NovelToon NovelToon
Forget Me Not

Forget Me Not

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Single Mom / Janda / Romansa
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Komalasari

Karena sebidang tanah, Emilia harus berurusan dengan pemilik salah satu peternakan terbesar di Oxfordshire, yaitu Hardin Rogers. Dia rela melakukan apa pun, agar ibu mertuanya dapat mempertahankan tanah tersebut dari incaran Hardin.

Hardin yang merupakan pengusaha cerdas, menawarkan kesepakatan kepada Emilia, setelah mengetahui sisi kelam wanita itu. Hardin mengambil kesempatan agar bisa menguasai keadaan.

Kesepakatan seperti apakah yang Hardin tawarkan? Apakah itu akan membuat Emilia luluh dan mengalah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Komalasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 11 : Emilia-Hardin

“Kata-katamu bagaikan angin surga. Aku tidak yakin akan berjalan semudah itu. Berapa besar kau akan memungut iuran dari setiap lapak pedagang kecil?”

“Astaga, Nyonya. Aku sudah menyediakan lahan untuk usaha. Tempat itu dibangun bukan tanpa modal. Yang benar saja.” Hardin tersenyum kecil menanggapi ucapan Emilia, yang terdengar agak ketus.

“Aku hanya bertanya, Tuan Rogers.”

“Apa kau berminat dengan rencanaku?”

Emilia menoleh sekilas, sebelum kembali menatap ke depan. Dia ingin mengatakan ‘ya’. Namun, ada gengsi yang terlalu besar dalam dirinya. Emilia memilih tak menanggapi pertanyaan tadi.

“Baiklah, Nyonya. Masih ada waktu untuk mempertimbangkan. Bila Nyonya Meredith tidak juga menyetujui untuk melepas tanahnya, maka aku harus menjalankan rencana cadangan.”

Embusan napas pelan dan dalam meluncur dari bibir Hardin. Ditatapnya Emilia dengan sorot penuh makna. Ada sesuatu yang membuatnya tertarik dari sosok ibu satu anak itu. Hardin jadi makin penasaran dengan kejelasan status Emilia.

“Apa yang suamimu lakukan di Yorkshire?” tanya Hardin, setelah terdiam beberapa saat. “Kudengar, kau juga berasal dari sana.”

“Sepertinya, kau sudah mengetahui banyak hal tentang diriku.” Emilia menoleh, membalas tatapan Hardin.

“Tidak juga. Lagi pula, itu hanya berita yang kudengar dari orang lain. Kau sudah tahu, kan? Aku bukan tipikal orang yang memakan mentah-mentah setiap laporan.”

“Kenapa kau begitu penasaran?” Emilia menatap penuh selidik.

“Hanya ingin tahu, Nyonya. Rasa penasaranku sangat tinggi.”

“Terhadap semua wanita?”

“Apakah aku terlihat brengsek?”

Emilia tertawa renyah, atas pertanyaan Hardin yang terdengar konyol.

“Kenapa? Apakah ada yang lucu?” Hardin menatap tak mengerti.

“Bukan lucu, Tuan Rogers. Namun, kau terdengar sangat konyol.”

“Apanya yang konyol? Aku tidak sedang melawak.”

“Ya. Namun, kau menanyakan sesuatu yang tidak penting. Untuk apa mengetahui pendapatku tentang dirimu? Apakah itu penting”

“Tidak.” Hardin menggeleng. “Sebenarnya, aku tak peduli dengan penilaian orang lain. Hidup akan lebih tenang dengan mengabaikan segala ocehan di sekitarmu.”

“Lalu, kenapa kau bertanya padaku?”

“Aku hanya menanggapi ucapanmu, Nyonya.’ Hardin berusaha menegaskan, meski dengan nada bicara teramat santai.

Emilia tidak bicara lagi. Dia lebih memilih memperhatikan Blossom.

“Apakah Nyonya Meredith akan marah, bila mengetahui kau pergi denganku hari ini?” Tiba-tiba, terlontar pertanyaan seperti itu dari bibir Hardin, yang membuat Emilia langsung menoleh kepadanya. “Semoga ibu mertuamu tidak berpikir macam-macam,” ucap Hardin lagi.

