NovelToon NovelToon
Tuan Alpha, Sang Bayangan

Tuan Alpha, Sang Bayangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Identitas Tersembunyi / Kebangkitan pecundang / Kelahiran kembali menjadi kuat / Si Mujur / Cinta Murni
Popularitas:221
Nilai: 5
Nama Author: Adrina salsabila Alkhadafi

Arga, seorang remaja yang lahir dari darah daging ayahnya sendiri, tumbuh di rumah besar yang justru terasa asing baginya. Kehangatan keluarga yang seharusnya menjadi tempat berlindung berubah menjadi penjara dingin — penuh tatapan acuh, hinaan, dan kesepian.

Ayah yang dulu ia panggil pelindung kini tak lagi memandangnya. Cinta dan perhatian telah dialihkan pada istri baru dan anak-anak tiri yang selalu dipuja. Sementara Arga, anak kandungnya sendiri, hanya menjadi bayangan yang disuruh, diperintah, dan dilukai tanpa belas kasihan.

Namun di balik luka dan penghinaan yang menumpuk, Arga menyimpan api kecil dalam hatinya — tekad untuk bertahan, dan bangkit dri penderitaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrina salsabila Alkhadafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11: Setahun Kemudian, Chemistry di Bawah Bayangan

.

​Satu tahun telah berlalu sejak PT. Adhiyatma Karya rata dengan tanah, tersapu oleh badai Logic Bomb Aurora Tech dan Kejaksaan Agung. Rendra Satya Wardhana berada di tengah proses hukum yang panjang dan memalukan. Binar dan Vino sudah lebih dulu ditahan.

​Sementara dunia lama Arga hancur, dunia baru Tuan Alpha menjulang tinggi.

​Aurora Tech bukan lagi startup di gudang. Kini, ia adalah pemimpin global dalam Smart City Integration dan Financial Security. Arga, sebagai Tuan Alpha, adalah CEO misterius, genius, dan sangat dingin yang menjadi incaran setiap investor dan media. Ia tetap anonim, hanya muncul di hadapan publik melalui avatar dan siaran pers yang terenkripsi.

​Arga (20 tahun), duduk di kantor barunya di penthouse sebuah menara di pusat kota, memandang ke cakrawala. Ia berhasil. Ia membalas dendamnya. Tapi hatinya terasa lebih dingin dari sebelumnya.

​"Tuan Alpha," Dina, yang kini menjadi tangan kanan resminya, muncul di layar hologram. "Kami mendapat tawaran tender terbaru. Proyek paling ambisius di Asia Tenggara: The Nusantara Mega-Project."

​"Proyek pemerintah, integrasi smart-city berskala besar," Arga bergumam, matanya menyipit. "Siapa lead architect-nya?"

​Dina tersenyum samar. "Orang yang Anda tunggu, Tuan Alpha. Laila Diandra. Dia meninggalkan Adhiyatma, mendirikan firma sendiri, dan memenangkan tender ini. Integritasnya terbukti, dan sekarang dia adalah bintang."

​Arga menutup laptopnya. Ia tahu, setelah setahun berlalu, alam semesta akan kembali mempertemukan mereka. Laila, wanita yang ia selamatkan, wanita yang mengkhianatinya di depan umum, namun menyelamatkannya dengan pengkhianatan yang lebih cerdas.

​"Atur pertemuannya, Dina," perintah Arga. "Aku akan hadir secara langsung. Full package, Tuan Alpha. Dia harus tahu bahwa aku bukan lagi engineer rendahan di ruang server."

​Ruangan rapat di Kementerian Pembangunan sangat berbeda dari ruang rapat marmer di Adhiyatma Karya. Di sini, udara terasa lebih serius, lebih berwibawa, dan jauh lebih dingin.

​Laila Diandra (25 tahun) duduk di kursi utama, memancarkan aura seorang profesional yang tak tertandingi. Rambutnya kini dipotong lebih tegas, power suit-nya elegan, dan matanya memegang komando. Ia telah melewati badai dan keluar sebagai pemenang sejati.

