnya,memberikannya kepada mbok lili lalu berpesan."ini nomor handphone ku,mbok tolong hubungi aku kalau....ada apa apa dengan Simon!"
Mbok lili melihat dengan jelas ketidak relaan Sherin meninggalkan Simon,dia pun menerima kertas itu dari tangan Sherin,menghembuskan nafas panjang."hmph...."hanya saja ini adalah keputusan tuannya, dia juga tidak berdaya.
"Pak Devan menyuruhku memberikan ini kepadamu,ini gajimu!" ujar mbok lili yang mengeluarkan amplop cokelat dari kantong bajunya dan memberikannya kepada Sherin.
Sherin membuka dan melihat-lihat amplop tebal yang di terimanya,dilihat mungkin ada sekitar 20 jutaan.
Bibirnya tersenyum dingin,menghirup nafas panjang,memang benar sekali kalau orang kaya menyelesaikan masalah,uang memang di barisan pertama.
Sherin sembarang menarik beberapa lembar dari tumpukan itu,dan memberikan sisa nya kembali kepada mbok lili,lalu mengangkat kembali tasnya yang dia letakkan di lantai tadi,
kemudian menganggukkan kepalanya ke mbok lili dan berjalan keluar dari pintu gerbang.
Dari awal sampai akhir,dia tidak berani menoleh ke belakang melihat "'rumah"' itu,dia takut,bila dia melihatnya lagi,dia tidak akan bisa melangkah kan kakinya lagi,.
Mbok lili mengerutkan dahi melihat amplop di tangannya,lalu mengangkat tangannya seakan ingin mengatakan sesuatu tapi akhirnya hanya menggelengkan kepalanya dan menghela nafas panjang.
Sekarang sudah hampir pukul 09 malam,setelah meninggalkan villa itu Sherin turun gunung dengan mengikuti jalan di tepi pegunungan.Kawasan ini adalah kawasan elit,tidak mungkin tidak ada taksi yang lewat,sebenarnya dia sangat paham,tapi tetap saja dia memilih larut malam seperti ini untuk pergi karena dia takut jika dia tidak akan kuat melihat Simon menangis saat dia bangun nanti.
Di lantai 2 villa itu,Devan melihat bayangan hitam di jalan itu perlahan semakin menjauh,semakin memudar,dia pun berhenti melihatnya dan membalikkan badannya lalu pergi ke kamar Simon.
Kamarnya kosong,tidak ada bayangan Simon sama sekali.
Dahi Devan mengerut dengan cepat kaki panjang itu turun ke bawah,menghampiri mbok lili di dapur dan bertanya."mbok,apa kamu melihat Simon?"
Mbok lili yang mendengar pertanyaan itu langsung gelisah dan keluar dari dapur sambil menjawab." Simon,bukannya di kamarnya?"
Devan menggelengkan kepalanya dan memerintahkan."cepat panggil semua orang! lihat apa dia ada di taman belakang? sudah larut malam seperti ini,seharusnya sesuai kebiasan dia memang harusnya sudah tidur."
"apa....Simon..."ucap mbok lili yang tidak bisa menahan diri untuk mengingatkan Devan karena melihat raut wajah Devan semakin suram.
" dia pergi mencari wanita itu?"lanjut Devan sambil memukul sandaran sofa dan spontan berdiri,dan berjalan ke garasi lalu berkata."panggil pak Hasan! siapkan mobil."
Di bawah lampu jalan yang remang itu,benak Sherin hanya di penuhi dengan perkataan,tingkah laku Simon selama ini,oleh karena itu dia tidak mengamati bahwa jauh di belakang sana ada bayangan kecil yang terus mengikutinya.
"tit...tiiit...." bunyi kelakson berdering seiring dengan sinar lampu yang tajam itu,membuatnya otomatis membelokkan badannya,lalu mengangkat tangannya untuk menutupi matanya dari pancaran sinar lampu yang tajam itu,namun saat dia membalikkan badannya dia melihat bayangan kecil yang jauh di belakangnya itu.
Menyadari bahwa Sherin melihatnya,spontan Simon mundur,kemudian tidak jelas apa yang diinjaknya,dia pun terjatuh,karena jalan ini adalah jalan turunan di tepi gunung,di tambah belokan nya yang tajam,Simon yang memakai setelan baju tidur berbahan suteranya berwarna biru tua pun terbaring di tepi jalan.Namun dengan lampu jalan yang redup itu,
membuatnya tampak sangat tidak jelas.
Matanya tiba tiba melihat sebuah mobil datang dari pengkolan itu,sinar lampu yang terang itu membuat Simon otomatis mengangkat kepalanya untuk menghindari sinar itu,namun dia tetap tidak menyadari bahaya di depannya.
Tanpa berpikir apapun Sherin melepaskan tas dari tangannya dan berlari dengan cepat ke arah Simon, kemudian saat mobil itu berjarak beberapa meter dari Simon dia dengan sigap menelengkupkan dirinya di dekat Simon sambil menggunakan tenaga dalamnya yang tersisa untuk mendorong Simon ke samping.
"ckhiiitt...." bunyi yang menusuk telinga karena gesekan antara ban mobil dan jalan terdengar,inilah kejadian terakhir yang tersimpan di memori wanita itu.
TBC
Dukungannya selalu Author tunggu ya🤗 biar Author tambah semangat lagi nulisnya😊
jangan lupa!
kasih vote,like,komen😁