dendam adalah hidupnya. Melindungi adalah tugasnya. Tapi saat hati mulai jatuh pada wanita yang seharusnya hanya ia jaga, Alejandro terjebak antara cinta... dan balas dendam yang belum usai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rii Rya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
eps 11. HATI YANG BERGETAR KEMBALI
~~jangan lupa tinggalkan komentar dan dukungannya
Setelah kejadian yang menghebohkan seisi istana presiden itu, adalrich telah tiba di tanah air setelah melakukan perjalanan politik ke eropa dan UE.
Akan tetapi berita itu tidak terendus oleh media massa karena adalrich melarang berita tersebut tersebar luas di publik. Tentu saja demi menjaga kerahasiaan dan menghindar dari isu yang bisa saja membuat nya jadi pusat perhatian masyarakat dan para petinggi lainnya.
Semua rekaman cctv diarea istana kepresidenan telah lebih dulu disabotase oleh Sean yang memerintahkan anggota organisasi nya yang handal menangani peretasan tanpa bisa dilacak oleh jaringan manapun, sehingga adalrich kesulitan untuk mencari tahu siapa dalang dari kejadian ini.
Jemari tangan pria berkacamata itu gegas membalik lukisan singa emas, ada panel rahasia dan menekan tombol bagian kiri bawah nya sehingga membuat sebuah laci tersembunyi terbuka.
Detik itu juga, adalrich oleng dan terjatuh. Kedua netranya tidak menemukan apa yang dia ingin periksa.
Pria berkacamata itu memegangi bagian dadanya yang terasa berdenyut nyeri. Ia merangkak menuju ke arah meja dan mengambil sebotol obat herbal lalu menelan butiran pil itu dengan cepat.
Napas nya masih tersengal-sengal, matanya memerah menahan marah dan rasa cemas yang berlebihan.
Dia merogoh saku jas nya dan menghubungi Arthur dengan tangan yang masih Tremor.
Di sebuah villa, tempat elena disembunyikan oleh alejandro atas arahan Sean, terdengar suara pecahan kaca dari arah dapur.
"Kau tidak apa-apa? Kau terluka?" Alejandro berlari mendekati elena yang tengah berjongkok karena gelas yang dia pegang tak sengaja terlepas dan pecah sehingga pecahan kaca itu mengenai punggung kaki nya.
"A...aku tidak apa-apa, ini hanya luka kecil," Elena canggung karena pria tampan berwajah dingin bak seorang vampir yang tidak pernah menua itu menyentuh kakinya.
"Luka kecil apanya, dasar ceroboh," ucap nya sesaat sebelum dia benar-benar mengangkat tubuh mungil gadis itu kedalam gendongan nya.
Elena mendelik kearah pria itu yang tiba-tiba menggendongnya tanpa permisi.
Alejandro menurunkan elena di sofa dengan hati-hati seakan akan gadis itu barang yang mudah pecah.
Dengan langkah lebar, pria itu mengambil kotak P3K dan kembali mendekati elena yang sedari tadi tak melepas pandangannya dari gerak-gerik pria tinggi 190cm itu.
Alejandro sedikit berlutut dan mulai menyeka luka yang padahal hanya beberapa goresan saja.
"Kenapa kau membalutnya dengan perban, pakai plester saja kan bisa?" Protes elena yang merasa bahwa alejandro agak berlebihan.
"Jangan protes atau kau mau kaki mu infeksi?" jawabnya dingin namun elena masih bisa melihat adanya kecemasan di netra cokelat pria itu.
"Al...." Panggil gadis itu saat alejandro sibuk membereskan obat-obatan kedalam kotak P3K.
"Al..." Ulangnya lagi.
"Ada apa?"
"Soal bukti-bukti yang kau berikan padaku malam itu, darimana kau bisa mendapatkan semuanya?" Pertanyaan elena membuat alejandro menghela napasnya berat.
"Kau tidak perlu tahu, elena."
"Tapi aku harus tahu, Al!"
"Siapa sebenarnya dirimu, Al? Apa kau sengaja masuk kedalam lingkungan ini untuk balas dendam?" Pada ayahku?" Tambahnya lagi dengan suara tercekat.
Entah sihir apa yang sebenarnya dimiliki oleh gadis malang itu, alejandro menggerakkan tangan nya menyentuh pipi kemerahan milik elena dan mengusapnya dengan lembut.
"Awalnya aku memang ingin balas dendam."
"Tapi bukan pada ayahmu, elena. Melainkan kepada Arthur. Dia yang telah membunuh Kirana, kekasih ku..." Alejandro menahan ucapan nya sebelum melanjutkan kembali.
