Salahkah Aku Selingkuh

"Hallo Jasmine, kamu keluyuran kemana sih?" terdengar suara kesal Dirga diseberang sana.

"Apa katamu, aku kerja Dirga dan tidak pernah ada dalam hidupku kata keluyuran apalagi untuk hal yang tidak penting." terang Jasmine ketika Dirga kembali menghubunginya.

"Kalau bukan keluyuran trus apa namanya, tadi siang aku sengaja datang kekantor mu, tapi kamu tidak ada. Bahkan mas Devan juga tidak tahu keberadaaanmu?"

"Dirga, kamu kenapa sih bawaannya curiga mulu. tadi siang perutku mulas sehingga kelamaan di toilet, lagian aku tidak tahu jika kamu datang kekantor ku."

"Jasmine sayang, maaf jika aku kembali melakukan kesalahan. Bagaimana sebagai permintaan maaf ku malam ini kita dinner berdua?" ucap Dirga bersemangat.

"Malam ini, aku tidak bisa Dirga."

"Kenapa lagi, apa mas Devan kembali melemburkan dirimu?"

"Bukan, tapi aku sangat kelelahan dan ingin istirahat di kamar saja. Lain waktu aku janji bakal menemanimu Dirga."

"Baiklah, kamu langsung istirahat saja. Semoga mimpi indah ya."

"Ya, terimakasih Dirga."

Setelah menutup telpon, Dirga melempar asal ponselnya untuk meluapkan kekesalannya.

"Awas kamu Jasmine, jangan coba-coba untuk menghindari ku... suka atau tidak aku harus memilikimu seutuhnya, paling tidak menikmati tubuhmu saja sudah cukup membuatku puas ha...ha..."

Dirga mulai memikirkan siasat untuk mendapatkan Jasmine, meskipun itu sangat sulit mengingat Devan yang hampir setiap waktu bersama sang tunangan.

"Coba saja mas Devan dulu tidak merekrut Jasmine sebagai asisten kepercayaannya, tentu aku lebih leluasa mendapatkannya...yah meskipun kami akhirnya menikah, tapi aku sudah tidak sabaran lagi." gumam Dirga.

"Huuuf...bosen juga membayangkan sama cewek sok suci dan selalu sibuk, mendingan malam ini aku bersenang-senang lagi dengan Bella." gumam Dirga dan langsung menemui gadis itu di apartemennya.

"Sayang, akhirnya kamu datang juga menemui ku. Padahal aku baru saja ingin menghubungi mu." ucap Bella manja bergelayut di lengan Dirga.

"Tentu saja aku datang, karena cuma kamu wanita yang selalu ngertiin aku Bella." ucap Dirga lesu tidak bersemangat seperti biasanya.

"Dirga, ada apa... Sepertinya kamu tengah bayak pikiran?" tanya Bella penasaran karena tidak biasanya Dirga bersikap dingin padanya.

"Bella, beberapa waktu terakhir ini . Aku merasa jika Jasmin mulai berubah. Apa dia telah mendapatkan laki-laki lain dan berselingkuh di belakangku?" ucap Dirga meremas rambutnya lalu merebahkan tubuhnya di sandaran sofa.

"Ya tentu saja, bahkan aku sangat rajin. Bukankah ini berita bagus untuk hubungan kita sayang. Bahkan banyak alasan untukmu mengakhiri pertunangan kalian." Bella tersenyum senang, membayangkan akan bersatu dengan Dirga, tanpa ada penghalang lagi kedepannya.

"Bella, kamu lupa ya tujuan kita semula. Termasuk pentingnya pernikahan ku dan Jasmine demi masa depan kita."

"Ya aku tahu, tapi aku tetap tidak rela. lagian aku merasa jika kamu benar-benar menyukai Jasmine?"

"Percayalah Bella, cuma aku yang aku cintai. Beri aku kesempatan untuk lebih dekat lagi dengan Jasmine, paling tidak sampai menikah dan tujuan kita berhasil. Ya sayang." bujuk Dirga.

"Baiklah, aku percaya padamu Dirga. Tapi apakah Jasmine menyukaimu dan menginginkan juga pernikahan kalian?"

"Itu tidak penting, yang terpenting setelah semuanya tercapai kita akan menikah sayang."

Mendengar hal itu Bella langsung menghambur kedalam pelukan Dirga, sambil tersenyum bahagia.

