NovelToon NovelToon
Keluarga Lecit

Keluarga Lecit

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Dunia Lain / Pusaka Ajaib / Iblis
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Rika komalia

Entah wanita dari mana yang di ambil kakak ku sebagai calon istrinya, aroma tubuh dan mulutnya sungguh sangat berbeda dari manusia normal. Bahkan, yang lebih gongnya hanya aku satu-satunya yang bisa mencium aroma itu. Lama-lama bisa mati berdiri kalau seperti ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rika komalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

serumah 2

"Laras... Laras." ucap makhluk itu seraya tersenyum menjijikkan, bagaimana tidak air liurnya sampai menetes ke lantai.

"mau apa kau di sini!" teriakku.

"ini rumah baruku Laras, dan aku akan tinggal disini."

Ku tatap tajam makhluk itu, sebisa mungkin aku ku kuatkan hati ini agar tidak takut. Karena di disini hanya aku yang bisa melihatnya.

"rumah baru kau bilang? tidak ada tempat untuk mu di sini. Pergi kau!"

Bukannya menjawab makhluk itu malah semakin menyeringai lebar, aroma amis dan bangkai mulai tercium. perut yang lapar, sekarang sudah menjadi mual sepertinya asam lambung ku naik.

"Kau tidak akan bisa melawnku Laras, cepat atau lambat semua penghuni rumah ini akan menjadi pengikut ku. Bersiaplah." ucapnya seraya tersenyum menakutkan, lalu kemudian menghilang begitu saja.

Cepat-cepat aku mengelus dada, beristigfar memohon ketenangan hati dan perlindungan pada sang maha kuasa.

Segera aku berjalan mendekat pada oleh-oleh yang di berikan keluarga mbak Sinta, sepintas tak ada yang berbeda namun di penglihatan ku semua yang di bawa ini sudah di penuhi lendir yang bau dan berwarna hijau.

"sebaiknya ku bakar saja, entah benar atau tidak itu urusan belakangan, jangan sampai semua ini ada yang tertinggal di dalam rumah ini.

Segera ku angkat semuanya ke belakang rumah, meletakkannya ke tempat pembuangan sampah. Sepi karena ini masih tengah malam, dengan cepat semuanya ku siram dengan minyak tanah. Entah apa isinya aku pun tak tau, dengan cepat api menyambar semuanya, membakarnya dengan cepat.

"rasakan." batinku. Dan tak butuh waktu lama, akhirnya hanya dalam waktu satu jam semuanya sudah berubah menjadi abu.

Rasa lapar dan mual tadi seketika hilang, segara aku masuk mengunci pintu. Sebentar lagi waktu subuh akan tiba, sebaiknya aku masuk kamar. Setelah membersihkan tangan dan kaki akhirnya aku masuk kembali ke dalam kamar. Bagaimana reaksi mereka pagi nanti, itu urusan belakang yang penting semuanya sudah menjadi abu.

Tanpa terasa pagi sudah menjelang, aku yang masih berada di kamar mendengar suara sayup-sayup seperti seseorang yang tengah ribut. Segera aku beranjak berjalan keluar dari kamar. Dan benar dugaan ku mbak Sinta dan mas Rama tengah sibuk membongkar sana sini.

"pagi ngapain sih?" ceplosku.

Mereka berdua seketika berhenti lantas menatap ku, "ini loh cari oleh-oleh yang di berikan ibunya mbak Sinta semalam." jawab mas Rama.

" O"

" kamu tau di mana Ras," ucap mbak Sinta.

Ku kerutkan kening ini, pura-pura tidak tau. Tak ada jawaban yang ku berikan, hanya diam saja.

"kamu tau enggak?" tambah mas Rama.

"udah ku bakar mas." jawabku singkat padat jelas.

Baik mbak Sinta maupun mas Rama kompak membolakan matanya, bahkan pengantin baru itu sampai menutup mulutnya.

"kenapa kamu bakar Laras!" ucap mbak Sinta histeris.

" iya, padahal di sana ada pakaian Sinta dan yang lainnya." ucap mas Rama sembari menatap ku heran.

Ku buang nafas ini dengan berat, lalu melihat mereka secara bersamaan.

"malam tadi aku terbangun, perutku lapar karena ingat kita di bawain oleh-oleh ya udah rencananya aku makan itu. Tapi yang anehnya, semua oleh-oleh yang di bawa dari rumah mbak Sinta berbau bangkai, terus yang bikin aku terkejut semua oleh-oleh itu tertutup lendir berwarna hijau."

