Mengetahui suaminya telah menikah lagi dan mempunyai seorang anak dari perempuan lain, adalah sebuah kehancuran bagi Yumna yang sedang hamil. Namun, seolah takdir terus mengujinya, anak dalam kandungannya pun ikut pergi meninggalkannya.
Yumna hampir gila, hampir tidak punya lagi semangat hidup dan hampir mengakhiri hidupnya yang seolah tidak ada artinya.
Namun, Yumna sadar dia harus bangkit dan hidup tetap harus berjalan. Dia harus menunjukan jika dia bisa hidup lebih baik pada orang-orang yang menyakitinya. Hingga Yumna bertemu dengan pria bernama Davin yang menjadi atasannya, pria dengan sebutan sang cassanova. Yumna harus bersabar menghadapi bos yang seperti itu.
Davin, hanya seorang pria yang terlanjur nyaman dengan dunia malam. Dunia yang membuatnya tidak terikat, hanya menikmati semalam dan bayar, lalu pergi tanpa keterikatan. Namun, setelah hadir Sekretaris baru yang cukup ketat karena perintah ayahnya, dia mulai memandang dunia dengan cara berbeda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Mama
Setelah makan malam bersama, Yumna mengambil semua data yang di minta oleh Davin tentang Rio dan Salsa. Menyerahkan semuanya pada Davin, meski menyelidiki semua data tentang mantan suaminya, seperti membuka luka lama dan membangkitkan trauma baru dalam dirinya.
"Rio adalah mantan suami saya, dan Salsa adalah istrinya" Suara Yumna pecah, bergetar menembus lantai marmer yang dingin. "Mereka menikah dan mempunyai anak, saat Rio masih menjadi suami saya. Bahkan, keadaan saya saat itu sedang mengandung anaknya, yang sekarang sudah berada di surga"
Davin terdiam, menatap Yumna yang bercerita tentang kisah hidupnya. Suaranya begitu parau dan bergetar. Bahkan Davin cukup terkejut saat Yumna mengatakan jika dia sudah pernah menikah, lalu mendengar cerita selanjutnya dari Yumna semakin membuat terkejut.
"Pak, jika bisa tolong balaskan semua rasa sakit saya pada mereka. Biarkan mereka hancur seperti mereka menghancurkan hidup saya"
Air mata lolos begitu saja, segera Yumna usap dengan kasar. Dadanya terasa sesak, seluruh tubuhnya seolah ikut merasakan sakit ketika mengingat kembali tentang perlakuan Rio dan Salsa padanya. Hingga dia harus kehilangan calon anaknya.
Davin beralih duduk di samping Yumna, memegang tangan wanita itu yang saling bertaut dan bergetar di atas pangkuannya.
"Saya bisa membereskan semuanya, ini mudah bagi saya. Kau tenang saja, semua rasa sakitmu akan terbalaskan"
Itu seperti bukan karena permintaan Yumna padanya, tapi seperti dari dalam hati Davin yang sesungguhnya. Mendengar bagaimana Yumna begitu tersakiti oleh pria bernama Rio ini, membuatnya ingin membalaskan dendam tanpa di minta.
Yumna mengangguk, dia menundukan wajahnya yang tidak bisa menahan air matanya. Ternyata meski sudah satu tahun berlalu, semuanya masih tetap terasa sakit.
Meski sedikit ragu, tapi Davin paling tidak bisa melihat seorang perempuan menangis di depannya. Akhirnya dia merangkul bahu Yumna untuk sekadar menenangkannya.
"Kamu hebat sudah bertahan sejauh ini, Yum. Akan aku pastikan jika pria itu mendapatkan balasan yang setimpal atas rasa sakit yang kamu alami"
Yumna menghembuskan napas panjang, menghentikan isak tangisnya. Dia mengusap sisa air mata di sudut matanya. Lalu mengangguk pelan atas ucapan Davin barusan.
"Terima kasi Pak, karena sudah mau membantu saya membalaskan rasa sakit itu"
Seperti mendapat sebuah dukungan baru, Yumna merasa dia tidak selalu sendiri. Ada Irena, Ibunya, dan juga Davin yang sekarang bersiap untuk membantunya juga.
"Sekarang adalah waktunya kamu untuk bangkit, jangan biarkan masa lalu membuatmu lemah. Karena perempuan bisa lebih kuat jika dia mau"
Yumna menoleh, dan seketika tatapan mereka bertemu dengan jarak yang begitu dekat. Yumna cukup terkejut dengan debaran jantungnya sendiri. Dia segera berdiri dari duduknya, sejak tadi baru sadar jika Davin bahkan merangkul bahunya.
"Kalau begitu saya permisi dulu Pak, sudah malam. Selamat istirahat"
Davin menatap kepergian Yumna dengan senyuman penuh arti. Merasa lucu juga dengan wajah terkejut gadis itu. Padahal Davin tidak melakukan apapun padanya.
"Padahal aku juga tidak akan memakannya sekarang" Eh, apa maksudnya itu? Davin saja tertegun dengan ucapannya sendiri. Dia menggeleng pelan dan mengusap wajahnya sedikit kasar.