​Ia menunggu.

​Pintu dibuka oleh pengawal yang mengenakan lencana Aurora Tech. Masuklah Tuan Alpha.

​Ia mengenakan setelan custom-made yang mahal, yang membalut tubuhnya yang kini lebih atletis dan dewasa. Matanya tajam, rahangnya keras, dan di sekelilingnya, ada aura kekuasaan yang tak terbantahkan. Ia berjalan dengan langkah yang disengaja, seolah seluruh ruangan harus menyesuaikan diri dengan kehadirannya.

​Meskipun penampilan Arga berbeda jauh dari engineer culun yang dulu ia dampingi, Laila langsung mengenalinya. Bukan dari wajah, tapi dari tatapan mata yang dingin, cerdas, dan penuh perhitungan yang pernah ia lihat di ruang server Adhiyatma.

​Arga.

​Laila harus menahan napas. Arga si anak terbuang, kini adalah Tuan Alpha, salah satu orang paling kuat di industri teknologi.

​Arga duduk di seberang meja, mengabaikan semua orang di ruangan itu kecuali Laila.

​"Selamat siang, Nona Diandra," sapa Arga, suaranya dalam dan berwibawa.

​Laila membalas, suaranya sedingin es. "Selamat siang, Tuan Alpha. Saya tidak menyangka Anda hadir secara pribadi. Biasanya Anda hanya mengirim hologram."

​"Proyek Nusantara sangat penting. Saya perlu mengukur risiko yang saya hadapi," jawab Arga, tatapannya menyiratkan sesuatu yang lebih dari sekadar risiko proyek.

​Pertemuan berlangsung tegang. Arga mempresentasikan solusi Smart-City Aurora Tech yang tak tertandingi—sistem keamanan yang menjamin transparansi absolut, ironisnya, persis seperti yang dulu ia gunakan untuk menghancurkan Ayahnya.

​Laila tidak mudah terkesan.

​"Solusi Anda brilian, Tuan Alpha," kata Laila, menyilangkan tangan. "Tapi saya harus jujur. Rekam jejak Aurora Tech... problematic. Anda dikenal sebagai pemimpin dalam audit yang menghancurkan korporasi. Bagaimana saya bisa mempercayai sistem yang sangat canggih dan sangat rahasia ini, yang bisa Anda gunakan untuk menyerang kami kapan saja?"

​Arga menyeringai kecil. Itu adalah senyum Tuan Alpha, arogan dan meremehkan.

​"Nona Diandra, Anda adalah lead architect dari proyek ini. Apakah Anda takut dengan transparansi, ataukah Anda takut dengan kejujuran?" balas Arga.

​DAMN IT. Laila merasakan pipinya memanas. Pertanyaannya menyentuh inti mengapa ia meninggalkan Adhiyatma.

​"Saya tidak takut kejujuran, Tuan Alpha. Saya takut pada kekuasaan tanpa wajah," balas Laila, nadanya menantang. "Anda pernah menggunakan kekuasaan anonim itu untuk menghancurkan, meskipun tujuannya baik. Saya menuntut transparansi pribadi, bukan sekadar data. Jika Anda ingin kami menggunakan sistem Anda, saya ingin tahu, siapa Anda sebenarnya?"

​Keheningan melanda ruangan. Ini adalah pertanyaan yang tidak pernah ditanyakan orang pada Tuan Alpha.

​Arga menatap Laila, dan chemistry di antara mereka meledak. Itu bukan chemistry cinta manis, tetapi chemistry dua magnet yang menolak dan menarik secara bersamaan—keduanya terluka oleh masa lalu yang sama, keduanya mengagumi kecerdasan satu sama lain, dan keduanya berjuang untuk dominasi.

​Arga memecah keheningan itu dengan suara rendah yang ditujukan hanya untuk Laila, mengabaikan semua orang.

