Romlah tak menyangka jika dia akan melihat suaminya yang berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, bahkan sahabatnya itu sudah melahirkan anak suaminya.
Di saat dia ingin bertanya kenapa keduanya berselingkuh, dia malah dianiaya oleh keduanya. Bahkan, di saat dia sedang sekarat, keduanya malah menyiramkan minyak tanah ke tubuh Romlah dan membakar tubuh wanita itu.
"Sampai mati pun aku tidak akan rela jika kalian bersatu, aku akan terus mengganggu hidup kalian," ujar Romlah ketika melihat kepergian keduanya.
Napas Romlah sudah tersenggal, dia hampir mati. Di saat wanita itu meregang nyawa, iblis datang dengan segala rayuannya.
"Jangan takut, aku akan membantu kamu membalas dendam. Cukup katakan iya, setelah kamu mati, kamu akan menjadi budakku dan aku akan membantu kamu untuk membalas dendam."
Balasan seperti apa yang dijanjikan oleh iblis?
Yuk baca ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BDN Bab 11
Inah merasa heran karena di kamar mandi itu tidak ada orang sama sekali, tetapi air dari keran terus mengalir ke dalam bak mandi. Yang membuat dia lebih heran lagi, air dari keren itu berwarna hitam pekat seperti darah yang membeku.
Air berwarna hitam pekat itu mengeluarkan bau amis, bahkan tidak lama kemudian dia mencium bau busuk. Seperti ada bangkai tikus yang sudah tiga hari tidak diangkat dan tidak dibuang.
"Apa mungkin di saluran airnya itu ada bangkai tikus ya? Makanya warna airnya item begini, mana kamar mandinya banjir dan juga bau busuk."
Inah terdiam sebentar, jika memang ada bangkai tikus tidak mungkin darahnya begitu banyak. Kalaupun bangkai kucing, rasanya tidak mungkin juga.
Inah mendekat kearah bak mandi, airnya sudah penuh dan sampai tumpah tumpah. Air itu bahkan mengalir dan membasahi kakinya, wanita itu sampai merasakan mual yang luar biasa.
"Ya ampun, kenapa begitu bau sih? Apa di dalam bak mandinya yang ada bangkai tikusnya?"
Inah menatap bak mandi itu dari dekat, dia seperti melihat ada seorang manusia yang sedang meringkuk di dalam bak mandi itu.
"Masa ada orang di dalam bak mandi? Kayaknya aku terlalu berhalusinasi deh," ujar Inah sambil mengucek matanya.
Walaupun hari sudah pagi, tetapi dia merasa kurang penerangan. Akhirnya Inah mengambil lampu corong, bahkan bukan hanya satu tetapi dua. Dia membawanya ke dekat bak mandi, tapi tidak ada apa-apa di sana. Hanya ada air yang berwarna hitam saja.
Inah meletakkan kedua lampu corong itu di pojok ruangan kamar mandi, kemudian karena begitu merasa penasaran dia memasukkan tangannya itu ke dalam air.
"Argh!"
Inah menjerit kekuatan, karena dia merasa ada yang menarik tangannya. Wanita itu ditarik dengan begitu kuat, sampai-sampai dirinya tercebur masuk ke dalam bak mandi itu.
"Tolong! Siapa pun tolong aku! Tolong! Aku tidak mau mati," teriaknya dengan begitu kencang.
Wanita itu berusaha untuk keluar dari bak mandi, tetapi begitu sulit. Dia merasa kedua kakinya ada yang menarik dan juga mengikat dia juga merasa ada yang mengikat kedua tangannya. Wanita itu begitu kesulitan untuk bangun dan bergerak.
"Sialan! Sebenarnya apa yang terjadi?!" teriak Inah.
Beberapa kali dia mencoba untuk keluar dari dalam bak mandi, tetapi tidak bisa juga. Bahkan, dia sudah meminum air yang bau busuk itu karena tak bisa keluar dari dalam bak tersebut.
Inah rasanya tidak kuat sekali, beberapa saat kemudian dia mendengar ada suara derap langkah yang semakin mendekat ke arahnya. Dia berharap ada yang menyelamatkannya.
"Cepat! Selamatkan aku, aku bisa mati."
