Lin Feng, "Tuan Muda Teoris" dari Klan Lin, adalah bahan tertawaan di Akademi Awan Hijau. Dia jenius strategi, tapi bakat bela dirinya nol besar.
Segalanya berubah drastis saat arwah kakek-kakek telanjang mesum merasuki mata kirinya, memberinya kekuatan cheat [Mata Penjiplak] yang bisa meniru dan menyempurnakan jurus apa pun seketika.
Berbekal otak licik, mata copy-paste super, dan panduan kakek mesum di kepalanya, Lin Feng kini siap mengacak-acak dunia Jianghu. Ini adalah kisah di mana dia mempermalukan para jenius, men- trol/ musuh-musuhnya, dan mengejar tujuan utamanya membangun harem terbesar dalam sejarah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ex, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 tikus kecil
Mata besar Bai Qianqian yang basah menatap Lin Feng dengan campuran antara ketakutan dan kebingungan total.
"M-Membantu... saya?" cicitnya.
Ini adalah Tuan Muda Lin Feng. Sosok legendaris di akademi. Dewa yang berjalan di antara manusia fana. Kenapa... kenapa dia berbicara padaku?
"Tentu saja," kata Lin Feng. Senyumnya begitu hangat hingga membuat gudang yang lembab itu terasa seperti musim semi.
"HAHAHA! MULUS! KAU DILAHIRKAN UNTUK INI, NAK!" seru si Kakek di kepalanya. "LANJUTKAN! SEBUT DIA 'MANIS' SEKALI LAGI! TANYAKAN UKURAN DADANYA!"
"Abaikan bagian terakhir itu, Kek," batin Lin Feng.
Dia menatap Qianqian dengan ekspresi yang dibuat-buat terlihat simpatik.
"Instruktur Wang itu keterlaluan. Menghukum murid yang rajin sepertimu hanya karena satu kesalahan kecil? Tidak bisa dimaafkan. Terutama gadis manis sepertimu."
Wajah Bai Qianqian langsung memerah semerah tomat matang.
"T-Tuan Muda... A-Anda... s-saya..." Dia tergagap begitu parah hingga tidak bisa berbicara dengan normal. Karena belum pernah ada yang memanggilnya "manis" sebelumnya.
"T-Tapi... Tuan Muda juga dihukum..."
Lin Feng tertawa ringan, seolah itu adalah lelucon paling lucu sedunia.
"Ah, itu... itu hanya kesalahpahaman kecil. Aku sedang menguji Instruktur. Untuk melihat apakah dia cukup jeli."
"M-Menguji?" Mata Qianqian membelalak. Dia percaya 100%.
"Tentu saja," kata Lin Feng. "Tapi... aku punya masalah yang jauh lebih penting sekarang."
Dia memasang ekspresi "khawatir" yang sangat meyakinkan.
"Aku harus pergi ke Paviliun Medis. Aku... sangat khawatir dengan kondisi Senior Zhang Yao."
"HAHAHA! KHAWATIR KAU BELUM MEMATAHKAN TULANGNYA YANG LAIN?! JENIUS! ALASAN YANG SEMPURNA!"
"Hukuman ini... menahanku," lanjut Lin Feng, nadanya sedih. "Padahal hatiku tidak tenang jika tidak memastikan dia baik-baik saja..."
Dia mengalihkan pandangannya yang penuh "kepedulian" itu kembali ke Qianqian.
"Qianqian. Maukah kau... membantuku? Bisakah kau... menangani hukuman ku juga? Hanya untuk kali ini saja? Sebagai gantinya..."
Lin Feng berhenti sejenak. Dia tidak mungkin menawarkan uang, itu terlalu vulgar. Dia butuh sesuatu yang lebih baik.
"Aku perhatikan," katanya pelan, "Kau gagal dalam 'Aliran Dasar Qi', kan?"
Qianqian tersentak, rasa malu kembali ke wajahnya.
"Y-Ya, Tuan Muda..."
Lin Feng tersenyum.
"Aku melihat apa yang kau lakukan tadi pagi. Posturmu salah. Ada tiga kesalahan fatal dalam pernapasanmu."
Mata Qianqian terbelalak kaget.
"A-Anda... melihatku?"
"Tentu saja. Aku benci melihat bakat yang bagus disia-siakan." Ini adalah gertakan, tapi berkat kekuatan di matanya yang baru, dia mungkin benar-benar bisa membantunya.
"Bagaimana kalau begini," kata Lin Feng. "Kau bersihkan toilet ini untukku. Dan sebagai gantinya... nanti malam, aku akan memberimu pelajaran secara pribadi. Aku jamin, besok kau pasti lulus tes."
Tawaran itu menghantam Bai Qianqian seperti petir.
Pelajaran... Secara pribadi? Dari Tuan Muda Lin Feng? Sang jenius strategi?
