NovelToon NovelToon
Beauty And The Beast

Beauty And The Beast

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Action / Romantis / Balas Dendam / Nikah Kontrak
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ceriwis07

Saga, sang CEO dengan aura sedingin es, tersembunyi di balik tembok kekuasaan dan ketidakpedulian. Wajahnya yang tegas dihiasi brewok lebat, sementara rambut panjangnya mencerminkan jiwa yang liar dan tak terkekang.

Di sisi lain, Nirmala, seorang yatim piatu yang berjuang dengan membuka toko bunga di tengah hiruk pikuk kota, memancarkan kehangatan dan kelembutan.

Namun, bukan pencarian cinta yang mempertemukan mereka, melainkan takdir yang penuh misteri.

Akankah takdir merajut jalinan asmara di antara dua dunia yang berbeda ini? Mampukah cinta bersemi dan menetap, atau hanya sekadar singgah dalam perjalanan hidup mereka?

Ikuti kisah mereka yang penuh liku dan kejutan di sini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceriwis07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Beauty and The Beast 11

Hari sudah pagi. Seperti biasa, Nirmala menyiapkan menu untuk Saga. Para pelayan berbaris di belakangnya, tak ada yang berani mengganggu.

Hanya Marisa yang diberi izin membantu Nirmala. Satu per satu bahan dikeluarkan Nirmala dari lemari pendingin, sementara Marisa sibuk memotong sayuran.

"Bimsalabim, jadi apa... prok... prok... prok..."

Masakan matang. Nirmala dan Marisa bergantian menyajikannya di meja. Saga turun, menarik kursi, dan menyeruput kopi hitam buatan Nirmala.

Keningnya berkerut. "Kenapa ada yang berbeda?" tanyanya setelah menyesap kopi.

"Ya, aku masukkan sianida di dalam kopi itu," ucap Nirmala tanpa mengalihkan pandangan dari aktivitasnya. Ia memindahkan nasi putih dan lauk ke piring Saga, lalu beralih ke piringnya sendiri.

Saga melotot. Aura gelap mulai terpancar. Nirmala tersenyum, memamerkan giginya. "Canda. Itu bubuk kopi hitam yang baru dibelikan kepala pelayan. Jika tak percaya, tanyalah padanya," ucap Nirmala sambil menoleh ke kepala pelayan yang berdiri di sisi kirinya.

Kepala pelayan maju selangkah dan membungkuk. Saga melirik sekilas, lalu menyendok makanan yang disiapkan Nirmala. Keningnya kembali berkerut. "Masakan apa ini? Kenapa rempahnya terasa sekali?"

"Dagingnya enak, tapi... ah, rempah ini mengganggu acara makanku," bisik Saga dalam hati, memastikan rasa masakan tersebut.

Nirmala memutar mata malas. "Ayolah, Tuan adalah Tuan Saga. Pasti sudah mencicipi banyak masakan, bukan? Apa Tuan tidak tahu..." Nirmala kicep saat mendapat tatapan tajam Saga.

"Itu rendang, Tuan," lanjut Nirmala.

Saga bangkit dan menarik kasar lengan Nirmala, membawanya ke kamar. Di dalam kamar, Nirmala didorong hingga terjatuh ke tempat tidur luas milik Saga.

Perlahan, Saga mendekat. Nirmala merasa tidak nyaman, meringsut mundur hingga punggungnya menabrak sandaran ranjang. Nirmala memejamkan mata.

"Kamu tadi ngomong apa?" tanya Saga sambil memegang erat lengan Nirmala.

"Apa? Apa yang salah?" tanya Nirmala, sungguh tak tahu.

Saga menarik lengan Nirmala, mencium dan menghirup aromanya dalam. Nirmala tertegun, heran mengapa pria ini bisa kadang marah, kadang tenang. "Tuan, maafkan perkataan saya tadi, sa..."

Cup...

Saga membungkam bibir Nirmala dengan ciumannya. Perlahan, ciuman itu memabukkan keduanya, hingga Saga menjauh dan menghentikan aktivitas itu.

