Gadis, sejak kecil hidup dalam bayang-bayang kesengsaraan di rumah keluarga angkatnya yang kaya. Dia dianggap sebagai anak pembawa sial dan diperlakukan tak lebih dari seorang pembantu. Puncaknya, ia dijebak dan difitnah atas pencurian uang yang tidak pernah ia lakukan oleh Elena dan ibu angkatnya, Nyonya Isabella. Gadis tak hanya kehilangan nama baiknya, tetapi juga dicampakkan ke penjara dalam keadaan hancur, menyaksikan masa depannya direnggut paksa.
Bertahun-tahun berlalu, Gadis menghilang dari Jakarta, ditempa oleh kerasnya kehidupan dan didukung oleh sosok misterius yang melihat potensi di dalam dirinya. Ia kembali dengan identitas baru—Alena.. Sosok yang pintar dan sukses.. Alena kembali untuk membalas perbuatan keluarga angkatnya yang pernah menyakitinya. Tapi siapa sangka misinya itu mulai goyah ketika seseorang yang mencintainya ternyata...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagitarius-74, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LUNA DAN JEBAKAN YANG TERSEMBUNYI (PART 1)
Suasana pagi di rumah kecil itu terasa sejuk dan damai. Matahari mulai menyinari atap rumah, sementara burung berkicau di pohon jambu yang tumbuh di depan rumah Ferdo dan Gadis.
Sudah dua tahun mereka tinggal di sana, dan kini usia Luna sudah menginjak usia dua tahun. Anak itu suka bermain di halaman depan rumah.
Hari itu, seperti biasanya Luan bermain di halaman rumah. Ia bersenang-senang mengejar kumbang yang terbang perlahan di halaman rumah. Ketika kumbang itu terbang ke luar halaman, Luna mengejarnya hingga tepi trotoar jalan.
"Hei, kamu jangan telbang jauh!" pekik Luna.
Dia tersenyum, rambut ikalnya bergoyang-goyang setiap kali dia berlari.
Di dalam rumah, Gadis sibuk memasak di dapur. Aroma bubur ayam yang harum mengisi ruangan, sementara dia menyanyi pelan lagu yang sering dia nyanyikan untuk Luna. Dia tidak menyadari bahwa di luar, bahaya sedang mengintai Luna.
Seorang pengendara motor berjalan cepat melintasi jalan raya yang sepi, lalu tiba-tiba membelok ke trotoar di depan rumah Gadis.
Tanpa ada peringatan, roda motor menabrak Luna yang sedang sibuk mengejar kumbang. Anak kecil itu terlempar ke tepi jalan, kepalanya terbentur batu yang kasar. Seketika, Luna berhenti menangis. Matanya tertutup rapat, dan dia pingsan sepenuhnya.
"Yes! Berhasil!" gumam pengendara motor tersebut.
Ia melihat keadaan sekeliling takut ada yang melihat, lalu memutar stang dan kabur dengan cepat.
Tak jauh dari sana, berdiri Elena. Wajahnya menyala dengan senyum licik yang menjijikkan. “Mampus lu!” gumam Elena ketika melihat kondisi Luna.
Tak lama kemudian, motor yang tadi menabrak Luna menghampiri Elena. Pengendara pria itu turun. “Sudah selesai seperti yang disepakati, Non?” tanyanya dengan suara pelan.
Elena mengangguk, matanya tetap memandang arah rumah Ferdo. “Bagus. Kamu bekerja dengan baik.” Dia membuka tasnya dan mengambil segepok uang seratus ribuan, kemudian menyerahkannya ke tangan pengendara.
“Ini bayaranmu. Jangan pernah muncul lagi di sini! Kalau tidak, kamu tahu apa yang akan terjadi.”
"Baik, Nona.."
Pengendara menerima uang dengan cepat, kemudian melompat kembali ke motor dan kabur lagi, menghilang di tikungan jalan. Elena tersenyum lebar, hatinya penuh dengan kegembiraan. Semua sudah berjalan sesuai rencananya.
Di dalam rumah, Gadis masih asyik memasak. Dia sudah menyiapkan mangkuk untuk Luna, siap untuk memanggil anaknya pulang makan.
Tapi tiba-tiba, suara teriakan dari luar rumah membuatnya terkejut..
“Gadis! Gadis, cepat keluar sini!” panggilan Bu Siti, tetangga sebelah yang selalu perhatian.
Gadis langsung mematikan kompor dan berlari keluar. Dia melihat Bu Siti dan beberapa tetangga lain mengangkat Luna yang pingsan, darah sedikit menetes dari alisnya..
Hatinya langsung terasa seperti terjepit baja. Dia menangis histeris, berusaha memegang tangan Luna yang dingin. “Luna! Sayangku, bangunlah… apa yang terjadi ini?”
“Dia tertabrak motor, Gadis. Motornya langsung kabur,” kata Pak Joko, tetangga lain yang membawa Luna masuk ke dalam rumah. “Kita sudah hubungi ambulans, tunggu sebentar ya.”
Gadis memeluk Luna erat, air mata mengalir tanpa henti. Dia tidak bisa berbicara, hanya menangis dan memanggil nama anaknya.