​"Identitas asli saya tidak relevan, Nona Diandra. Yang relevan adalah, saya adalah orang yang selalu mencari kebenaran," kata Arga. Ia kemudian berbisik, cukup keras hanya untuk didengar Laila, "Seperti Arga, si engineer yang Anda temui di ruang server Adhiyatma. Apakah dia pernah berbohong pada Anda, Nona Diandra?"

​Laila tersentak keras. Jantungnya berdebar kencang. Ia mengerti. Dia tahu.

​Dia menunjuk ke Arga si engineer, masa lalu yang Arga pikir terkubur, untuk mengonfirmasi identitasnya.

​"Itu adalah masa lalu, Tuan Alpha," Laila membalas, suaranya bergetar. "Dan Anda menghilang setelah menyelesaikan misi Anda. Pemenang yang lari tidak pernah bisa dipercaya."

​Arga berdiri. Pertemuan sudah selesai. Ia telah memancing Laila ke dalam permainannya.

​"Saya menghilang karena saya telah menyelesaikan perang yang saya mulai," kata Arga, membetulkan jasnya. "Sekarang, ini adalah bisnis. Kami akan kirimkan kontrak tender dalam 24 jam. Putuskan, Nona Diandra."

​Arga meninggalkan ruangan, meninggalkan Laila yang kebingungan, marah, dan merasakan ketegangan yang ia kira sudah ia kubur.

​Malam itu, saat Laila kembali ke penthouse kantornya, ia menerima notifikasi di ponsel pribadinya—saluran terenkripsi yang pernah ia gunakan untuk menghubungi Tuan Alpha dulu.

​Selamat, Nona Diandra. Anda menjadi lebih kuat dari yang saya duga. Tapi Anda salah. Saya tidak lari.

Saya hanya menunggu sampai Anda bebas dari bayangan Ayah saya.

Saya mengirimkan log keamanan sistem Anda malam ini. Lihatlah detail kecil di baris ke-45. IP Adhiyatma lama.

Anda masih diincar.

Aurora Tech butuh data lengkap Proyek Nusantara. Kita tidak bisa membahasnya di rapat konyol itu. Terlalu banyak telinga. Terlalu banyak ancaman.

Jumpa saya. Sendiri. Besok malam. Di tempat pertama Anda melihat Arga bekerja. Kafe 24 Jam di dekat pelabuhan lama.

Bukan sebagai Tuan Alpha. Tapi sebagai dua orang yang tahu kebenaran.*

​Laila mematikan lampu kantornya. Ia melihat log yang dikirim Arga. Baris ke-45 menunjukkan ada percobaan phishing yang berasal dari salah satu server bekas Adhiyatma Karya—Vino atau Binar, kemungkinan besar, mencoba membalas dendam dengan mencuri desain Nusantara.

​Laila menatap ponselnya, mengabaikan log ancaman itu. Matanya hanya fokus pada kata-kata di akhir pesan: Bukan sebagai Tuan Alpha. Tapi sebagai dua orang yang tahu kebenaran.

​Air matanya menetes. Bukan air mata kesedihan, tapi air mata amarah dan daya tarik yang sulit ia pahami. Arga si engineer telah kembali, di balik topeng Tuan Alpha yang arogan.

​Laila meraih kunci mobilnya. Dia tahu dia harus pergi. Tidak untuk kontrak, tapi untuk mengetahui: Apakah Arga yang dingin itu masih menyimpan sisa-sisa hati dari engineer yang ia bantu selamatkan?

1
Rabi'ah
ceritanya lumayan bagus loh, kok gak rame
putri lindung bulan: mungkin karena baru,semoga kedepannya lebih rame lagi,makasi ya,selalu suport
total 1 replies
putri lindung bulan
Rumah seharusnya tempat berlindung, tapi baginya rumah adalah penjara.
Dihina, disakiti, diabaikan — hingga akhirnya ia memilih pergi, membawa luka yang berubah jadi kekuatan.
Bertahun-tahun kemudian, dunia berbalik.
Anak yang dulu diremehkan, kini berdiri di atas cahaya keberhasilannya.
mari masuk ke dunia Tuan alfa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!