Ini adalah kesempatan yang tidak pernah berani dia impikan!
"Y-YA!" serunya, mengangguk begitu cepat hingga kepalanya hampir copot. "YA, TUAN MUDA! TENTU SAJA! SAYA AKAN BERSIHKAN TOILET INI! Semuanya! Semuanya! Jangan khawatirkan ini Tuan Muda! Pergilah! Cepat jenguk Senior Zhang Yao!"
Dia buru-buru mengambil sikat dan ember, seolah-olah membersihkan toilet adalah hadiah yang paling mulia di dunia.
Lin Feng tersenyum puas.
Dia maju selangkah dan... dengan sangat ragu-ragu karena gadis itu kotor... mengulurkan tangan dan menepuk kepalanya.
"Gadis baik," katanya. "Aku akan menemuimu nanti malam di taman belakang asrama utara setelah jam malam. Jangan terlambat."
"B-Baik, Tuan Muda! Terima kasih, Tuan Muda!"
Lin Feng berbalik dan berjalan keluar dari gudang yang bau itu, kembali ke udara segar, tanpa setitik pun kotoran di tangannya.
Dia berjalan santai menuju paviliun pribadinya, sambil bersiul pelan.
"Hah. Mudah sekali," batinnya.
"MANTAP! KAU BARU SAJA MENDAPATKAN BUDAK PRIBADI PERTAMAMU!" seru si Kakek, terdengar sangat bangga. "INI ADALAH LANGKAH PERTAMA MEMBANGUN HAREM! HAHAHA! KAKEK SANGAT TERHARU!"
"Dia bukan seorang budak," ralat Lin Feng dalam hati. "Dia... asisten kebersihan secara sukarela."
"TERSERAH KAU MAU SEBUT DIA APA! SEKARANG... KARENA KITA TIDAK JADI MENGINTIP DI TOILET, BAGAIMANA KALAU KITA PERGI KE PEMANDIAN AIR PANAS WANITA?!"
Lin Feng menghela napas panjang.
"Satu-satu dulu, Kek. Pertama... aku mau tidur siang. Aku lelah sekali setelah 'pertarungan' tadi."
Paviliun pribadi Lin Feng adalah dunia yang berbeda dari Asrama Sayap Utara yang bau.
Saat dia melangkah masuk, aroma cendana yang menenangkan langsung menyambutnya. Lantainya terbuat dari batu giok yang dipoles, dan perabotannya terbuat dari kayu rosewood termahal.
Seorang pelayan wanita muda yang cantik bergegas menyambutnya, membungkuk dalam-dalam.
"Tuan Muda! Anda sudah kembali! Astaga..." Mata pelayan itu terbelalak ngeri melihat jubah Lin Feng yang robek di bagian lengan. "Jubah Anda! Apa yang terjadi?! Apa Anda terluka?!"
Lin Feng hanya melambaikan tangannya dengan malas.
"Hanya kesalahpahaman kecil di lapangan," katanya. "Zhang Yao sedang mencoba memamerkan jurus barunya, dan aku tidak sengaja berada terlalu dekat. Ceroboh sekali dia."
"Ya Dewa! Jenius Zhang itu memang ceroboh!" si pelayan langsung setuju. "Akan saya siapkan jubah baru dan air hangat untuk Anda!"
"Tidak perlu air hangat," kata Lin Feng. "Aku mau tidur siang. Jangan ganggu aku... sampai makan malam. Mengerti?"
"B-Baik, Tuan Muda!"
Lin Feng berjalan melewati pelayan itu, menuju kamar tidurnya yang luas, dan langsung menjatuhkan dirinya ke atas ranjang. Kasurnya seribu kali lebih empuk daripada tumpukan karung goni di gudang tadi.
"Haaaaah..." Dia menghela napas panjang.
Seluruh otot di tubuhnya berteriak protes. Lengannya yang dipakai menusuk masih pegal. Kakinya yang dipakai jatuh juga sakit.
"Menyedihkan," batinnya. "Aku baru bertarung... tidak, aku baru menyentuh satu orang, dan tubuhku sudah seperti mau hancur."
"BUANG-BUANG WAKTU!"
Suara si Kakek meledak di kepalanya, terdengar sangat tidak puas.
"TIDUR SIANG?! KAU SERIUS?! KITA BARU SAJA MEMENANGKAN PERTARUNGAN! KITA BARU SAJA MEREKRUT ANGGOTA HAREM PERTAMA KITA (yang masih polos)! HARUSNYA KITA MERAYAKANNYA! KELUAR LAGI! CARI GADIS! KEMUDIAN LECEHKAN SESEORANG!"
"Diam, Kek," balas Lin Feng, matanya terpejam. "Kau tidak tahu kondisi tubuh ini. Aku yang merasakannya. Tubuh ini sampah. Aku lelah."
