NovelToon NovelToon
Transmigrasi Menuju Kemanusiaan

Transmigrasi Menuju Kemanusiaan

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi / Psikopat / Cinta pada Pandangan Pertama / Reinkarnasi / Cintapertama / Balas Dendam
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: AgviRa

Seorang psikopat yang ber transmigrasi ke tubuh seorang gadis, dan apesnya dia merasakan jatuh cinta pada seorang wanita. Ketika dia merasakan cemburu, dia harus mengalami kecelakaan dan merenggut nyawanya. Bagaimana kisahnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22

Pagi ini dimulai dengan sinar matahari yang perlahan-lahan menyusup melalui jendela, membawa kehangatan dan cahaya ke dalam kamar. Udara pagi masih sejuk dan segar, dengan sedikit embun yang menempel di permukaan kaca jendela. Burung-burung di luar mulai berkicau, menyambut pagi dengan lagu-lagu merdu mereka.

Di dalam kamar, Alice masih terbaring di tempat tidur, tapi dia sudah siap untuk memulai hari ini. Dia bangun dari tempat tidur dan mulai mempersiapkan diri untuk pergi ke kampus. Alice berjalan menuju kamar mandi, siap untuk mandi.

Setelah selesai mandi, Alice memilih pakaian yang nyaman untuk pergi ke kampus. Dia mengenakan kemeja putih dan celana jeans, lalu menyiapkan tas dan buku-buku yang dibutuhkan untuk hari ini.

Dengan senyum di wajahnya, Alice siap untuk menghadapi hari itu dengan semangat dan energi.

Alice keluar dari kamar dan melangkah dengan santai menuju meja makan. Dia tidak menyapa Anton dan Lucy yang sudah duduk di sana. Anton memandang Alice dengan tatapan serius dan memulai berbicara.

"Alice, katakan apa yang kamu katakan semalam tentang uang saku kamu. Apa benar kamu hanya diberi uang saku 300 ribu per bulan?" tanya Anton dengan nada yang tegas, matanya menatap tajam ke arah Alice.

Alice berhenti sejenak, lalu menjawab dengan nada yang santai, "Ya, itu benar. Istri Papa yang memberiku uang saku segitu setiap bulan." Alice tidak menunjukkan tanda-tanda kegugupan atau ketakutan, dia menjawab dengan nada yang biasa saja, seolah-olah tidak ada yang salah.

Sementara itu, Lucy yang sedang mengoleskan selai ke roti mendadak terdiam mematung, wajahnya berubah menjadi pucat pasi. Senyum yang hendak dia tampilkan terasa dipaksakan dan tidak sampai ke matanya. Matanya membesar dengan sedikit ketakutan, dia menyadari bahwa Anton telah mengetahui tentang uang saku Alice dan mungkin akan menimbulkan pertanyaan lebih lanjut yang bisa membuatnya terpojok.

Tiba-tiba suara Anton menyadarkan Lucy dari kekhawatiran yang membelenggu pikirannya. "Ma, apa benar yang dikatakan oleh Alice? Apakah benar Mama hanya memberi 300 ribu per bulan untuk uang saku, Alice?" tanya Anton dengan nada yang tegas dan penasaran, matanya menatap tajam ke arah Lucy.

Lucy terkejut dan berusaha untuk tetap tenang, dia memandang Anton dengan wajah yang berusaha untuk terlihat biasa saja. "Tidak, Mama mana mungkin tega memberinya uang saku segitu untuk sebulan," jawab Lucy dengan suara yang sedikit bergetar, tangannya yang masih memegang pisau selai mulai gemetar sedikit.

Anton memandang Lucy dengan tatapan yang tajam, tidak percaya dengan jawaban Lucy. "Lalu, kenapa Alice hanya menerima 300 ribu sementara Papa menjatahnya 5 juta per bulan?" tanya Anton lagi, menekankan setiap kata dengan nada yang tegas.

Wajah Lucy semakin pucat, dia berusaha untuk tidak menunjukkan rasa takutnya. "Mama... Mama tidak tahu, Pa," jawab Lucy dengan suara yang lemah, suaranya terdengar seperti orang yang kehilangan arah. "Mungkin... mungkin ada kesalahan dalam pengelolaan uangnya," tambahnya, berusaha untuk mempertahankan kesan bahwa dia tidak tahu apa-apa.

Anton memandang Lucy dengan tatapan yang semakin tajam, wajahnya memerah karena kemarahan yang membara. "Kesalahan? Bagaimana bisa Mama bilang kesalahan, sementara Mama baru saja mengakui bahwa yang memberi uang saku adalah Mama? 4,7 juta rupiah hilang dan Mama bilang itu kesalahan?" katanya dengan nada yang keras dan tidak percaya, suaranya meninggi karena rasa marah dan kecewa yang mendalam.