Inah mencoba keluar dari bak mandi itu berkali-kali, dia menyembulkan kepalanya agar bisa bernapas, tetapi sayangnya seperti ada yang menarik rambutnya dan membuat tubuhnya tenggelam semua di dalam bak mandi.
Dia merasa begitu putus asa, karena mendengar derap langkah yang semakin mendekat tetapi tidak ada orang yang semakin mendekat ke arahnya, indah hanya manusia biasa, hingga beberapa saat kemudian wanita itu tidak sadarkan diri.
***
Inah melangkahkan kakinya di jalan setapak, saat dia melihat langit, langit itu terlihat begitu cerah. Namun, entah kenapa siang ini terasa begitu mencekam. Udaranya terasa panas sekali, padahal angin berhembus dengan begitu kencang.
Tak lama kemudian dia merasa seperti ada yang meniupi lehernya dari belakang, Inah menolehkan kepalanya, tetapi ternyata tidak ada siapa pun di sana.
"Sebenarnya ini di mana? Kenapa begitu banyak pohon karet di sini? Kebun siapa sih ini?"
Inah sudah tinggal dua bulan di kota, di beberapa jalan memang masih banyak pepohonan. Masih ada kebun-kebun sayur dan juga buah, tapi sudah tidak ada pohon-pohon besar. Makanya Inah heran, apakah mungkin dia tersasar?
"Apa itu?"
Inah melihat ada kereta kuda yang mendekat ke arahnya, ada kusir sebagai pengendali kuda itu dan di atas kereta kuda itu ada seorang wanita yang begitu cantik sekali.
Wanita itu menggunakan baju kerajaan, di kepalanya bahkan terlihat ada mahkota yang bertengger cantik. Banyak emas berkilauan yang dipakai di leher dan juga di tangan serta di jarinya, wanita itu tersenyum dengan begitu manis sekali ke arahnya.
"Wanita itu terlihat begitu familiar, tetapi siapa ya?"
Inah terdiam sebentar, tak lama kemudian matanya membulat dengan sempurna karena wanita yang ada di atas kereta kuda itu mirip sekali dengan Romlah.
"Kalau Romlah, itu merupakan hal yang mustahil. Karena dia sudah mati aku bunuh, itu pasti bukan Romlah." Inah berkata dengan suaranya yang bergetar, tubuhnya bahkan terasa lemas.
Inah hanya bisa diam membeku sambil memperhatikan kereta kuda yang terus mendekat ke arahnya, hingga beberapa saat kemudian kereta kuda itu berhenti tepat di hadapannya.
Wanita cantik yang begitu mirip dengan Romlah itu turun dari kereta kuda, lalu menghampiri Inah dan menggenggam kedua tangan wanita itu. Inah yang ketakutan langsung menepis tangan Romlah.
"Siapa kamu? Kenapa kamu berani beraninya menyentuhku? Kenapa juga wajah kamu begitu mirip dengan Romlah? Wanita itu sudah mati, tidak mungkin bukan kalau kamu adalah Romlah?" tanya Inah dengan segenap keberanian yang ada.
Wanita yang memakai baju kerajaan itu tersenyum dengan begitu manis sekali, lalu dia berkata.
"Aku memang Romlah, aku datang dari neraka untuk mengambil kebahagiaan kamu dan juga Sugeng."
Wanita itu memang tersenyum, tetapi bagi Inah senyum itu begitu mengerikan. Dia merasa kalau dibalik senyum itu ada sesuatu yang bisa membuat dirinya terluka dan juga kehilangan.
"A--- apa? Tidak mungkin! Kamu tak mungkin Romlah!" teriak Inah.
"Ya, aku Romlah. Tubuh indahku sudah melebur menjadi satu dengan api neraka, kini aku datang untuk menghancurkan kehidupan kamu dan juga Sugeng. Bersiaplah, kamu tak akan selamat."
Wanita itu mengulurkan kedua tangannya, lalu mencekik leher Inah. Wanita itu menjerit kesakitan dan juga ketakutan, dia terus menjerit dengan matanya yang melotot dan lidahnya yang terjulur.
"Tidak! Jangan bunuh aku! Jangan bawa aku ke neraka!" teriak Inah.