Kembali pada berkas yang diberikan Yumna, membaca setiap detail yang diberikan Yumna tentang Rio dan Salsa. Davin tersenyum miring melihat identitas Rio ataupun Salsa disana.
"Hanya anak seorang Direktur biasa, belum jadi Direktur utama. Perusahaannya sedang ada masalah sekarang. Akan lebih mudah bagiku untuk masuk dan menghancurkan mereka"
Tangan Davin mengepal erat memegang berkas itu, seperti ada dendam tersendiri dalam dirinya setelah mendengar cerita dari Yumna. Seperti ada sebuah rasa tidak rela melihat Yumna tersakiti seperti itu.
"Lihat saja, apa yang akan dia rasakan setelah menghancurkan hidup seorang wanita tidak bersalah"
*
Pagi ini suasana lebih cerah dari biasanya, Yumna dan Davin berjalan bersama menuju lift di Lobby Kantor. Yumna mungkin lebih bisa merasa lega karena setidaknya ada orang yang mau membantunya membalaskan semua rasa sakitnya. Karena entah kenapa, hatinya tetap tidak bisa rela melihat mereka bahagia setelah membuatnya menderita dan hancur sehancur-hancurnya.
"Untuk rapat pagi ini membahas tentang proyek yang sedang berlangsung, Pak. Semuanya sudah saya siapkan"
"Kapan mulai?"
Yumna melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. "Sekitar 30 menit lagi, Pak. Apa anda ingin kopi dulu?"
"Ya, buatkan saya kopi. Hanya satu saja, tidak perlu buat 5 cangkir lagi"
Yumna hanya tersenyum mendengarnya, sepertinya Davin cukup trauma diberi 5 cangkir kopi sekaligus oleh Yumna. Dan kejadian itu membuat dia jadi menyuruh OB saja dan tidak lagi meminta Yumna membuatkan kopi lagi. Baru sekarang saja dia meminta dibuatkan lagi karena Yumna yang menawarkan juga.
Saat Yumna masih di Pentry, dia mendengar beberapa karyawan lain yang berbicara tentang Davin. Namun, Yumna hanya diam dan tidak ikut menimpali pembicaraan mereka. Dia hanya diam saja dan fokus membuat kopi untuk Atasannya.
Yumna kembali ke ruangan Davin dengan secangkir kopi sesuai dengan selera atasannya itu. Dia sudah tahu selera kopi yang disukai oleh Davin seperti apa.
"Yumna, kosongkan jadwal saya sore ini"
"Loh, memangnya anda mau kemana?"
"Ada urusan sebentar, hari ini tolong tidak perlu ikut denganku. Karena aku ingin pergi sendiri. Bukan untuk pergi ke tempat hiburan malam atau mencari wanita bayaran, kali ini aku benar-benar butuh sendiri untuk pergi"
Yumna menatap Davin dengan bingung dan rasa penasaran yang cukup besar. Namun, dia sudah tidak mau terlalu ikut campur jika itu urusan pribadinya, karena kemarahan Davin saat itu sudah cukup membuatnya takut.
"Baik Pak, saya akan kosongkan jadwal anda sore ini"
Yumna kembali ke meja kerjanya, mengerjakan beberapa pekerjaannya yang belum selesai. Tapi masih saja kepikiran kemana Davin akan pergi sore ini, Yumna hanya takut jika Davin berbohong padanya dan akan pergi mencari wanita bayaran lagi. Sementara ini sudah menjadi tanggung jawabnya pada Pak Reno untuk mencegah Davin terus berjibun dalam dunia malam.
*
Tempat ini masih sama, ruangan yang gelap dan hanya ada cahaya remang-remang. Davin menunggu seseorang di bawa keluar untuk bertemu dengannya. Perempuan yang dulunya selalu tampil cantik dan elegan, kini terlihat sangat kusut, berantakan dan tidak punya semangat hidup.
"Kamu datang"
"Ini hari ulang tahun Mama, aku masih mengingatnya dan akan selalu datang"
Davin membuka kotak berisi kue ulang tahun yang dia bawa. Memasang satu lilin dan menyalakannya. "Selamat ulang tahun untuk Mama, semoga bisa lebih baik lagi dan sehat selalu"
Mama terlihat tersenyum meski dengan air mata yang mengalir. Dengan tangan yang di pasang borgol, dia meraih tangan Davin di atas meja dan mengenggamnya lembut penuh kehangatan. Masih seorang Ibu yang mencintai anaknya meski kesalahan sudah banyak dia lakukan.
"Maafkan Mama karena sudah membuat hidupmu kacau, Dav"
"Sudah dua tahun Ma, bertahan sampai tiga tahun lagi dan Mama akan kembali bebas. Apapun yang terjadi, Mama tetap Ibuku"
"Terima kasih untuk semuanya, Davin. Mama tidak pernah menyesal pernah menghadirkan kamu dalam hidup Mama. Karena Mama tahu, hanya kamu yang akan mencintai Mama seumur hidupmu"
Bersambung