"Ssst... bukannya kemarin kamu sudah berjanji akan memanggilku apa?" Saga mengingatkan.

Nirmala menerawang. Ya, kemarin sepulang dari rumah sakit, mereka sudah berjanji bukan mereka, tepatnya hanya Nirmala yang berjanji tidak akan memanggilnya dengan sebutan "Tuan" lagi, melainkan "Sayang."

"Apa... apa harus panggil seperti itu juga di saat bersama banyak orang?" tanya Nirmala ragu. Bagaimana bisa ia memanggilnya dengan sebutan itu di depan orang lain? Jika hanya berdua, mungkin Nirmala tak akan sungkan.

Saga tersenyum mengejek sambil mengangguk, lalu duduk di samping Nirmala. "Kamu bukannya pernah berpacaran?" tanya Saga.

"Lalu?" tanya Nirmala penasaran.

"Kenapa ciumanmu masih kaku?" ucap Saga sambil memegangi bibirnya.

Ucapan Saga membuat Nirmala melotot, wajahnya memerah menahan malu. Ia mengambil bantal menutupi wajahnya.

"Hahahaha..." Saga terbahak, lalu menarik bantal yang menutupi wajah Nirmala hingga terlihat wajah yang masih memerah. Saga tersenyum geli melihat ekspresi Nirmala.

Saga mengambil bantal itu dan membuangnya jauh, lalu menarik dagu Nirmala dan mulai mengecup bibirnya dengan lembut.

Cup...

Nirmala terhanyut, berusaha mengimbangi ciuman Saga. Saga merasakan hal itu, tersenyum, dan memilih menyudahi ciuman tersebut. Saga menempelkan dahi mereka, masih dengan napas tersengal, lalu tersenyum.

"Ikut aku ke kantor hari ini," ucap Saga. Nirmala mengangguk.

Saga berdiri membenarkan pakaiannya, lalu keluar kamar dan menghilang di balik pintu. Nirmala memegangi bibirnya yang mulai membengkak. "Aku kan memang nggak pernah berciuman," ucap Nirmala membela diri.

Nirmala pergi ke wastafel, membasuh wajahnya. Setelah itu, ia memilih pakaian yang sesuai, namun saat membuka lemari, ia terkejut. Semua baju di dalamnya hanyalah gaun.

Gaun malam yang tampak seperti jaring ikan, juga gaun pesta. Apakah ia akan memakai salah satunya? Tentu tidak. Nirmala memilih membuka koper miliknya, mengambil kaus oblong hitam kebesaran dan celana jeans hitam. Tak lupa, ia menguncir kuda rambut panjangnya.

Mengoleskan lipstik dan bedak seadanya, memastikan penampilannya oke, ia pun berlari keluar kamar. Di lantai bawah, seluruh mata pelayan menatapnya heran.

Yang dipandangi justru merasa tak terjadi apa-apa. Saga masih duduk di ruang tamu, menoleh, lalu menggelengkan kepala heran menatap gadis itu.

Saga sudah memesankan gaun dan meletakkannya di lemari, tapi mengapa tak pernah dipakai? Ia justru lebih senang dengan pakaian seperti itu. Karena hari sudah siang, Saga pun berdiri, berjalan di belakang Nirmala.

Dengan penampilan seperti itu, malah terlihat Saga sedang mengasuh keponakannya.

Wkwkwkkw...

Mobil perlahan meninggalkan mansion. Perjalanan ke kantor membutuhkan waktu satu jam. Nirmala hanya menatap keluar jendela, sedangkan Saga memainkan ponselnya, mengecek laporan.

"Sayang," panggil Nirmala. Saga yang mendengar panggilan tersebut langsung menoleh kencang, sedangkan Ace tak sengaja menginjak rem terlalu dalam, sehingga mobil berhenti mendadak.

