Semua ini tentang Lucyana Putri Chandra yang pernah disakiti, dihancurkan, dan ditinggalkan.
Tapi muncul seseorang dengan segala spontanitas dan ketulusannya.
Apakah Lucyana berani jatuh cinta lagi?
Kali ini pada seorang Sadewa Nugraha Abimanyu yang jauh lebih muda darinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jemiiima__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gagal??!
Siang itu Bandung sedang cerah. Langit biru bersih tanpa awan, dan matahari menyorot lembut ke halaman kantor polisi.
Lucy melangkah keluar dari mobil bersama Detri, membawa map berisi hasil visum, foto luka, dan rekaman CCTV.
“Lo siap, Luc?” tanya Detri sambil menatap temannya.
Lucy menarik napas panjang, tersenyum kecil. “Siap, gue harus selesaikan ini segera mungkin.”
Mereka masuk ke kantor polisi. Ruangan itu tak terlalu ramai, beberapa orang duduk menunggu giliran melapor. Petugas menyambut dan mempersilakan mereka duduk.
Detri menyerahkan berkas, sementara Lucy menjelaskan kronologi dengan suara tenang tapi tegas.
Petugas mencatat setiap detail, lalu berkata,
“Baik, Bu Lucy. Bukti dan keterangan Anda cukup jelas. Kami akan proses laporan ini dan segera memanggil terlapor.”
Lucy mengangguk mantap. “Terima kasih, Pak. tolong kabari saya setiap perkembangannya” sambil menyerahkan kartu nama.
Begitu keluar dari ruangan, sinar matahari sore menyambut mereka.
Detri menepuk bahu Lucy sambil tersenyum.
“Lo udah kerja keras luc, semangat! Gue yakin kali ini akan berhasil."
Lucy memejamkan mata sejenak, menikmati hangatnya udara sore.
“Gue gak berharap banyak, gue cuma pengen cepet-cepet lepas dari si mokondo itu.”
Mereka berjalan ke arah mobil, dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Lucy merasa langkahnya lebih ringan.
...****************...
Sementara di sisi lain, Dewa baru saja menyelesaikan kelas sore di kampusnya. Begitu keluar dari ruangan, ponselnya bergetar pelan di saku. Ia membuka layar, dan sebuah pesan muncul.
Lucy: Hari ini gue udah buat laporan ke kantor polisi. Makasih bantuannya selama ini.
Tanpa sadar, sudut bibir Dewa terangkat membentuk senyum kecil. Ia membalas singkat,
Dewa: Oke, nggak masalah. Semoga urusannya cepat selesai, ya.
Sejak kejadian di rumah sakit waktu itu, hubungan mereka tak lagi sekadar kebetulan.
Lucy dan Dewa mulai sering bertukar pesan. Kadang hanya sekedar menanyakan kabar, kadang membahas perkembangan kasus Andika.
Tak ada yang direncanakan, tapi percakapan mereka selalu mengalir begitu saja.
Hening di antara dua orang asing perlahan berubah jadi kebiasaan yang menenangkan.
Sambil berjalan santai menuju kantin, Dewa masih sibuk menatap layar ponselnya.
Senyum kecil terus muncul di wajahnya tanpa ia sadari.
Ryan yang jalan di sebelahnya langsung menyenggol sikut Arka, berbisik geli,
"Eh eta tingali si Dewa, kunaon seseurian sorangan? Asa tutumbenan, boa keur kasmaran kitu?"
(Eh, liat deh. Si Dewa senyum-senyum sendiri, tumben banget. Jangan-jangan lagi kasmaran?)
Arka melirik cepat ke arah Dewa, lalu ikut nyengir.
“Wih he'eh lah, siapa nih yang bikin lo senyum gitu, Dew?”
Dewa langsung mendongak, menatap dua temannya yang sudah jelas-jelas kepo.
"Ah ni, harayang nyaho wae"
(Ah, pada kepo banget sih lo) katanya datar, tapi senyum di wajahnya belum benar-benar hilang.
“Udah, pesenin makan gih. Gue nunggu di meja aja.”
Ryan dan Arka saling pandang, menahan tawa.
“Fix, beneran kasmaran,” gumam Ryan pelan, sementara Dewa pura-pura gak dengar dan jalan duluan ke meja pojok kantin.
...****************...
Sebulan berlalu sejak laporan dibuat.
Siang itu, saat Lucy tengah fokus di meja kerjanya, panggilan dari pihak kepolisian masuk ke ponselnya.
“Maaf, Bu Lucy,” suara dari seberang terdengar hati-hati.
“Pemanggilan pertama dan kedua terhadap Andika tidak direspons. Saat kami kunjungi alamatnya pun… rumahnya kosong. Tetangga bilang sudah lama tidak terlihat. Kami akan tetap berupaya mencari, tapi sejauh ini, Andika menghilang tanpa jejak.”
Lucy terdiam beberapa detik setelah sambungan telepon terputus.
Tangannya masih menggenggam ponsel erat-erat, sementara napasnya terasa berat.
“Ah, stress...” gumamnya lirih, menatap layar ponsel kosong.
“Bisa gila gue lama-lama. Hidup berasa kepatok terus sama si Andika.”
