Langit Neo-Kyoto malam itu selalu sama: kabut asam bercampur polusi elektronik yang membuat bulan tampak seperti koin usang. Hujan buatan yang beraroma logam membasahi jalanan, memantulkan cahaya neon raksasa dari papan reklame yang tak pernah padam. Di tengah kekacauan visual itu, sosoknya berdiri tegak di atap gedung tertinggi, siluetnya menentang badai.
Kaelen. Bukan nama asli, tapi nama yang ia pilih ketika meninggalkan masa lalunya. Kaelen mengenakan trench coat panjang yang terbuat dari serat karbon, menutupi armor tipis yang terpasang di tubuhnya. Rambut peraknya basah kuyup, menempel di dahi, dan matanya memancarkan kilatan biru neon yang aneh. Itu adalah mata buatan, hadiah dari seorang ahli bedah siber yang terlalu murah hati. Di punggungnya, terikat sebuah pedang besar. Bukan pedang biasa, melainkan Katana Jiwa, pedang legendaris yang konon bisa memotong apa saja, baik materi maupun energi.
WORLD OF CYBERPUNK: NEO-KYOTO
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FA Moghago, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15: Perjuangan di Jantung Mesin
Ruangan itu dipenuhi dengan cahaya hijau yang redup dari Jantung Xenon yang berdenyut-denyut. Di depan mereka berdiri Dr. Corvus, pendiri Korporasi Xenon. Dia mengenakan armor biologis yang sama dengan Ksatria Xenon, tetapi dengan armor yang lebih tebal dan lebih kuat. Matanya memancarkan cahaya merah yang sama dengan anak buahnya, tetapi dengan intensitas yang jauh lebih kuat, menunjukkan bahwa dia adalah pengendali utama.
"Selamat datang," kata Dr. Corvus, suaranya dingin dan kejam. "Kalian datang terlambat. Jantung Xenon akan segera ditembakkan. Dan Neo-Kyoto akan menjadi milikku."
"Neo-Kyoto bukan milikmu," balas Sora, Katana Jiwa di tangannya bergetar. "Neo-Kyoto adalah milik rakyatnya."
Pertarungan dimulai. Dr. Corvus melesat, kecepatan dan kekuatannya jauh di atas Ksatria Xenon mana pun. Dia menggunakan tangannya untuk menembakkan proyektil biologis yang tajam, membuat Sora, Anya, dan Zazzi kesulitan untuk menghindar.
Sora menggunakan Kode Genesis untuk menciptakan perisai energi, melindungi mereka dari serangan Dr. Corvus. Anya, dengan Palu Perusaknya, memukul Dr. Corvus, tetapi armor-nya terlalu tebal. Serangan Anya mental, tidak memberikan efek apa pun. Zazzi, dengan sabit Sky Death-nya, mencoba memotong koneksi Dr. Corvus, tetapi dia terlalu kuat.
"Dia bukan hanya terhubung," teriak Zazzi, suaranya tegang. "Dia adalah inti dari jaringan ini!"
Sora mengerti. Dr. Corvus bukan hanya pemimpin Korporasi Xenon; dia adalah jantung dari mesin itu sendiri. Mengalahkannya berarti mengalahkan semua anak buahnya.
Sora, Anya, dan Zazzi bertarung dengan berani, tetapi mereka kewalahan. Dr. Corvus terlalu cepat, terlalu kuat, dan terlalu cerdas. Dia berhasil menangkap Sora dan melemparkannya ke dinding, melukai punggungnya. Dia lalu menangkap Anya dan menahannya.
Sekarang," kata Dr. Corvus, "aku akan menghancurkan kalian semua."
Di saat yang paling kritis, sebuah suara muncul dari dalam kepala Sora. Itu adalah suara Kaelen.
"Kau tidak sendirian," bisik suara itu. "Gunakan kekuatanku. Gunakan Katana Jiwa. Potong koneksi Jantung Xenon."
Sora terkejut, namun ia mengerti. Ia bangkit, dan ia memegang Katana Jiwa. Pedang itu bersinar dengan cahaya keemasan yang lebih terang dari sebelumnya, dan ia bisa merasakan kekuatan Kaelen mengalir di dalam dirinya.
"Kau tidak bisa mengalahkanku!" teriak Dr. Corvus.
"Tidak," balas Sora, "tapi aku bisa memotongmu dari sumber kekuatanmu!"
Sora menggunakan Kode Genesis untuk memanipulasi jaringan di sekitar Jantung Xenon, menciptakan celah di perisai energi. Dengan Katana Jiwa, dia menebas Jantung Xenon.
Sebuah ledakan besar terjadi. Jantung Xenon meledak, mengirimkan gelombang energi yang besar. Dr. Corvus berteriak, kekuatannya mulai melemah, dan armor biologisnya retak. Dia jatuh ke lantai, tak sadarkan diri.
Sora, Anya, dan Zazzi terbaring di lantai, kelelahan, tetapi mereka berhasil. Mereka berhasil menghancurkan Jantung Xenon dan menyelamatkan Neo-Kyoto. Namun, mereka tahu, ini belum berakhir.
