Bagaimana jadinya jika seorang penulis malah masuk ke dalam novel buatannya sendiri?
Kenalin, aku Lunar. Penulis apes yang terbangun di dunia fiksi ciptaanku.
Masalahnya... aku bukan jadi protagonis, melainkan Sharon Lux-tokoh antagonis yang dijadwalkan untuk dieksekusi BESOK!
Ogah mati konyol di tangan karakternya
sendiri, aku nekat mengubah takdir: Menghindari Pangeran yang ingin memenggalku, menyelamatkan kakak malaikat yang seharusnya kubunuh, dan entah bagaimana... membuat Sang Eksekutor kejam menjadi pelayan pribadiku.
Namun, ada satu bencana fatal yang kulupakan
Novel ini belum pernah kutamatkan!
Kini aku buta akan masa depan. Di tengah misteri Keluarga Midnight dan kebangkitan Ras Mata Merah yang bergerak di luar kendali penulisnya, aku harus bertahan hidup.
Pokoknya Sharon Lux harus selamat.
Alasannya sederhana: AKU GAK MAU MATI DALAM KEADAAN LAJANG!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R.A Wibowo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Ruang pengadilan itu megah… tetapi sunyinya membuat Sharon merasa seperti berada di ruang eksekusi kedua. Pilar-pilar marmer menjulang, bayangannya memanjang seperti tangan-tangan asing yang siap meraih lehernya.
Di kursi tertinggi, Duke Lux duduk dengan aura tanpa kompromi. Di kedua sisi, beberapa Dewan Bangsawan memandang Sharon seperti melihat binatang buas. Sementara di sisi kanan, Pangeran Leon hadir sebagai saksi utama—kepalanya sedikit tertunduk, sulit diakui ada sedikir keraguan di hatinya.
Sharon menelan ludah. Inilah saatnya. Roda takdirnya kembali bergerak!
“Kami mulai sidang.” Suara Duke bergema keras, penuh otoritas. Sebagai pembukaan sidang, semua orang langsung menjadi serius.
Atmosfer ruangan mendadak jadi berat.
Petugas membacakan tuduhan:
“Terdakwa, Sharon Lux, atas tindakannya dinyatakan bersalah. Terdakwa melakukan percobaan pembunuhan terhadap Althea Lux, serta menyalahgunakan posisinya sebagai putri bangsawan untuk mengancam dan menyakiti warga. Ada banyak korban dan saksi mata yang melihat, terutama setiap pesta dansa Sharon Lux terlihat merendahkan beberapa wanita non bangsawan, melecehkan, dan melakukan penindasan tak bermoral.”
Mata petugas melihat ke meja pojok kanan. Ada tiga wanita di sana, mereka adalah korban penganiayaan yang memutuskan untuk bersuara.
“Apa para korban keberatan?”
“Tidak keberatan! Tindakan itu nyata dan kejam!” ucap mereka bersamaan.
Salah satu dari ketiga gadis itu menambahkan, “saya masih sangat Nona Sharon selalu menindas saya, ia menuangkan minuman ke wajah saya dan mempermalukan saya,” ucapnya dengan sedih.
Bisikan tajam terdengar dari para bangsawan.
Sharon mengepalkan tangan. Ia sudah tahu tuduhan itu akan muncul—tapi rasanya tetap seperti ditikam. Baru kali ini ia menyesal telah menulis sikap karakter villain yang kebanyakan dosa, dia gak cuma melampiaskan dan mencoba membunuh Althea tapi juga ke beberapa gadis lain.
Kalau tau gini dia tidak usah nulis plot kaya gitu. Ia mengutuk dirinya sendiri.
“Sialan apa yang kamu lakukan diriku yang dulu? Kamu membuat situasi semakin parah!”
Petugas menganggukan kepala. “Terdakwa Nona Lux, silahkan berbicara!”
Sharon terperanjat, kaget. Ia menghela napas, situasi sudah terlihat mustahil, ia bahkan bingung harus mengatakan apa. Paling tidak dia harus membuktikan bahwa dia menyesal, karena dia ingat menulis bahwa sharon malah berbicara lancang di versi asli, tidak mengakui kesalah dan memperparah keadaan.
Memang gak sayang nyawa Sharon yang asli.
“Aku… ingin meminta maaf.” Suara Sharon lirih namun jelas. Ia menundukkan kepala.
Hal ini sontak membuat semua orang di pengadilan terdiam.
“Selama ini aku memang salah. Aku sadar dosaku, dan aku—aku ingin berubah. Aku tidak ingin menyakiti siapapun lagi. Aku ingin menebus semua hal yang pernah kulakukan.”
Detik setelah itu—Ledakan tawa terdengar.
Para bangsawan mencemooh, sebagian menggeleng tidak percaya.
Salah satu dari mereka bahkan berkata keras:
“Lihatlah! Aktris ulung kita! Mungkin dia mengira kita semua bodoh! Bagaimana mungkin kita bisa meloloskan dengan kata ‘saya minta maaf!’ dikira kita tolol!”
Wajah Sharon memanas, bukan karena marah… tapi karena rasa malu dan takut bercampur jadi satu. “Si-sialan malu-maluin!” Batinnya.
