NovelToon NovelToon
My Boss Duda Anak Dua

My Boss Duda Anak Dua

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Ibu Pengganti / Cerai / Ibu Tiri
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: Demar

Nesa Callista Gambaran seorang perawat cantik, pintar dan realistis yang masuk kedalam kehidupan keluarga Wijaksono secara tidak sengaja setelah resign dari rumah sakit tempatnya bekerja selama tiga tahun terakhir. Bukan main, Nesa harus dihadapkan pada anak asuhnya Aron yang krisis kepercayaan terhadap orang lain serta kesulitan dalam mengontrol emosional akibat trauma masa lalu. Tak hanya mengalami kesulitan mengasuh anak, Nesa juga dihadapkan dengan papanya anak-anak yang sejak awal selalu bertentangan dengannya. Kompensasi yang sesuai dan gemasnya anak-anak membuat lelah Nesa terbayar, rugi kalau harus resign lagi dengan pendapatan hampir empat kali lipat dari gaji sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Demar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tentang Arthur

Arthur meletakkan ponselnya tanpa berniat memberikan balasan. Belakangan ini suasana hatinya agak sedikit aneh, terutama sejak kedatangan pengasuh baru anak-anaknya. Pagi ini Arthur sampai membatalkan meeting penting hanya untuk menemani mereka padahal biasanya dirinya selalu memerintahkan orang lain, segampang itu.

Arthur tidak akan pernah lupa bagaimana Malam itu Nesa mengatainya tanpa rasa takut. Sejujurnya Arthur pun bingung dengan reaksi tubuhnya, mengapa sesulit itu membalas pelukan anaknya sendiri. Kalau direnungi semua ucapan gadis itu memang benar, hanya saja harga diri Arthur tidak terima. Seumur hidup Athur tidak pernah main fisik terhadap wanita tapi kemarin malam dia kelepasan. Emosinya mudah terpancing jika berhadapan dengan Nesa.

Semalaman Athur tidak bisa tidur, semakin Arthur mencoba mendekat semakin dia mengingat kejadian dimana wanita yang paling dia cintai meninggalkannya tanpa empati. Bahkan saat itu Arav masih bayi merah, namun dia tega meninggalkannya begitu saja. Arthur membuka laci nakas disebelah ranjang, foto mereka berdua masih tersimpan dengan rapi. Laura wanita yang sangat cantik dimata Arthur, cinta pertamanya dan ibu dari anak-anaknya. Mereka menikah karna saling mencintai, Arthur pikir Laura juga akan mencintainya dan anak-anak sampai akhir. Arthur pikir selama ini Laura bahagia bersamanya, apalagi setelah mengandung anak kedua mereka. Wanita itu juga tidak pernah mengeluh apapun selama pernikahan. Tapi ternyata dia salah istrinya tidak bahagia, wanita itu mengatakan sudah tidak tahan dengannya yang terlalu sibuk, gila kerja dan tidak peduli pada keluarganya. Arthur hancur, semua pencapaian dan kesuksesan yang dikira membuat Laura akan semakin bahagia ternyata tidak ada artinya. Arthur bodoh tidak menyadarinya, Laura meninggalkannya karna kebodohannya.

Athur membuka tumpukan kertas yang Nesa berikan padanya. Walau tidak sempurna, gambar bertuliskan Daddy, Arav, dan Aron membuat Arthur berkaca-kaca. Arthur mengusap gambar itu “Daddy is transformers.” Arthur tau Aron suka transformers namun dia tidak menyangka anak itu menganggapnya sebagai transformers kesukaannya. Disetiap lembar pada bagian gambar Arthur selalu dihias dengan transformers.

Tes… tes… tetes air mata membasahi kertas putih.