Mbak Sinta yang mendengar seketika wajahnya pucat pasi, aku yakin jantung nya pasti dag-dig-dug saat ini.

"ngawur kamu!"

"loh aku gak ngawur mas, awalnya ku kira lendir cicak atau kecoa gitu, tapi baunya itu loh mas bau bangkai kayak busuk gitu. Ya pikirku udah Nasih ya kan jadi dari pada di lalerin lebih baik ku bakar aja."

" di bakar? " kejut mbak Sinta.

" iya mbak, itu di belakang tempat sampah."

Tanpa menjawab mbak Sinta bergegas berlari menuju tempat sampah di ikuti sang suami sementara aku cukup berjalan saja.

"mas baju ku!" ucapnya histeris.

"nanti kita beli lagi ya sayang,"

"tapi mas, ini ada baju dari ibu. Sinta takut kalau ibu marah." ucapnya takut.

" ya ibu jangan sampai tau dong, lagian kamu sekarang kan sudah jadi tanggung jawab ku, pokoknya nanti kita beli baju yang kamu suka ya." bujuk mas Rama.

Tapi sepertinya mbak Sinta tak menggubris, dia terus mengorek-ngorek abu bekas bakaran malam tadi, tapi percuma saja dia tidak akan menemukan apapun di sana.

"mbak tenang aja, mas Rama itu duitnya banyak. pasti nanti mbak di beliin baju yang banyak. Iya kan mas." ucapku.

Mas Rama mengangguk, tapi mbak Sinta masih terus mengorek-ngorek abu itu dengan kayu mungkin dia berharap ada sesuatu yang tertinggal di sana.

"kalian ngapain?" ucap seseorang yang langsung membuat kami semuanya menoleh. Ternyata ibu, sepertinya dia baru saja dari warung.

"ibu dari mana?" tanyaku.

"ini beli telor untuk sarapan, kalian ngapain di tempat sampah seperti itu?"

" ini loh buk, mbak Sinta nyari oleh-oleh dari ibunya tapi udah Laras bakar. Soalnya malam tadi pas Laras lapar mau makan, Laras lihat semua oleh-oleh itu di tutupi lendir hijau buk, dari pada berlalat paginya, ya udah Laras bakar aja semuanya. Jam dia malam."

Ibu sampai terdiam, kemudian melihat sepasang pengantin baru tersebut.

"sudahlah tidak usah di cari lagi, nanti Rama akan menemanimu mencari baju di pasar."

" iya sayang, ayo kita masuk."

Mau tidak mau mbak Sinta bangkit juga, kemudian berjalan melewati ku tanpa melihat sedikitpun. Kemudian mereka berdua masuk ke dalam rumah. Lalu ibu mendekat padaku.

"benar yang kau katakan itu Laras?" bisik ibu sembari melihat ke arah pintu dapur takut-takut mbak Sinta masih ada di sana.

"iya buk, makhluk itu malam tadi menjilati semua oleh-oleh dari keluarga mbak Sinta. Bahkan dia sempat bicara padaku."

" bicara apa?" ucap ibu seraya membulatkan matanya.

"katanya lambat laun semua penghuni rumah ini akan menjadi pengikutnya buk, sebaiknya apapun yang di berikan oleh keluarga mbak Sinta jangan sampai kita makan. Laras gak bisa menjamin kita semua bakal aman buk, tapi setidaknya untuk saat ini kita masih bisa menghindar. Laras akan cari tau bagaimana cara membunuh makhluk itu buk."

Ibu ku sejenak menatapku, kemudian membelai rambutku yang tak terlalu panjang.

"ibu percaya padamu nak, percayalah ibu akan selalu mendoakan mu. Lakukan yang menurutmu benar nak, karena ibu juga takut Rama akan menjadi pengikut mereka."

" iya buk, Laras akan berjuang sampai darah penghabisan."

Ibu lantas menggenggam tanganku, menguatkan ku dalam setiap langkah.

1
Rika Lia
terimakasih 😍
Its just a lunch
seru..seru kaka...,tetap semangat lanjutkan kisah nya ya,jangan kau gantung cintaku😍👍💪
Rika Lia
terimakasih 😍💪
Its just a lunch
ceroboh ya si laras...,malah pro siluman nya aku jadinya🤣
Its just a lunch
seru kak,msh banyak typo nya,tetap semangat ya..💪👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!