"Kirana sahabat mu yang sangat kau rindukan itu sudah tiada, elena," Kedua netra cokelat alejandro mulai mengembun, padahal dia sama sekali tidak ingin terlihat lemah dihadapan wanita manapun kecuali didepan Kirana.
Elena syok. Gadis itu menutup mulut nya tak percaya dengan apa yang telah didengar oleh telinga nya sendiri. Gadis itu hampir terhuyung kebelakang, alejandro sigap menahan tubuhnya dan langsung membawa gadis itu kedalam pelukannya.
Elena menangis tersedu-sedu dalam pelukan alejandro. Kemeja pria itu basah oleh air mata. Suara isakan tangis yang semakin terdengar menyayat hati, alejandro ikut menangis dalam pelukan hangat itu untuk yang pertama kalinya dia merasa bahwa elena adalah seorang yang membuat nya merasa damai.
Keesokan harinya
Alejandro menemukan elena yang duduk berdiam diri di tepi kolam renang sambil menjatuhkan kedua kakinya kedalam air.
Tidak ada suara percikan air, gadis itu hanya menatap diam lurus kedepan.
Lamunannya mulai terusik saat dia merasakan sebuah jas menyelimuti pundaknya. Gadis itu menoleh dan menemukan alejandro yang tersenyum tipis padanya.
"Kau suka bermain air ya?" Alejandro berdehem singkat menetralisir rasa gugupnya. Dia merasa aneh pada dirinya sendiri karena bertanya dengan pertanyaan konyol semacam itu.
"Boleh aku bergabung? Tanpa jawaban dari elena yang masih melihat aneh kearah nya, pria itu langsung duduk dan mencoba memasukkan kakinya kedalam air namun tiba-tiba dia malah tergelincir dan akhirnya jatuh masuk kedalam kolam renang.
Tawa elena seketika pecah melihat adegan konyol barusan. Ini adalah pertama kalinya elena tertawa sebahagia itu dan itu adalah pertama kalinya hati alejandro kembali bergetar saat melihat wajah cantik itu terlihat lebih cantik saat bahagia.
Alejandro tak ingin basah sendirian, pria itu langsung menarik pinggang elena dan membawanya masuk kedalam kolam renang yang tingginya mencapai pinggang.
"ALEJANDRO!"
"Jangan memanggilku seperti itu, usiaku jauh lebih tua darimu, elena," Alejandro sengaja mencipratkan air ke arah elena hingga keduanya larut dalam canda tawa. Dua insan itu tak sadar bahwa mereka semakin dekat karena benang Takdir yang mempertemukan semesta berada di sekitar mereka.
sementara itu adalrich mulai mengamuk karena tidak menemukan keberadaan elena dan alejandro.
"Kemana perginya mereka?!" Bentaknya kasar pada para penjaga dirumah itu.
Mereka semua hanya menunduk takut bersuara.
"Hahaha... akhirnya kau sadar, siapa orang yang kau rekrut, a..yah." Arthur datang sambil bertepuk tangan menertawakan ayah tirinya itu.
"Apa maksud mu?!"
"Alejandro adalah penghianat, dia pasti sengaja membawa lari elena, putri mu. Ku rasa dia sudah jatuh cinta pada elena. Gadis secantik dan sepolos dia siapapun pasti akan jatuh cinta, aku saja sangat menginginkan adik tiriku yang cantik itu," ucap Arthur yang langsung mendapat tatapan tajam dari tuan wigantara.
"Tutup mulut sialan mu itu!" Sergah tuan wigantara menahan amarahnya.
"dan... ya,kau pasti akan terkejut misalkan sebentar lagi publik akan heboh saat wajah elena muncul sebagai 'putri seorang presiden yang dengan sengaja disembunyikan', Cibir Arthur tersenyum menyeringai melihat bagaimana piasnya wajah tuan wigantara.
"Maka tamatlah riwayat mu, ayahku tersayang," Arthur sengaja mendekat dan berbisik di telinga ayah tirinya itu.
"Dan kalau sampai itu terjadi, selain semua fasilitas yang kau dapatkan dari ibuku, dan soal rahasia bawah tanah kita...aku tidak akan membiarkan siapapun masuk dan menguasai nya, kecuali kau mau menuruti keinginan ku yang satu ini." Arthur menarik dirinya menjauh dua langkah.
"Apa maksud mu?"
"Ikuti rencana ku, maka posisi mu akan aman dan ibu tidak akan tahu soal ini, bagaimana?"