Arthur mengecup punggung tangan bekas salim anak-anaknya tadi. Arthur memang brengsek, sejak mereka lahir Arthur tidak pernah ikut membantu mengurus mereka. Arthur memang pantas untuk dibenci termasuk dibenci oleh Laura. Setelah ditinggalkan Arthur bukan sadar malah semakin meninggalkan anak-anaknya. Arthur nelangsa merasa sudah kehilangan dunianya sehingga dia mencari dunia yang lain dengan bekerja semakin keras. Arthur lupa dunianya masih disini, di kedua putranya yang dia abaikan selama ini.

Benar kata gadis itu, anak-anaknya tidak pernah meminta untuk dilahirkan, tidak juga meminta untuk memiliki ayah sepertinya.

“Kak, boleh Sus Nesa minta tolong panggil Daddy untuk makan?”

“Okey.” Anak itu berlari menuju kamar Daddynya.

“Kata Daddy tidak mau makan Sus.”

“Baiklah, sekarang Kakak duduk yang baik kita sarapan dulu.”

Aron langsung menurut, anak ini benar-benar berubah sekarang. Arav menolak setelah diberikan dua sendok makan, bubur yang sudah sempat masuk ke mulut dilepeh keluar. Nesa mencicip sedikit, rasanya memang agak sedikit berbeda dari bubur home made buatannya. Mungkin Arav belum terbiasa. Tak mau Arav kelaparan, Nesa membuatkan susu sebagai tambahan. Semoga bayi itu tidak rewel nanti.

“Kok tidak dihabiskan Kak?”

“Tidak mau lagi, ini tidak enak. Aku mau sop saja.” Aron menggeser makanannya menjauh. Nesa mengecek sisa makanan Aron, masih sisa banyak.

“Habiskan dua sendok lagi maka Sus Nesa akan membuat sop yang lezat untukmu.” Dengan berat hati Aron memakan lagi miliknya.

Satu box makanan yang tadinya untuk Arthur Nesa simpan di kulkas, nanti siang dia akan memakannya.

Hari ini Nesa menggunakan kaos press body garis putih hitam dipadukan dengan kemeja putih oversize dan rok panjang berwarna cream. Nesa memakai sepatu kets putih saja supaya simple. Aron dan Arav menggunakan setelan senada kaos putih dan celana pendek berwarna cream dengan sepatu yang sama. Sedangkan Arthur menggunakan kaca mata hitam dan stelan santai dengan kaos berkerah dan celana pendek. Pria itu tampak lebih muda menggunakan style seperti ini.

Arthur memindai penampilan Nesa dan anak-anaknya. ‘Boleh juga style pengasuh ini, baguslah nggak malu-maluin.’

Tanpa diminta Arthur membuka bagasi mobil dan memasukkan stroller Arav sementara Nesa memasukkan tas berisi keperluan Arav ke jok belakang. Sepanjang perjalanan hanya diisi oleh celotehan Arav dan Aron. Nesa hanya menanggapi sesekali jika diperlukan.

“Sus mau pipis.”

“Pak bisa berhenti sebentar, anaknya mau pipis.”

“Ini kita sudah mau sampai. Tahan dulu.” Arthur melihat Aron dari spion dengan panik. Kalaupun berhenti disini, sulit untuk mencari toilet. Arthur meningkatkan kecepatan mobil agar mereka segera sampai.

“Kak masih bisa tahan tidak?” Nesa melihat Aron khawatir.

Aron mengangguk sembari memegangi selangkangannya menahan supaya tidak buang air kecil di celana.

Sampai diparkiran Nesa segera mengajak Aron keluar dari mobil dengan tenang.

“Saya titip Arav sebentar Pak, saya harus cepat keburu Aron pipis duluan.” Tanpa menunggu persetujuan Nesa menyerahkan Arav pada Arthur. Pria dua anak itu tampak kaku saat menggendong Arav.

Nesa segera menggendong Aron dan berlari menuju toilet terdekat. Dia tidak membiarkan Aron berjalan sendiri takut malah akan akan kecipirit. “Tahan ya Kak, Sus Nesa jangan dipipisin oke.”