"Hmph! Tentu saja sampah!" gerutu si Kakek. "Itu karena kau tidak pernah melatihnya! Kau hanya melatih otak dan... 'tangan kanan'-mu saja!"
"HEI!"
"Kita harus memperbaiki kondisi fisikmu! SEGERA! Kakek punya 'Metode Kultivasi Ganda Yin-Yang' yang legendaris. Yang perlu kau lakukan hanya mencari seorang perawan dengan Yin murni, lalu kau... kau tahu... 'berlatih' dengannya semalaman. Dijamin besok pagi kau langsung naik ke level Praktisi Puncak!"
Lin Feng membuka sebelah matanya. "Itu terdengar seperti... alasan mesum yang dibuat-buat."
"ITU BAGUS! DAN MENYENANGKAN!"
"Nanti kita pikirkan," potong Lin Feng. "Sekarang, aku ingin memastikan sesuatu. Soal kekuatan ini..."
Dia berbaring telentang, menatap langit-langit kamarnya yang berukiran naga.
"Kek. Tunjukkan lagi."
"Tunjukkan apa? Kakek tidak punya foto nona-nona telanjang di sini. Masih belum."
"Bukan itu, Idiot! Jurus tadi! 'Jurus Pedang Embun Pagi' milik Xiao Ning'er!"
"Hooo! Itu baru semangat!"
Tiba-tiba, mata kiri Lin Feng terasa hangat.
ZZT!
Di dalam benaknya... sebuah "layar" transparan muncul.
[Perpustakaan Teknik Tersimpan]
Jurus Pedang Embun Pagi (Level Rendah)
Jurus Pedang Awan Mengalir (Level Menengah)
Tebasan Badai Awan (Level Menengah - Varian Klan Zhang)
Lin Feng ternganga. "Tersimpan? Jadi aku tidak perlu melihatnya lagi?"
"TENTU SAJA!" tawa si Kakek. "Kau kira Kakek ini apa? Karakter murahan? Hanya sekali lihat, itu akan jadi milikmu selamanya! Sekarang, pilih 'Embun Pagi'!"
Lin Feng fokus pada teks itu.
[Membuka: Jurus Pedang Embun Pagi]
[Status: Sampah]
[Kelemahan Fatal: 7]
[Rekomendasi Perbaikan: 34 Versi]
[Versi Terbaik (Rekomendasi Kakek): 'Versi 17 - Gaya Menusuk Pinggul']
"Gaya Menusuk Pinggul?" batin Lin Feng bingung.
"JANGAN BACA NAMANYA! RASAKAN KONSEPNNYA!"
Seketika, sebuah gambaran baru masuk ke otaknya. Sesosok bayangan (yang anehnya mirip Lin Feng, tapi lebih keren) mempraktikkan jurus itu.
Gerakannya... benar-benar berbeda. Jauh lebih efisien. Tidak ada lagi gerakan kaku di pinggul seperti yang dilakukan Xiao Ning'er.
Versi baru ini menggunakan putaran pinggul justru sebagai tenaga pendorong utama, mengubah tusukan lurus yang membosankan menjadi tusukan spiral yang mematikan.
"Gila..." bisik Lin Feng. "Ini... ini sepuluh kali lebih kuat. Dan... jauh lebih seksi."
"LIHAT, KAN?!" seru si Kakek. "Sekarang... coba pikirkan jurus Zhang Yao. 'Tebasan Badai Awan'."
Lin Feng beralih.
[Membuka: Tebasan Badai Awan]
[Status: Lumayan... tapi masih sampah]
[Kelemahan Fatal: 15 (termasuk titik tumpu pergelangan tangan)]
[Rekomendasi Perbaikan: 11 Versi]
Lin Feng tersenyum. Senyum yang sangat lebar dan sangat licik.
"Aku... tidak perlu berlatih," bisiknya pada diri sendiri. "Aku tidak perlu berkeringat. Aku tidak perlu menghafal."
"Aku hanya perlu... melihat."
"Zhang Yao... Xiao Ning'er... Instruktur Wang... Instruktur Mei Lan... Nyonya Yu Yan... dan Permaisuri..."
Sebuah tawa kecil, serak, dan sangat mesum... keluar dari mulut Lin Feng.
"HAHAHAHAHA!" tawa si Kakek dan tawa Lin Feng kini bersatu di dalam kepalanya.
"Dunia persilatan ini," batin Lin Feng, sambil menutup matanya untuk tidur. "Akan jadi taman bermainku."
tapi overall, ini cukup bagus👍
untuk kalimat 'haaaah' ini seperti menghela napas kan? harusnya Hoamm, mungkin?🤭
maaf kak sok tau, tapi aku lebih nyaman begitu🙏