NovelToon NovelToon
The Secret Of Possessive Man

The Secret Of Possessive Man

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta
Popularitas:827
Nilai: 5
Nama Author: Citveyy

Devan Arenra Michael adalah Laki-laki berumur 21 tahun yang menyukai sahabatnya sejak tiga tahun yang lalu. Takut ditolak yang berujung hubungan persahabatan mereka hancur, ia memilih memendamnya.

Vanya Allessia Lewis, perempuan dengan sejuta pesona, yang sedang berusaha mencari seorang pacar. Setiap ada yang dekat dengannya tidak sampai satu minggu cowok itu akan menghilang.

Vanya tidak tahu saja, dibalik pencarian dirinya mencari pacar, Devan dibalik rencana itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Citveyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 11 Ngambek

Sumpah Devan bikin malu saja. Mana sok banget lagi. Untungnya Vanya beralibi kalau ponselnya tiba-tiba mati jadi ia tidak bisa membalas Chat Devan.

Vanya diam di dalam mobil tak mau berbicara dengan Devan. Devan sendiri sudah berusaha keras menanyakan mengapa Vanya tiba-tiba mendiaminya tapi gadis itu tetap diam saja.

Vanya menatap sekelilingnya karena mereka berada di pinggir jalan.

"Kenapa berhenti?"

"Jawab dulu pertanyaan gue baru kita pulang."

"Apaansih lo, gak jelas banget."

"Ya lo yang gak jelas. Tiba-tiba ngambek sama gue."

Vanya membuang muka. Terserah jika Devan tak mau menyalakan mobilnya dan pergi dari sini. Untuk saat ini ia tidak mau mengajak berbicara cowok itu.

"Lo kenapa sih? Tiba-tiba gak balas chat gue, buang muka pas di kelas. Lo kenapa?" Tanya Devan dengan lembut. Karena kata Maminya perempuan ketika sedang ngambek itu sensitif maka solusinya adalah  dengan mengajaknya berbicara dengan lembut.

"Vanya lo kenapa hm?"

Loh-loh Vanya menangis. Devan langsung memaksa perempuan itu menghadap padanya karena khawatir .

"Kok nangis? Kenapa? Ada yang jahatin lo di kampus?"

Vanya menggeleng.

"Noah sama Miko gangguin lo?" Tanya Devan karena dua laki-laki itu pernah beberapa kali membuat Vanya menangis karena di kerjai terus.

Vanya menggeleng lagi.

"Terus apa?"

"Lo sayang gak sih sama gue?"

Devan mengernyit karena Vanya yang tiba-tiba bertanya. Tentu saja Devan sangat menyayangi gadis itu lebih dari dirinya. Jangan ditanya lagi.

"Sayang lah."

"Masih anggap gue sahabat?"

"Yakali enggak."

"Terus kenapa gak kasih tahu gue kalau lo lagi dekat sama perempuan?"

"Maksudnya?"

Vanya menarik kemeja Devan dan menghapus ingusnya menggunakan itu. Devan tidak jijik sama sekali karena Vanya sudah sering melakukan ini.

"Gak usah sok gak tahu."

"Emang gue gak tahu Vanya. Cerita yang jelas, siapa yang buat lo marah dan nangis tiba-tiba."

"Lo. Lo yang buat gue kayak gini!"

"Kok gue?"

"Tadi pas lo keluar di kelas gue khawatir karena lo gak balik-balik jadi gue cariin lo. Pas gue cariin lo gue lihat lo sama cewek terus pegangan. Itu yang buat gue marah!"

"Ha?" Respon Devan hanya seperti itu. Tidak tahu harus bereaksi apa.

"Ha-ho-ha-ho. Lo masih anggap gue sahabat gak sih? Kenapa lo dekat sama cewek tapi gak tanya sama gue!"

Oh jadi ini yang membuat Vanya marah dan menangis. Vanya marah karena mengira ia dan Lamia dekat.