Arav melihat kepergian Nesa dan kakaknya. Saat kedua orang itu menghilang dibalik pintu Arav menangis dengan kencang merasa ditinggalkan.

“Bhuaaaa aaaaa na naaaa hueeee hiks hiks.”

Arthur kebingungan sendiri, “Sssst diem, nanti juga balik lagi.”

Arav melihat kearah Arthur, “Huaaaaaaaaaa huaaaaa…” Bayi itu menangis semakin kencang.

Arthur mendesah kuat semakin kebingungan apa yang harus dilakukan. Arav memberontak dalam gendongannya.

“Hentikan hei, jangan bergerak nanti kau bisa jatuh.”

Arthur berbicara seolah memerintahkan bawahannya, dia lupa anak di gendongannya baru berusia tujuh bulan.

Sementara Nesa dan Arthur sudah selesai dari toilet, Nesa agak cemas memikirkan Arav yang ditinggal hanya berdua dengan Arthur. Benar saja saat mereka sampai di perkiran Arav masih menangis sesenggukan dan Arthur yang tampak tertekan. Butiran keringat mengucur dari keningnya ditambah lagi suhu di parkiran memang lebih panas karna kurangnya sirkulasi udara.

“Kamu lama sekali sih.” Arthur menyerahkan Arav yang memang sudah mencondongkan badan ke arah Nesa. Arthur berdecak kesal melihat anaknya langsung terdiam saat digendong oleh Nesa.

“Bha Baha bhaa nhbh bhaa dha.” Arav seolah mengadu padanya.

“Uuu sayang, diapain sama Daddynya huh?”

“Bhhh nbbhr aasdnn…”

Nesa tertawa, Arav tampak lucu dimatanya. Belum lagi melihat Arthur, Nesa tertawa terbahak-bahak dalam hatinya. ‘Rasain lu ha ha ha.’

“Tolong keluarkan strollernya Pak.” Arthur melotot, gadis ini berani memerintahnya. Tapi anehnya Arthur tidak membantah, pria itu segera mengeluarkan stroller dari bagasi mobil.

Nesa meletakkan Arav di strollernya lalu memasang pengaman dengan kencang.

“Ini Sus…!”

Tiba-tiba Aron sudah didepannya dan memberikan tas perlengkapan milik Arav. Anak ini memang peka, tidak seperti bapaknya yang kanebo itu.

“Wahhh… Kakak baik sekali, padahal Sus Nesa bisa sendiri loh. Kak Aron memang hebat!” Telinga Aron memerah, tampak senang dipuji oleh Nesa.

Ckck Arthur berdecih melihat kelakuan putra pertamanya, anak itu memang pintar mencari perhatian.

1
Putu Suciptawati
aku baru lihat cerita ini dan baca secara maraton, aku suka ceitanya bagus
Demar: Halo Putu, thanks sudah ikutin karyaku ya. Support terus dengan follow, like dan komen supaya aku semakin semangat update.
total 1 replies
Elen Gunarti
double up Thor 👍
Demar: Thank you Elen, jangan lupa follow like dan komen karyaku supaya aku semakin semangat update. Ikutin terus ceritaku ya...
total 1 replies
Hesi Hesi
semangat thor
Demar: Thank you Hesi
Ikutin terus karyaku ya
total 1 replies
Nur Cahyani
Luar biasa
Demar: Halo, episode baru sudah ku upload.
Like dan komen terus ceritaku supaya aku mengupload beberapa episode dalam satu hari ya. Terimakasih
total 1 replies
Elen Gunarti
lanjut thor
Demar: Halo, episode baru sudah ku upload.
Like dan komen terus ceritaku supaya aku mengupload beberapa episode dalam satu hari ya. Terimakasih
total 1 replies
Demar
Tujuh
Demar
Good
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!