Dengan sigap, Saga meletakkan tangannya di kening Nirmala, mencegah kepalanya terbentur kursi depan. "Ace!" brukk... Teriak Saga sambil menendang kursi Ace.

Ace hanya bisa menggaruk kepala heran, lalu kembali melajukan mobilnya. Ace mengambil headset dari dasbor mobil, tak ingin kehilangan konsentrasi karena mendengar percakapan para penumpang di belakang.

"Mau ngomong apa tadi?" tanya Saga. Nirmala, dengan bibir monyongnya, berucap, "Nggak jadi," lalu membuang pandangannya ke luar jendela.

Saga menghela napas kasar, tak ingin merusak harinya. Mobil tiba di halaman parkir khusus pemilik perusahaan.

Saga keluar lebih dahulu saat Ace membukakan pintu. "Aku mau ke toilet sebentar, ya?" izin Nirmala.

"Di ruanganku ada. Tahanlah sebentar," ucap Saga, mencekal lengan Nirmala.

"Nggak enak dilihat bawahanmu, sayang," ujar Nirmala sambil menekankan kata "sayang," yang sepertinya bisa membuat Saga melayang.

Saga mencebik, lalu menepuk pipinya dengan jari telunjuk, isyarat agar Nirmala mencium pipinya terlebih dahulu. Sebelum memulai aksinya, Nirmala menoleh pada Ace.

Ace yang ditatap segera membalikkan tubuhnya, membelakangi keduanya. Saat merasa aman, Nirmala memulai aksinya, tapi bukan Saga namanya jika tak ingin merasakan kenikmatan double dari Nirmala.

Saat bibir Nirmala mulai mendekat, Saga memutar kepalanya sedikit, jadi kecupan Nirmala bukan sekadar kecupan sekilas, melainkan ciuman di bibir. Nirmala mendorong pundak Saga.

Kening Nirmala berkerut. "Lipstikku," ucapnya sambil mengelap bibir Saga, karena lipstiknya bukan transfer-proof, jadi bisa meninggalkan jejak, seperti di bibir Saga bagian bawah saat ini.

Saga hanya tersenyum mendapati perlakuan manis dari Nirmala. Mereka berdua memutuskan untuk masuk ke dalam, sementara Nirmala memilih ke toilet di lantai bawah, tempat untuk para karyawan wanita.

Setelah selesai dan memastikan tidak ada orang, Nirmala keluar dari toilet dan langsung mencari lift. Saga sudah mengatakan jika ruangannya ada di lantai 15. Nirmala menekan tombol bertuliskan 15.

Lift pun mulai naik. Tak butuh waktu lama, pintu lift terbuka. Ting...

Nirmala segera keluar, mencari ruangan bertuliskan CEO. Baru beberapa langkah, ia sudah menemukan ruangan itu. Ia langsung membuka pintunya tanpa mengetuk, ia memang lupa.

Di dalam ruangan, pemandangan seorang wanita tengah duduk di pangkuan Saga, memainkan dasi milik pria itu. Padahal, dasi itu Nirmala lah yang memasangkannya. Tangan Nirmala mencengkeram pegangan pintu hingga memerah.

"Ah... Maaf, lanjutkan saja," ucap Nirmala, berniat menutup pintu.

"Keluar!" bentak Saga dari dalam.

Nirmala mengangguk, mengira dirinya yang diusir oleh Saga, tapi ia mendengar suara seperti buah kelapa jatuh dari pohon. Buk... Nirmala menghentikan langkahnya. Tak lama, wanita dengan baju press body berwarna merah menyala keluar dari ruangan Saga dengan amarah yang memuncak.

Wanita itu juga mendorong tubuh Nirmala hingga kehilangan keseimbangan. Beruntung, Saga dengan sigap menarik lengan Nirmala, sehingga ia jatuh di pelukan Saga.

Mata mereka bertemu, makin mendekat dan sebentar lagi akan sampai pada...?

Bersambung....

Nungguin ya?

Jangan lupa untuk meninggalkan jejak di kolom komentar jika suka like dan subscribe ya....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!