Seorang pemuda berasal dari golongan menengah berharap mendapakan jodoh anak orang kaya. Dengan perjuangan yang keras akhirnya menikah juga. Menjadi menantu orang kaya, dia begitu hidup dalam kesusahan. Setelah memiliki anak, dia diusir dan akhirnya merantau. Jadilah seorang pengusaha sukses.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Artisapic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB XI CINTA ITU PUNYA II
Siang itu, setelah sampai rumah, Bakrun langsung duduk di kursi tua yang hampir pudar warnanya, matanya terasa pedas seakan jarang tidur, tubuhnya lesu, pakaian kumal juga wajahnya ibarat kertas koran yang di remas-remas. Dadanya bergetar sehingga keringat dingin keluar membasahi tubuhnya. Hatinya entah kemana, menerawang ke luar pikirannya yang kalut, antara ia atau tidak, bingung, dilema dan penuh perkiraan demi sebuah jawaban.
Ia dikagetkan oleh suara Hadi yang datang dengan ibunya saat pulang jualan.
" Hu....acuk aca....ntang a uh ang at ha lang ce ua," kata Hadi kepada ibu Sukesih.
" Ya sudah nanti Hadi kalau udah selesai , makan dulu baru nanti pulang ya....nanti Ibu siapkan buat makan kamu," kata Ibu Sukesih.
Hadi mengangguk lalu meneruskan pekerjaan yaitu menurunkan barang dagangan ibu Sukesih di dapur. Setelah itu Hadi makan siang yang telah disiapkan Ibu Sukesih. Sementara itu , Bakrun masih duduk di kursi sambil mengipasi dirinya dengan kipas tangan terbuat dari anyaman bambu. Dalam hatinya ia berkecamuk pikiran karena omongan ibu Yati tadi. Ini suatu amanah.
Beberapa saat kemudian, Hadi datang ke ruang depan rumah Bakrun.
" Wa.....bo angan a mun lulu bo, eppi... Eppi bo," kelakar Hadi sambil tepuk bahu Bakrun.
" Hush.....siapa lagi yang melamun Had....Had....biasa aja kok, happy bro...", kata Bakrun menirukan maksud Hadi.
" Gimana jualan Ibu ?" tanya Bakrun.
" Lumangan bo....abis mu ah.....ho wengan abis.....ncu u jak uwah abis...auk auk abis....hapak ha nyak wang," kata Hadi sambil tangannya menghitung jenis makanan.
" Ya sudah kalau habis, itu rejeki kamu yang hebat, nanti Hadi jadi super star sebagai pedagang andalan yang tak ada lawan," sahut Bakrun.
Berbincang dengan Hadi bagi Bakrun sesuatu yang menyenangkan dan menyebalkan, tapi harus bagaimana lagi, itu nasib dia berbibir sumbing. Andaikan Hadi normal mungkin akan menjadi pekerja yang ulet dengan tabiat yang baik dan penuh semangat.
Akhirnya Hadi berpamitan untuk pulang, dan selepas Hadi menghilang dari pandangan, Bakrun kembali memikirkan omongan ibu Yati. Dalam kesendirian di kursi yang sudah pudar warnanya, Bakrun memandang beberapa fhoto waktu kecilnya, hatinya merasa bahagia waktu itu, masih ada Bapaknya, masih lengkap keluarganya, kini dirinya hanya berdua bersama ibunya, sementara saudara kandung yaitu kakaknya sudah berumahtangga dengan orang jauh di tanah sebrang, Kalimantan.
" Kamu mau makan atau nanti Run ?" tanya ibunya.
" Nanti saja Bu, kalau lapar juga nanti makan, dan kalau ibu mau istirahat, silahkan saja," jawab Bakrun.
" Dari tadi kamu murung, ada apa Run, bilang dong sama ibu," sahut ibunya.
" Ibu nanti jangan bilang siapa-siapa ya kecuali saya sudah ngomong sama yang bersangutan," pinta Bakrun.
" Iya Nak," jawab ibunya.
" Gini Bu, tadi saya dipanggil Ibu Yati, beliau bilang bahwa anaknya si Mira itu kalau bisa suruh dicarikan jodoh, terus katanya sih kalau bisa suruh saya ngomong sama Heru," jelas Bakrun.
" Kan tinggal ngomong saja sama Heru nya, apa susahnya," kata ibunya.
" Bagi ibu begitu, tapi bagi saya Bu, nanti bagaimana pendapat dia, ibu kan tahu kalau anaknya ibu Yati itu kayak apa Bu," jelas Bakrun.
