Yang Kamu Curi Takkan Jadi Milikmu

Di tempat berbeda, selain pernikahannya memang tidak seperti yang Raisa harapkan. Malam pengantin keduanya juga tidak seperti yang wanita itu inginkan.

Rayyan adalah seorang pria yang memang sangat mencintai Camelia. Alih-alih dia ingin mendapatkan malam pengantin dengan Camelia. Dia justru ingin menyembuhkan dulu trauma istrinya itu. Membuat istrinya tenang, dan kembali bicara dulu. Dia memang punya cinta yang tulus. Bahkan selama berpacaran dan bertunangan dengan Camelia. Tak sekalipun Rayyan mencium lebih dari pipi dan kening gadis itu.

Rayyan sangat menghormati Camelia. Apalagi, sekarang gadis itu sudah jadi miliknya. Tak ada lagi yang harus dikhawatirkan Rayyan.

Padahal, Raisa sudah menyiapkan kantong darah. Yang akan dia gunakan untuk membodohii Rayyan. Bahwa itu adalah pertama kali baginya. Sayangnya semua berjalan sama sekali tidak seperti yang diinginkan dan direncanakan oleh Raisa.

Setelah keduanya berganti piyama, di kamar Rayyan di kediaman Danuwirya. Rayyan memang menuntun Camelia palsu aka Raisa itu ke tempat tidur mereka. Membaringkannya dan tersenyum pada Raisa.

Sayangnya, yang dilakukan selanjutnya oleh Rayyan adalah menyelimuti Camelia palsu itu sampai ke leher.

Rayyan pikir, karena istrinya itu menjalani bedah plastik dari kejadian kebakaran itu muka kulitnya sedikit sensitif dan tidak boleh di beri tekanan atau sentuhan berlebihan. Makanya di selimuti sampai leher.

"Sayang, tidurlah! kamu pasti sangat lelah hari ini! kamu sudah menjadi istriku, kita masih punya waktu yang sangat panjang. Tidurlah. Aku akan menjagamu!" kata Rayyan.

Pria itu mengusap lembut kepala Camelia palsu itu. Sambil terus tersenyum, menunjukkan ketulusannya pada Camelia palsu itu.

Sedangkan Raisa, dia juga tidak mungkin menarik tangan Rayyan dan mengatakan dia menginginkan malam pertama kan? karena hal seperti itu tidak akan pernah dilakukan oleh Camelia. Dia juga adalah gadis yang sangat menjaga dirinya.

Alhasil, Raisa ngedumel sendiri di dalam hati.

'Ini malam pertama apasih? menyebalkan sekali! dia bahkan tidak mencium ku. Kenapa jadi begini sih?' gerutu Raisa kesal.

**

Satu bulan berlalu...

Sedangkan di pinggiran kota. Camelia menatap ke arah jendela. Ingatan-ingatan tentang bagaimana dia kehilangan kedua orang tuanya, melihat bibi Uni terbakar ledakan, melihat bagaimana Raisa pergi tanpa menoleh setelah menyulut api yang kian membesar. Ingatan akan tawa wanita itu, keluhannya. Yang sangat tidak pantas itu, membuat Camelia mengepalkan tangannya.

'Aku tidak akan pernah memaafkanmu Raisa. Meski kamu bersujud di bawah kakiku. Aku tidak akan memaafkanmu. Caramu berakhir, harus sama seperti kedua orang tuaku!' geram Camelia dalam hatinya.

Camelia, seseorang yang tadinya sangat lembut. Sabat manis dan sangat pengertian. Orang yang tidak pernah menyimpan dendam dan hal buruk di dalam hatinya. Dalam semalam di buat penuh dendam oleh seseorang yang dia selalu panggil 'kakak'.

Sabat miris, apa yang dia lakukan untuk membuat Raisa selamat, tidak di berikan pada panti asuhan. Malah memberinya sebuah keluarga. Yang lengkap, utuh dan tak kekurangan, dibalas pengkhianatan yang begitu besar dan sangat menyakitkan. Bahkan anjingg saja tahu balas budi, bahkan anjingg saja tidak akan menggigitt manusia yang memberinya makan.