"Semalam, Papa mendapat laporan tagihan sebesar 35 juta dari kartu kredit atas nama Alice. Jika Alice tidak memegangnya, lalu siapa yang menggunakannya?" tanya Anton, suaranya keras dan menggema di ruangan, membuat Lucy merasa semakin terpojok dan tidak nyaman.

Anton merasa bahwa Lucy tidak serius dalam menangani masalah ini dan itu membuatnya semakin kesal dan kecewa, matanya menatap tajam pada Lucy, menuntut jawaban yang jelas dan memuaskan.

Lucy merasa seperti berada di ujung tanduk, dia tidak tahu bagaimana cara untuk menjawab pertanyaan Anton tanpa menimbulkan kecurigaan lebih lanjut. Dia berharap bahwa Anton tidak akan terus mendesak dan membiarkannya menjelaskan situasi yang sebenarnya, tapi harapan itu semakin tipis.

Marina memasuki ruang makan dengan senyum cerah, tapi ekspresinya langsung berubah menjadi penasaran ketika melihat Anton dan Lucy yang sedang terlibat dalam percakapan yang tegang. "Ada apa sih pagi-pagi sudah ribut?" tanya Marina dengan nada yang santai, sambil menggaruk-garuk kepala yang masih berantakan karena baru bangun tidur.

Anton yang sedang marah karena jawaban Lucy yang tidak memuaskan, berpaling ke arah Marina dengan wajah yang masih tegang. "Marina, ini tentang uang saku Alice. Papa menjatahnya 5 juta per bulan, tapi ternyata dia hanya menerima 300 ribu. Dan mamamu bilang dia tidak tahu apa-apa tentang ini," jelas Anton dengan nada yang masih keras, membuat suasana ruangan semakin tegang.

Marina memandang Alice dengan rasa penasaran, lalu tiba-tiba dia membuka suara lagi dengan nada yang santai, "Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan uangmu, Alice. Tapi aku tahu bahwa kartu kreditmu ada padaku." Pernyataan itu keluar dari mulut Marina tanpa sadar, seolah-olah dia tidak menyadari bahwa itu bisa menjadi informasi yang sensitif dan dapat memperburuk situasi.

Anton memandang Marina dengan kejutan, matanya melebar karena pernyataan itu. "Apa? Kartu kredit Alice ada padamu?" tanya Anton dengan nada yang keras, menunjukkan kemarahannya yang semakin memuncak. Suaranya menggema di ruangan, membuat Lucy dan Alice merasa semakin tidak nyaman.

Lucy yang tadinya terlihat pucat, sekarang wajahnya berubah menjadi putih pasi. Dia memandang Marina dengan mata yang melebar, seolah-olah dia tidak percaya bahwa Marina bisa mengatakan hal itu. "Marina, apa yang kamu katakan?" tanya Lucy dengan suara yang lembut, tapi dengan nada yang penuh kecemasan dan ketakutan.

Marina yang baru sadar bahwa dia telah mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya, memandang Lucy dengan wajah yang memerah. "Aku... aku tidak tahu apa yang aku katakan," jawab Marina dengan suara gugup, seolah-olah dia tidak tahu bagaimana cara untuk memperbaiki situasi itu. Dia merasa seperti berada di ujung tanduk, tidak tahu bagaimana cara untuk keluar dari situasi yang semakin rumit ini.

"Kena kalian," batin Alice tersenyum dalam hati.

Marina mencoba untuk memperbaiki situasi dengan berbicara lagi, tapi nada suaranya sudah tidak santai lagi. "Aku... aku hanya membantu Mama dengan kartu kredit mu, Alice. Aku tidak tahu apa-apa tentang uang saku yang 5 juta per bulan," kata Marina dengan suara yang sedikit bergetar, seperti daun yang tergoyang oleh angin kencang.

Tapi Anton tidak percaya dengan penjelasan Marina. "Membantu? Apa yang kamu maksud dengan membantu?" tanya Anton dengan nada yang keras, menunjukkan kemarahannya yang masih memuncak seperti gunung berapi yang siap meletus.

1
Apis
knp aku ngebayanginya peran alex/alice kaya lucinta Luna ya thor 🤣🤣🤣🤣
LOLLIPOP: Hihi...iyakah?🤭
total 1 replies
Apis
jd critanya alex transgender trs transmigrasi ke tubuh alice yg beneran cewe, baru x ini nemu novel peran utamanya lain dari yg lain 😄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!