" Apa salahnya Run, siapa tahu jodoh dia kan, itu bisa jadi nanti kamu sebagai sahabat lebih dekat, bahkan jadi saudara sepupu kamu Run," balas ibunya.
Kedua orang itu akhirnya bingung juga, tinggal nanti bagaimana dengan sikap Heru, semua tahu bahwa Heru punya sifat temperamen, suka marah dan kasar, mudah marah dan egois, walaupun Heru itu orangnya suka lelucon.
Saat itu, waktu jelang sore, ibu Sukesih baru bangun habis istirahat, beliau mendengar ada suara orang sedang bicara dari ruang depan, begitu sudah duduk dan melangkah, ternyata di ruang depan ada ibu Lia bersama Neli. Sambil menyapa , ibu Sukesih saling bersalaman dan berpelukan.
" Oh...ada ibu Lia , sama Neli juga, apa kabar nih," sapa ibu Sukesih sambil membenahi sanggulnya.
" Alhamdulillah , baik bu, maaf jadi mengganggu nih," seloroh ibu Lia.
" Nggak bu, kan ada Bakrun, saya tadi tuh lelesonan malah jadi ketiduran bu, maaf ya," kata ibu Sukesih sambil mempersilahkan minum.
" Oh iya...maaf ya bu , saya mau ke belakang dulu, mau sholat," sambung ibu Sukesih.
" Oooh, silahkan Bu," jawab ibu Lia.
Setelah Ibu Sukesih melangkah ke kamar belakang, ibu Lia, Neli dan Bakrun kembali membicarakan omongan ibu Yati.
" Sudah lah Run, nanti ibu yang ngomong sama Heru , juga ngomong sama ibu Yati, bila perlu besok kita obrolin di sana ya, nanti ibu ke situ , jam Sepuluh ya," tegas ibu Lia.
Hati Bakrun sedikit lega, namun tetap saja masih belum tenang, soalnya kalau Heru marah sama dia, persahabatannya akan luntur. Itu sudah dipahami oleh Bakrun, jadi harus bagaimana lagi pikir Bakrun. Dalam lamunan itu , Bakrun dikagetkan oleh Neli yang memanggil dirinya.
" Kang....kakang....kang.....kakang.
....kang", panggil Neli.
" Oh.....maaf Nel, maaf banget, saya bingung Nel," keluh Bakrun.
" Sudah Run, jangan risau, pokoknya besok, kita ketemu di sana ya, sekarang ibu sama Neli mau pulang dulu, udah sore ya," kata ibu Lia sambil berpamitan.
Kebetulan Ibu Sukesih selesai sholat, ibu Lia sama Neli akhirnya berpamitan juga sama ibunya Bakrun. Kemudian mereka berdua berjalan keluar rumah Bakrun lalu berboncengan untuk pulang.
Sementara itu, Bakrun segera menuju ke belakang, ia mandi lalu berganti baju , selanjutnya seperti biasa, Bakrun menuju musholla, untuk sholat berjamaah dan katanya nanti ada ceramah dari pak Ustadz.
Sekitar pukul 21.40 WIB, malam itu suasana musholla begitu padat jamaah, mereka mendengarkan ceramah pak Ustadz dengan membahas topik Usaha Halal dan Haram. Banyak warga yang menghadiri acara tersebut, bahkan Bapaknya Neli yaitu pak Dulhamid juga hadir. Selama ceramah berlangsung, pak Dul, begitu orang memanggilnya, selalu melihat penampilan Bakrun, membuat hati Bakrun begitu menyebalkan, Namun tentu saja semua itu ia sembunyikan dengan tujuan supaya tidak dikotori oleh hal-hal yang kurang baik.
Setelah selesai acara, Bakrun dan juga sahabat baiknya ikut membantu panitia dalam proses beres-beres bekas ceramah. Dan dibantu oleh beberapa warga yang peduli di musholla itu. Setelah kurang lebih 1 jam lebih sedikit, rampung sudah pembenahan musholla tersebut. Hal ini menjadi sebuah bukti kerja sama yang kompak dari panitia.
Di antara para pemuda yang ikut membantu ternyata ada Harjo juga, pemuda yang sengaja datang dari kota dan asli penduduk daerah itu. Bahkan konon Harjo ini yang mendanai acara tersebut. Tapi sayangnya, Harjo merupakan pemuda yang suka pamer kekayaan orang tuanya. Bahkan ia dikenal sebagai pemuda yang sok jual tampang sombong dan arogan. Katanya lagi menjadi pilihan pak Dul sebagai calon menantunya.