Ini sudah di beri makan, sudah di beri pakaian yang bagus, tempat tinggal yang nyaman. Jauh di atas kata layak, di sekolahkan sampai punya gelar terhormat. Malah tak kenal ampun, meracuni Keanu dan Vania, membakar mereka dengan begitu kejamnya.

Rasa dendam benar-benar telah membakar hati Camelia.

Ceklek

Camelia menelan salivanya dengan cepat. Dia menyeka air matanya yang jatuh dengan sendirinya itu.

"Besok, adalah hari dimana semua perban kamu ini akan dibuka. Kamu mau mulai dendam kamu ini darimana?" tanya Tobias yang duduk di samping Camelia dan membantu gadis itu menyeka air matanya.

Camelia menundukkan kepalanya. Dia tidak tahu harus mulai darimana.

"Apa kamu bisa bantu aku kak?" tanya Camelia.

"Tuan Thomas bilang padaku, jika kamu mau. Kamu bisa mulai langsung dari Rayyan. Bukannya pria itu yang membuat Raisa melakukan semua ini? jika kamu memang siap, bertemu dengan pria itu menggunakan identitas Eren. Maka tuan Thomas sendiri yang akan mengatur pertemuan kalian. Sebuah kerja sama bisnis, akan tuan Thomas tawarkan pada perusahaan Rayyan. Saat itu, kamu akan bertemu dengan Rayyan. Bagaimana menurutmu?" tanya Tobias.

Camelia memang tidak punya pengalaman menggoda pria. Dia sebenarnya tidak tahu bagaimana caranya. Tapi, di harus melakukannya. Rayyan adalah dunia Raisa. Membuat Rayyan berpaling dari Raisa yang menjadi Camelia palsu itu, pasti akan sangat menarik bukan?

"Bisa tolong berikan aku beberapa film wanita seperti itu, yang merayu pria?" tanya Camelia.

Tobias sedikit terkekeh.

"Hal ini terdengar aneh untukmu ya? paman Keanu pernah mengatakan padaku. Dia bahkan sangat khawatir tentang kamu. Kamu adalah gadis yang sangat polos. Kamu berjalan lurus saja, selaku taat pada aturan. Paman Keanu bilang dia sangat bangga padamu yang seperti itu. Dia bangga pada putrinya yang baik hati, sederhana dan polos. Tapi dia juga khawatir, kamu terlalu polos, sampai dia takut kamu di manfaatkan orang. Terutama seorang pria. Paman juga merasa, dia menjadi orang yang paling beruntung, karena memiliki putri yang selalu memilikimu nasib baik sepertimu. Bahkan dengan sendirinya pria sebaik Rayyan datang padamu. Paman Keanu...."

"Hiks... hiks...."

Tobias menjeda ceritanya. Tobias tadinnya hanya ingin memberitahu Camelia. Kalau ayahnya memang pernah menceritakan semua itu padanya. Tapi Tobias lupa untuk sesaat, jika cara Keanu pergi benar-benar sangat menyakitkan bagi Camelia.

Melihat Camelia menangis. Tobias segera memeluk gadis yang sudah dia anggap adiknya sendiri itu.

Grepp

"Maafkan aku Camelia, aku tidak bermaksud membuatmu sedih" sesak Tobias.

"Hiks... hiks..." Camelia masih menangis.

Mendengar kata-kata Tobias, dia kembali ingat pada ayahnya. Ayah yang selalu menjaga dan melindunginya. Ayah yang selalu bisa membuatnya tersenyum. Tapi karenanya, ayahnya sekarang tiada. Bahkan dengan cara yang begitu mengerikan.

Thomas Walisson, melihat semua itu dari celah pintu.

'Jika saja, kamu tidak mengatakan ingin membalasnya sendiri nak. Ayahmu ini akan membalaskannya untukmu!' batin Thomas Walisson.

***

Bersambung...