Tanpa berpikir panjang, dia mengambil telepon genggamnya dan menelpon Ferdo, yang sedang bekerja di toko bangunan tidak jauh dari rumah.
“Mas... tolong datang cepat! Luna… Luna tertabrak motor. Dia pingsan…” ucapnya dengan suara gemetar.
Mendengar itu Ferdo merasa dunia berputar. Dia langsung meletakkan barang yang dia pegang dan berlari keluar dari toko. “Aku segera datang, Sayang. Jangan panik, ya. Ambulans sudah dihubungi?”
“Sudah, tapi Mas, Luna tidak bergerak sama sekali…” Gadis menangis lagi.
Hanya beberapa menit kemudian, Ferdo tiba di rumah dengan napas tersengal. Dia melihat Gadis yang menangis sambil memeluk Luna.
Ferdo segera mendekati mereka, memeluk kedua orang yang sangat dia sayang. Hatinya ingin menangis, tapi dia harus tegar untuk menenangkan Gadis. “Tenang, Sayang. Kita akan bawa dia ke rumah sakit. Dia pasti akan sembuh.”
Tak lama kemudian, suara sirine ambulans terdengar mendekat. Petugas medis segera mengangkat Luna ke dalam ambulans, dan Gadis serta Ferdo mengikutinya.
Sepanjang perjalanan, Gadis menangis tak henti. Dia memeluk Luna, berusaha membangunkannya dengan panggilan yang lembut, tapi anak itu tetap tidak bergeming. Ferdo memeluk punggungnya, mencoba memberikan kekuatan pada Gadis meskipun hatinya juga penuh dengan ketakutan.
"Sudah, kamu jangan nangis terus, Sayang.. Nanti juga Luna sembuh." Suara Ferdo bergetar.
Gadis tak menghiraukan ucapan Ferdo, dia tetap menangis dan berusaha membangunkan anaknya.
Setelah tiba di rumah sakit, Luna langsung dibawa ke ruang gawat darurat. Gadis dan Ferdo menunggu di luar, hati mereka penuh dengan keraguan.
Selama satu jam, mereka berdiam diri tak bisa berkata apa-apa. Akhirnya, seorang dokter keluar dengan wajah serius.
“Kami sudah memeriksa anak Anda,” kata dokter. Dia terdiam sejenak, seakan mengumpulkan kekuatan untuk menyampaikan hal yang lebih serius dan menakutkan.
" Terus, gimana kondisi anak kami, Dok?" Ferdo cemas.
“Maaf, Pak.. anak anda terkena gegar otak yang cukup parah. Ada kerusakan pada syaraf yang mengendalikan penglihatan dan gerakan tubuhnya. Ada kemungkinan dia akan buta dan lumpuh jika tidak segera diobati dengan benar.”
Gadis dan Ferdo terkejut. Kata-kata dokter itu seperti petir yang menyambar langsung ke hati mereka. “Tapi dokter, apakah ada cara agar dia sembuh sepenuhnya?” tanya Ferdo dengan suara cemas.
“Kalau ingin sembuh sepenuhnya, saya menyarankan untuk mengobatinya ke luar negeri. Fasilitas dan pengobatan di sana lebih baik. Tapi biayanya tidak main-main, Pak. Mungkin mencapai ratusan juta bahkan milyar rupiah,” jelas dokter.
Gadis menangis lagi. Mereka hanyalah keluarga miskin. Ferdo bekerja di toko bangunan, sedangkan Gadis hanya mengurus rumah tangga. Dari mana mereka akan mendapatkan uang sebanyak itu?
Di sudut ruang tunggu, tuan Antonio dan nyonya Isabella beserta Rafael dan Renata, sedang menyaksikan semua itu.
Mereka selalu membenci Gadis, yang mereka anggap anak angkat yang hina dan tidak pantas untuk Ferdo. Tapi ketika mendengar tentang keadaan Luna, hati mereka merasa sedih. Luna adalah cucu dan keponakan mereka yang sangat disayangi.
“Kita harus membantu Luna,” kata Rafael dengan suara sedih. “Dia adalah keponakan kita.”
Renata mengangguk. “Ya, tapi bagaimana? Uang untuk mengobati Luna tidak sedikit.”
Tuan Antonio memandang Gadis dengan pandangan kebencian. Kemudian, ide jahat muncul di benaknya. “Kita bisa membantu Luna… tapi dengan syarat.”
Nyonya Isabella memahami apa yang dipikirkan suaminya. Dia tersenyum licik. “Benar. Ini adalah kesempatan yang sempurna untuk memisahkan Gadis dari Ferdo.”
"maksud kamu, gimana Ma? Papa tidak mengerti." Tuan Antonio terlihat bingung.
Nyonya Isabella mendekatkan bibirnya ke telinga tuan Antonio, dia membisikkan sesuatu. Seketika wajah tuan Antonio berubah cerah..
"Bagus juga ide-mu itu Ma.. Aku suka."
Ide apa yang ada dipikiran Nyonya Isabella? ikuti terus kisahnya ya ges... ☺️