Raut wajah Emilia seketika berubah. Ucapan Hardin seakan jadi alarm kencang baginya, yang menyadarkan tentang status sebagai istri Grayson Hyde Olsen. Emilia terdiam. Tatapannya memancarkan keresahan, yang berusaha disembunyikan.

“Apa yang terjadi sebenarnya?” tanya Hardin lagi. Rasa penasaran tergambar jelas, dari sorot mata pengusaha asal London tersebut.

“Tidak ada,” jawab Emilia pelan. “Kenapa kau ingin sekali mengetahui kehidupan pribadi orang lain?”

“Aku hanya penasaran. Ada sebagian orang yang mengatakan bahwa kau adalah janda beranak satu. Namun, kau dan Nyonya Meredith membantah itu dengan tegas. Apa yang melatarbelakangi orang-orang sehingga menyebutmu sudah tidak bersuami? Itu artinya kau ___”

“Urusan kita hanya tentang tanah, Tuan Rogers. Jangan menyerangku dengan persoalan pribadi,” sela Emilia pelan, tetapi penuh penekanan.

“Aku tidak menyerangmu, Emilia.”

“Emilia?” Wanita cantik bermata hijau zamrud itu memicingkan mata, seolah tak percaya karena Hardin menyebutnya demikian.

“Ya. Namamu Emilia, kan?” balas Hardin tenang.

“Apakah kau ingin kupanggil ‘Hardin’?” Emilia menatap aneh.

“Itu memang namaku.”

Emilia menggeleng tak percaya, lalu berdiri dari duduk. “Cukup untuk perbincangan konyol ini. Seharusnya, aku bersikap tegas dengan tidak menerima kebaikanmu.”

Hardin yang keheranan karena Emilia tiba-tiba bersikap aneh dan terkesan berlebihan, ikut berdiri. “Apa masalahmu? Kau tampak sangat tertekan.”

“Jangan sok tahu, Tuan Rogers!” sergah Emilia, meskipun dengan nada bicara cukup pelan. Dia sadar sedang berada di tempat umum sehingga harus pandai menjaga sikap.

“Tenangkan dirimu. Dengan bersikap seperti ini, kau justru makin membuatku yakin akan sesuatu. Kau sangat tertekan, Emilia Patricia Parker,” ucap Hardin pelan dan dalam.

“Tutup mulutmu!” Tatapan Emilia teramat tajam, menyiratkan rasa tak suka yang begitu besar.

Namun, Hardin justru menanggapi dengan senyum kalem. Walaupun dihadapkan pada Emilia yang tengah marah terhadapnya, tetapi sang pemilik Rogers Farm tersebut tak ingin terpancing. Terlebih karena Blossom datang menghampiri mereka.

“Aku sudah selesai, Bu!” seru Blossom riang, seraya menghambur ke pelukan Emilia.

“Ini belum dua jam, Bee,” ucap Emilia, dengan raut wajah yang langsung berubah ketika berbicara kepada sang putri.

“Miss Anderson ada keperluan mendadak.” Setelah berbicara dengan sang ibunda, Blossom mengalihkan perhatian kepada Hardin. “Apa kau tidak bosan menungguku, Paman?” tanyanya polos.

Hardin tersenyum kalem, diiringi gelengan pelan. “Aku berbicara banyak dengan ibumu. Jadi, tidak terasa bosan,” jawab pria itu lembut, tanpa melepas wibawa serta karisma dalam dirinya.

“Ibuku juga pasti senang berbicara denganmu, Paman,” ujar Blossom ceria.

“Semoga,” balas Hardin, seraya mengulurkan tangan kepada Blossom, mengajak gadis kecil itu pergi dari sana. “Kau sudah selesai, kan?”

Blossom mengangguk kencang.

“Baiklah. Mari. Kutraktir makan es krim,” ajak Hardin. Tak dipedulikannya tatapan protes yang dilayangkan Emilia. Hardin justru menuntun Blossom pergi lebih dulu, membiarkan Emilia dengan kekesalannya.