Tuk

"Aww, kok jidat gue di pukul sih!"

"Yang tadi itu gak seperti yang lo pikirin jubaeda."

"Terus apa?"

"Namanya Lamia. Dia itu suka sama gue dan selalu kirim pesan misterius sama gue. Gue kasi tahu sama dia tadi kalau gue gak suka sama dia supaya dia gak berharap sama gue."

"Terus ngapain pegangan tangan?"

"Dia yang pegang tangan gue. Nahan-nahan gue, lebay banget kan?"

Vanya mengangguk cepat. "Iya lebay."

"Jadi itu yang buat lo tiba-tiba ngambek?"

"Hmm. Gue khawatir."

"Gak ada apa-apa kali. Sini peluk," Devan merentangkan kedua tangannya dan tanpa menunggu waktu lama Vanya langsung menghamburkan pelukannya.

Devan mengelus kepala Vanya dengan lembut. Benar kata Papinya. Perempuan itu gak bisa di tahu isi hatinya. Kadang tiba-tiba ngambek, kadang tiba-tiba nangis dan khawatir.

"Khawatir banget ya sama gue?"

"Iya khawatir."

"Lebay banget," Cibir Devan terkekeh.

"Ih itu bukan lebay. Kalau terjadi apa-apa sama lo siapa yang jaga gue lagi?"

"Ada Miko sama Noah."

"Gak mau, maunya sama lo."

"Sayang banget ya?" 

"Iya sayang."

Terjadi keheningan beberapa saat tapi pelukan mereka berdua masih belum lepas.

"Makasih sudah jagain gue."

"Hmm," Devan menggumam lebih memilih meresapi kehangatan di antara mereka berdua.

"Dev,"

"Hmm?"

"Kak Vegas minta nomor telfon gue."

•••

Sekarang berbalik Devan yang ngambek pada Vanya. Setelah Vanya mengatakan Vegas meminta nomor telfonnya, Devan langsung menyuruh Vanya lebih tepatnya memaksanya untuk tidak memberikan nomor Hp-nya pada Vegas tapi Vanya tidak mau.

Vanya mengatakan pada Devan kalau Vegas meminta nomor telfonnya karena ingin di masukkan kedalam Gb yang berisikan angkatannya dan Angkatan Devan.

"Gak mau masuk dulu?" Tanya Vanya karena mereka saat ini sudah ada di depan rumah Vanya.

"Gak."

"Oh ya udah, gak maksa juga."

Devan menatap Vanya dengan tatapan tak percaya. Gadis itu sudah turun membuat Devan melampiaskan kekesalannya dengan memukul stir Mobil.

"Dasar gak peka. Monyet!"

"Auh ah," Devan menjalankan mobilnya meninggalkan rumah Vanya dengan perasaan kesal.

Vanya duduk di ruang keluarga dengan tangan bersidekap dada. Setiap hari Devan tak masuk akal saja. Marah-marah tidak jelas, apa susahnya coba menjelaskan alasannya mengapa ia menolak jika ia memberikan nomornya pada Vegas.

"Kok manyun-manyun gitu," Vanesa datang dari arah dapur membawa minum untuk Vanya.

"Tahu gak Ma. Devan itu selalu marah-marah gak jelas. Ngeselin banget jadi cowok."

"Memangnya Devan ngapain?"

"Itu, kan ada senior aku yang pernah aku ceritain tadi malam. Dia itu minta nomor telfon aku karena mau di masukin ke dalam Gb. Tapi Devan langsung ngomel bilang kalau dia saja yang memasukkan nomornya. Ngeselin banget kan?"

Vanesa mengangguk mengerti. Masalah ini bukan tak lain karena Devan cemburu. Apalagi yang meminta adalah laki-laki yang Vanya kagumi, mana mungkin Devan tak akan cemburu kalau begitu.