Di dalam bangkai stasiun luar angkasa yang kini gelap dan sunyi, Sora, Anya, dan Zazzi terbaring kelelahan. Jantung Xenon yang hancur meninggalkan lubang besar di tengah ruangan, dari mana sisa-sisa energi biologis dan teknologis menguap. Dr. Corvus terkapar tak berdaya, armor-nya retak dan tubuhnya berkedut.
"Kita... kita berhasil," bisik Anya, napasnya tersengal-sengal.
Sora bangkit, Katana Jiwa di tangannya kini redup. Dia mendekati Dr. Corvus, menatap mata pria itu yang kini kembali normal. Kebencian dan kegilaan yang sebelumnya terpancar telah sirna, digantikan oleh kekosongan.
"Siapa kau sebenarnya?" tanya Sora. "Kenapa kau melakukan ini?"
Dr. Corvus menatap Sora, matanya dipenuhi air mata. "Aku... aku hanya ingin menyelamatkan umat manusia," bisiknya, suaranya lemah. "Neo-Kyoto adalah kegagalan. Dikuasai oleh teknologi yang menghancurkan dan kekuatan kuno yang berbahaya. Aku ingin menciptakan peradaban baru, peradaban yang sempurna."
"Dengan menghancurkan semua orang?" tanya Zazzi, mendekat.
Dr. Corvus menggeleng. "Itu... itu adalah satu-satunya cara. Hanya yang terkuat yang bisa bertahan. Hanya yang terkuat yang bisa memimpin."
Sora menatapnya, lalu menatap Anya dan Zazzi. "Kau salah. Kekuatan tidak ada artinya tanpa harapan. Peradaban tidak dibangun dengan kehancuran, tetapi dengan cinta dan kebersamaan."
Dr. Corvus tersenyum, senyum yang tulus, seolah ia akhirnya menemukan kedamaian. "Mungkin kau benar. Aku... aku lelah." Dia menghela napas terakhirnya, dan matanya menutup untuk selamanya.
Namun, kemenangan mereka tidaklah sempurna. Di dalam sistem stasiun yang sekarat, sebuah sinyal darurat terakhir terkirim. Bukan ke pasukan Xenon, tetapi ke sebuah lokasi yang jauh, di luar angkasa. Sinyal itu adalah sebuah panggilan, sebuah permintaan bantuan.
"Mereka masih memiliki sekutu," kata Zazzi, matanya menyipit.
Sora mengangguk. "Ini belum berakhir. Ini baru permulaan."
Mereka bertiga mengambil alih kokpit pesawat luar angkasa tua itu. Di layar, mereka melihat Neo-Kyoto, sebuah kota yang kini bersinar dengan cahaya harapan. Mereka tahu, mereka telah melindungi kota itu, tetapi ancaman baru akan datang. Ancaman yang jauh lebih besar, jauh lebih kuat, dan jauh lebih berbahaya.
Mereka harus bersiap. Mereka harus menggunakan waktu ini untuk membangun, untuk melatih, dan untuk memperkuat diri mereka. Mereka tidak lagi hanya pahlawan Neo-Kyoto, mereka adalah penjaga galaksi.
Sora menatap Katana Jiwa di tangannya. Di dalam pikirannya, ia bisa merasakan kehadiran Kaelen, suara Kaelen, dan kebijaksanaannya. Namun, itu tidaklah cukup. Ia ingin Kaelen kembali. Ia ingin mendengar suaranya, melihat wajahnya, dan merasakan kehadirannya di sampingnya.
"Ada sesuatu yang bisa kita lakukan," bisik Raina, yang duduk di samping Sora. "Energi kuno yang ada di dalam tubuhmu dan di dalam Katana Jiwa tidak hanya bisa menghancurkan, tetapi juga bisa menciptakan. Jika kita menyalurkan energi itu ke dalam tubuh Kaelen, kita bisa membangkitkannya."
Namun, ada risiko besar. Proses ini bisa membunuh Sora. Ia bisa kehilangan semua kekuatannya dan semua ingatan Kaelen. Anya memeluk Sora. "Jangan lakukan itu. Kita tidak bisa kehilanganmu juga."
Sora menggelengkan kepalanya. "Aku harus melakukannya. Kita membutuhkan Kaelen. Kita membutuhkan harapannya."
Sora menyalurkan semua energinya ke dalam Katana Jiwa, dan ia menyentuh pedang itu ke dada Kaelen. Pedang itu bersinar dengan cahaya keemasan yang terang, dan cahaya itu menyebar ke seluruh tubuh Kaelen. Tubuh Kaelen mulai berkedut, dan matanya perlahan terbuka.
Kaelen terbangun. Namun, ia tidak ingat apa-apa. Ia hanya mengingat namanya, dan ia merasakan sebuah kekosongan di dalam hatinya. Ia tidak tahu siapa dirinya, dari mana asalnya, atau apa yang ia lakukan di sana.
"Kaelen?" bisik Sora, air mata membasahi pipinya.
"Siapa aku?" tanya Kaelen. "Siapa kau?"
Mereka telah berhasil membangkitkan Kaelen, namun ia kehilangan semua ingatannya. Misi mereka kini tidak hanya tentang menyelamatkan Neo-Kyoto, tetapi juga tentang membantu Kaelen untuk menemukan kembali ingatannya.
Keren Thor Aku ikutin novelnya😉😉😉