"Jasmine, kamu tunggu tanggal mainnya." bathin Bella.

***

Waktu terus berlalu hingga hari sudah beranjak sore waktunya Pulang kerja, namun sudah dua jam berlalu tidak ada tanda-tanda karyawan di lantai dua puluh lima itu akan meninggalkan kantor menuju rumah masing-masing.

"Yah, malam ini kita semua harus lembur lagi."

Rose menghampiri Jasmine yang sibuk mengerjakan beberapa file dihadapannya.

"Jasmine, kamu diminta pak Devan keruanganya. Sekalian antar laporan bulan ini."

"Oke, tapi kamu mau kemana?"

"Jasmine, aku pulang duluan ya."

"Ngak ikut lembur?"

"Aku tidak bisa karena kurang enak badan, dan barusan udah izin dari bos..."

"Hati-hati dijalan ya." ucap Jasmine melambaikan tangan pada sahabat baiknya, yang langsung dibalas hal yang sama oleh Rose.

Begitu sampai diruangan Devan, sepasang tangan kokoh langsung merengkuh tubuh ramping Jasmine hingga wanita itu terduduk di pangkuannya. Rasa lelah baik pikiran dan fisiknya seakan terobati jika kembali berduaan dengan Jasmin dalam ruangan yang sama.

"Pak Devan, pelayanan apa yang kamu inginkan malam ini?"

"Bahuku pegal sekali. Tolong kamu pijat dengan kencang."

"Pijat ?"

"Ya, apa kamu bisa?"

"Tentu saja saya bisa pak, terutama memijat hatimu." goda Jasmine tertawa renyah.

Devan menyandarkan tubuh lelahnya di sandaran sofa. Lalu dia pun memejamkan matanya.

Jari-jari tangan Jasmine yang Indah mulai memijat bahu kekar seperti seorang binaragawan, pijatan tangan itu pelan-pelan dan perlahan intensitasnya pun semakin kencang.

Sedangkan kedua bola mata Jasmine, tidak hentinya memandangi wajah tampan Devan dari dekat dan semakin mendekat. Perempuan mana yang tidak akan tergoda dengan penampilan fisik sempurna pria dihadapannya.

"Pak Devan, semakin tampan jika dipandangi dari jarak dekat." bathin Jasmine.

"Jangan memandangku terlalu dekat, nanti kamu tergoda dan mengakhiri hubunganmu dengan Dirga, ingat Jasmin aku tidak mau jadi orang ketiga dalam hubungan kalian." Devan tahu kalau dirinya sedang ditatap lamat-lamat oleh perempuan yang duduk diatasnya.     

 "Ha...ha...pak Devan terlalu percaya diri, hubungan kita hanya sebatas senang-senang saja, jangan takut hubungan ku dan Dirga tidak akan berakhir hanya karena hal sepele ini pak Devan."

"Jasmine, Kamu harusnya merasa bersyukur karena tidak semua perempuan bisa memegang tubuhku. Tapi kamu dengan berani melakukannya."

"Tapi bapak juga menyukainya kan!"

Devan perlahan membuka matanya, seketika pandangan mereka bertemu. tajamnya mata elang Devan mampu membius netra hitam Jasmine yang untuk menatap lebih lekat dan lama. Kedua mata mereka bertatapan intens, sedangkan bibir mereka semakin mendekat hingga.

Cup!

Semakin lama ciuman itu menjadi semakin dalam dan panas. Devan memegang tengkuk Jasmine erat hingga perempuan itu tidak bisa memundurkan kepalanya lagi. Kedua tangan Jasmine meremas bahu Devan hanya sekedar meminta dilonggarkan ciuman panasnya karena dia mulai kesulitan dalam mengambil nafas.     

"Hah.... hah.... hahhh...."

"Pak Devan ganas sekali."

Napas Jasmine dibuat tersengal-sengal , reflek dia memikul ringan bahu Devan yang tersenyum puas menatap wajah sendu nya.

"Masih mau lagi, ayo kita lanjutkan untuk permainan yang lebih panas lagi?" Tanyanya dengan aura penuh gairah.     

"No!"

"Kenapa? Tidak mau? Biasanya kamu begitu bersemangat menggodaku?"

"Karena aku lebih suka, jika yang memulai aku duluan." tersenyum membelai wajah Devan lalu bangkit dari pangkuan pria itu berjalan menuju ruangannya sendiri.