Ia menyandarkan kepala di meja, berusaha menenangkan diri. Tapi perasaan frustasi itu seperti tak mau pergi. Seolah bayangan Andika masih menempel di setiap langkah hidupnya.
Detri melirik Lucy yang masih termenung di depan layar ponsel, wajahnya kelihatan lelah dan frustasi.
“Udah, stop mikirin si Andika terus,” ujarnya sambil menepuk pelan bahu Lucy. “Lo bisa gila beneran nanti.”
Lucy menghela napas panjang. “Gimana gak kepikiran, Det. Polisi aja belum nemuin dia sampai sekarang.”
“Nah, justru itu makanya lo butuh hiburan.” Detri berdiri sambil meraih tasnya, matanya berbinar nakal.
“Malam ini kita keluar, yuk. Ke Holywings aja, gue traktir. Minum dikit, buang semua racun dari kepala lo itu!”
Lucy akhirnya tersenyum kecil. “Ide bagus! Bener ya, lo yang traktir?.”
“Siap, bos!” Detri menjawab semangat, menepuk tangan Lucy. “Malam ini waktunya kita have fun!"
...****************...
Malam itu udara Bandung terasa hangat dan ramai. Lampu-lampu jalan di sekitar Paskal Hyper Square berkilau memantul di kaca mobil saat Lucy dan Detri melintas. Musik samar dari bar-bar sekitar sudah terdengar bahkan sebelum mereka sampai di Holywings Paskal.
Begitu masuk, aroma alkohol bercampur wangi parfum mahal langsung menyambut. Lampu remang, dentuman musik DJ, dan tawa orang-orang membuat suasana terasa hidup.
Detri langsung menarik tangan Lucy menuju meja kosong dekat panggung.
“Udah, malam ini lo duduk, minum, nikmatin. Jangan mikirin apa pun lagi,” katanya sambil melambaikan tangan ke pelayan.
Lucy menatap sekeliling, tempat itu bising tapi anehnya menenangkan.
“Udah lama banget nih gue gak nongkrong beginian,” gumamnya.
Detri tersenyum, menaruh dua gelas cocktail di depan mereka. “Welcome back Lucy!”
Lucy tertawa kecil, menyesap minumannya pelan. Dentuman musik, sorot lampu panggung, dan tawa di sekitar mereka membuat segalanya terasa ringan untuk pertama kalinya setelah sekian lama.
Tapi tanpa mereka sadari, dari sudut bar yang agak gelap, sepasang mata memperhatikan Lucy diam-diam. Tatapan tajam yang mengikuti setiap gerakannya.
Beberapa jam berlalu sejak mereka tiba di Holywings. Musik makin kencang, suasana makin ramai, dan gelas di meja Lucy udah di refill entah berapa kali.
Detri cuma bisa geleng-geleng, sementara Lucy mulai meracau gak jelas. Antara tertawa, ngomel soal kerjaan, sampai sumpah serapah atas nama Andika.
Sementara Detri kewalahan, satu tangan nahan gelas, satu lagi nahan Lucy yang nyaris jatuh.
“Luc, tolong deh… gue dateng buat seneng-seneng bukan buat jaga orang mabok,” keluh Detri, tapi suaranya nyaris tenggelam sama dentuman lagu.
Akhirnya, pasrah, dia buka ponselnya dan nekan satu kontak yang paling mungkin bisa diandalkan.
“Halo… lo bisa ke Holywings Paskal gak? Tolong bantu jemput Lucy, dia udah gak sadar nih.”
Suara di seberang terdengar familiar — tenang, tapi agak canggung.
“Siapa nih?” tanya suara itu.
“Gue Detri, temennya Lucy. Tolong banget ya,
"Dewa."
Dewa sempet diam beberapa detik, suara gesekan kasur dan helaan napas berat terdengar dari seberang.
“Astaga…wanita ini… baru juga gue mau tidur.”
“Plis, Dew, cuma lo yang bisa gue andelin sekarang!”
Dewa ngusap wajahnya, pasrah.
“Yaudah, Shareloc. Jangan biarin dia keluar sendirian, gue otw.”
Dari sisi bar yang remang, seorang pria dengan hoodie hitam menatap tajam ke arah meja Lucy. Jemarinya menggenggam gelas whisky yang hampir kosong.
Tatapannya tak lepas sedikit pun dari Lucy yang sedang tertawa bersama Detri.
Lampu panggung berganti warna, sesekali memantul di wajahnya — cukup untuk memperlihatkan rahang tegas dan mata merah karena amarah tertahan.
Andika.
Ia bergumam pelan, nyaris seperti desisan,
“Lo pikir dengan lo lapor polisi, semua permasalahan kita selesai?"
Gelas di tangannya retak sedikit karena genggamannya terlalu kuat.
Malam itu, di tengah musik dan tawa orang-orang, bahaya diam-diam mulai mendekat lagi.
...----------------...
Apa yang akan direncanakan Andika?
Adakah yang bisa tebak?
Pantengin terus kisah Lucy - Dewa 💕
Jangan lupa vote like dan komentar yaa 😘✨
Happy Satnite! 😍😍