Berhubung tak ada pilihan, Emilia bergegas mengikuti. “Tunggu, Bee!”

Blossom menghentikan langkah, lalu menoleh.

“Kita harus segera pulang. Granny sendirian di rumah.” Emilia berusaha membujuk sang putri, agar tidak menerima ajakan Hardin yang memberikan iming-iming es krim.

“Granny sudah besar, Bu,” ujar Blossom.

“Ya, tapi dia sedang tidak enak badan,” bantah Emilia.

“Granny selalu tidak enak badan. Padahal, dia sering minum obat.”

“Karena itulah, kita harus segera pulang,” bujuk Emilia, berharap agar Blossom menuruti ucapannya.

Namun, harapan Emilia tidak berjalan mulus. Seperti biasa, Blossom selalu membantah ucapannya.

“Paman akan membelikanku es krim,” ucap Blossom, seraya menoleh kepada Hardin.

“Kau benar. Kita masih memiliki banyak waktu. Hari ini cuaca sangat cerah.” Hardin tersenyum kalem menanggapi ucapan Blossom.

“Baiklah. Ayo, Paman,” ajak Blossom penuh semangat.

“Jangan rusak kebahagiaan Blossom hari ini,” ucap Hardin pelan, sebelum mengikuti Blossom yang sudah tak sabar ingin segera membeli es krim.

Kekesalan Emilia kian menjadi. Di satu sisi, dia tak suka dengan situasi seperti itu. Entah mengapa, Blossom bisa langsung akrab dengan Hardin. Padahal, mereka baru bertemu beberapa hari yang lalu. Di sisi lain, Emilia bahagia melihat keceriaan yang tampak di wajah sang putri.

“Kau suka, Bee?” tanya Hardin, ketika sudah berada di kedai es krim.

“Aku suka, Paman. Ibu jarang membelikanku es krim,” sahut Blossom antusias.

“Bagaimana dengan ayahmu?”

“Aku tidak punya ayah.”

1
Rahmawati
emilia bingung harus bersikap bagaimana, pasti merasa asing dengan suaminya sendiri
Rahmawati
nanti dulu tanya daleman emilia, itu suamimu pulang disambut dulu
Rahmawati
gmn dengan hubungan hardin dan emilia kl Grayson kembali
Rahmawati
ih emang lebih penting saudara angkat ya daripada istri dan ibu kandung sendiri, dasar pecundang
Rahmawati
apa lagi ini, Grayson malah gk tahu kl dia punya anak
rurry Irianty
sengaja menghilangkan diri krn selingkuh kah
Rahmawati
hardin memang perayu ulung
kalea rizuky
suaminya selingkuh kayaknya
Rahmawati
lah terus suami emilia kmn dong, apa selingkuh ya
kalea rizuky
ngakak/Curse//Curse/ ibunya klo mandi menggeliat kah
Rahmawati
hardin jd ke inget terus sm. emilia, sampek sempaknya di ciumin😂
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: 🙈 jadi error
total 1 replies
Najwa Aini
kok..kok...kok...
Aku mikirnya jauh ya
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Sepemikiran, Kak😂
total 1 replies
Rahmawati
emilia haus belaian, dirayu dikit sm hardin udah luluh aja
Najwa Aini
Ya ampun..jadi ibumu cacingan saat mandi gitu ya, Bee..
upss..kok cacingan sih..
Najwa Aini
Hati² Rogers..Rasa penasaranmu yg terlalu tinggi itu akan membawamu pada Anu..
Najwa Aini
nama Ethan mengingatkanku pada Tom Cruise yg berperan sebagai Ethan.
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Ethan Hunt, yaa
total 1 replies
octa❤️
jangan bilang hardin ninggalin emilie y thor..
Rahmawati
hardin tau kelemahan emilia, makanya dia berani mencium emilia
octa❤️
jago bener kang hardin nebar pesona..😁
Rahmawati
lanjuttt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!