Ruang masih saja ramai dengan suara tawa, beberapa masih berbisik-bisik dan mengolok Sharon, karena dirasa suasana menjadi tidak kondusif, Duke Lux mengetuk meja.
“Semuanya diam!” Serunya tegas, berhasil membuat orang terdiam. “Ini pengadilan, momen sakral, jika membuat onar maka keluarlah!”
Dan semua menunduk diam, tidak berani berbicara lagi. Tatapan sepertii menusuk seperti bilah dingin.
“Teruskan pengadilannya.”
Pengadilan terus berjalan dengan dibacakan beberapa tindakan kejahatan serta bukti dari Sharon lux,
Disatu momen Pangeran Leon, sebagai tunangan Althea diberikan waktu untuk berbicara.
Yang mengejutkan Sharon, Leon tampak tidak setegar biasanya. Ia menatap Sharon sekilas—hanya setengah detik, tetapi ada keraguan nyata di matanya. Apa dia ada dipihaknya?
“Saya…” Leon menarik napas. “saya memang melihat dengan mata saya sendiri Sharon… menolong Althea, waktu itu. Ia merelakan dirinya tersayat dengan pisau untuk melindungi Althea.”
Pengadilan mendadak hening. Semua kembali berbisik-bisik.
Namun, Duke Lux memotong tajam. “Bisa saja itu hanya trik”
Leon terdiam. Ya dia ingin percaya seperti itu! Tetapi sesuatu di hatinya ragu.
“Perempuan ini sudah sering memanipulasi situasi,” ucap Duke tegas. “Tentu saja ia akan menciptakan satu momen heroik palsu untuk membalikkan opini.”
Bisikan kembali memenuhi ruangan. Leon akhirnya menunduk.
“Pak tua brengsek itu!” Batin sharon kesal. “Apa dia gak sayang anak keduanya ini?!” Ia sangat ingat bahwa dia menulis bahwa Duke memiliki perasaan bersalah di hatinya atas perilaku pengabaian terhadap Sharon.
Tapi di sidang ini dia terlihat sangat dingin pantas saja sharon bisa gila! Apa-apa sikapnya itu?!
“Aku… tidak bisa memastikan niatnya,” ucap Leon menunduk.
“Tunggu leon jangan menyerah karena itu saja! Aku gak ingat menulismu jadi pria mudah menyerah seperti itu!’ batin sharon lagi frustasi. Dan seperti itu—harapan kecil Sharon hancur lagi.
Ini benar - benar gawat, roda takdir benar - benar tidak memihaknya.
Di sisi kiri ruangan, Althea duduk dengan menunduk. Ia terikat aturan protokol. Ia belum diizinkan bicara.Matanya merah. Air mata menahan pecah, tangannya menggenggam ujung rok dengan gemetar.
Ketika tatapan Sharon dan Althea bertemu… Althea menggigit bibirnya, menahan isak.
Ia ingin bersuara—Sharon tahu itu. Tapi aturan bangsawan tidak memberi ruang untuk suara seorang anak yang tidak beri waktu berbicara..
Setelah semua kesaksian selesai, salah satu anggota Dewan berdiri.
“Berdasarkan bukti dan perilaku masa lalu terdakwa… kami mendukung usulan hukuman mati.”
Duke Lux mengetuk palu, suaranya bergema di seluruh ruangan.
“hukum mati diusulkan dan hampir disahkan"
Sharon menggigit bibir sampai berdarah. Seluruh tubuhnya gemetar.
Sharon merasa dunianya runtuh. Ia menggigit bibirnya.
Berakhir sudah? Tidak dia menolaknya! Dia akan menulis ulang takdirnya. Maka dari itu sebelum pengadilan benar benar berakhir dia harus memutar otak.
Apa? Dia harus bilang apa?
Orang-orang mulai berdiri. Para bangsawan berbisik puas.
Leon menoleh dengan wajah bersalah. Althea menutup mulutnya, bahunya bergetar saat air mata akhirnya jatuh.
Sharon bisa mendengar hatinya sendiri berdetak keras, memukul-mukul tulang rusuk seperti sesuatu yang ingin kabur.
Percuma! Entah apa yang dikatakannya pasti terdengar seperti belas kasih.
Yang bisa menyelamatkannya di posisi ini hanya satu, ia diam diam menatap Althea. Belas kasih dari korban dan protagonis utama.
Namun Althea tidak diberi ruang untuk berbicara, jadi percuma saja. Ia hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri.
“Saya—’ Sharon belum juga selesai bicara.
Namun tepat saat palu kecil itu diangkat untuk memfinalisasi keputusan— Seseorang tiba-tiba berdiri. Dengan Langkah tergesa, napas berat, dan suara yang memecah ketegangan. Ia berdiri di tengah tengah pengadilan
“Saya keberatan!” ucap gadis itu
malah meme gw😭
Sharon sebagai antagonis palsu tuh bukan jahat—dia korban. Dan kita bisa lihat perubahan dia dari bab awal sampai sekarang.
pokonya mantap banget
rekomendasi banget bagi yang suka cerita reinkarnasi
dan villain
semangat thor