"Devan kan senior kamu juga. Mungkin dia mau membantu kamu kok. Dengan kata lain ngapain kamu kasi nomor kamu ke orang lain buat di masukin ke gb padahal kan ada yang lebih dekat dan kamu lebih kenali."

Vanya mengangguk mengerti. Jadi ini toh permasalahannya. Apa susahnya coba menjelaskan seperti penjelasan Mamanya tadi.

"Iya aku ngerti sekarang. Tapi apa susahnya coba jelasin alasannya. Main langsung marah-marah. Ngambekan banget ih."

Vanesa terkekeh mendengar omelan putrinya. Lucu sekali melihatnya. Benar kata Devan Vanya itu sangat menggemaskan jika sedang mengomel atau marah. Pantas saja Devan selalu membuat masalah dengan Vanya, ternyata ini alasannya.

"Tahu gak kenapa laki-laki suka gak mau ngomong alasannya kalau ia sedang ingin melarang sahabatnya atau....pacarnya."

"Kenapa?"

"Laki-laki itu gengsian Vanya. Dia itu tipikal gak mau mengungkapkan sesuatu dengan mudah. Dia lebih suka bertindak daripada mengakui."

"Gitu ya? Jadi Devan gengsian dong namanya?"

"Mmm bisa di bilang gitu."

"Yaudah nanti aku coba ngomong sama dia," Vanya mencoba mengalah untuk kali ini.

"Nah gitu dong," Seru Vanesa.

"Yaudah aku keatas dulu Ma,"Pamitnya.

Vanesa mengangguk, setelah punggung Vanya tak terlihat lagi ia langsung menghela nafas panjang.

"Gak peka."

•••

Devan terus komat kamit di dalam kamarnya mengumpati Vanya. Ingin rasanya Devan berteriak di depan wajah Vanya kalau dia cemburu. Kasihan sekali rasanya cinta pada sahabat sendiri.

Vegas juga kenapa meminta nomor Vanya. Laki-laki itu apa sudah sadar kalau Vanya cantik dan tidak bisa di tolak pesonanya. Apa Devan membuat Vanya jelek dulu baru Vegas menjauhi calon istri masa depannya. Rasanya kepala Devan ingin pecah memikirkan semuanya.

Drttt drttt

"Siapa sih?"

Vanya is calling.....

Devan bangun dengan cepat. Mengucek matanya kalau yang ia lihat tidaklah salah.

"Vanya telfon gue!" Pekik Devan kesenangan. Ia berdehem sebelum mengangkatnya.

"Ada apa?"  Tanya Devan sok ketus.

"Kok gitu banget caranya ngomongnya."

"Langsung aja lo ngapain telfon gue? Gue sibuk masalahnya."

Devan terkekeh dalam hati. Sibuk apanya, sibuk mikirin Vanya.

"Gue mau minta maaf. Kata mama, lo marah kayak gitu tadi karena kesal karena gue pilih orang lain buat di masukin ke dalam gb padahal ada orang yang lebih dekat di minta bantuan, yaitu lo."

"Mama lo pintar, beda banget sama lo. Tumben juga mau minta maaf."

"Dih gue selalu ya minta maaf. Lo tuh yang gengsian kata Mama. Apa susahnya coba ngomong kalau gue aja yang kasi masuk nomor lo, malah langsung ngambek. Gede gengsi banget."

"Dih gak ya. Lo tuh yang gak peka!"

Devan tak mau kalah. Enak aja, dia yang ngambek masa dia yang di salahkan. 

"Terserah."

Vanya mengalah dan terjadi keheningan sesaat.

"Dev sudah tidur?"

"Belum kan belum di matiin telfonnya."

"Maaf ya."

Ucap Vanya dengan lembut membuat dada Devan berdesir.

"Dev kok gak ngomong?"

"Hmm?"

"Jangan ngambek ya. Gue gak mau kalau kita diam-diaman. Maaf juga kalau selalu gak ngerti mau lo apa."

Tolong Devan salting! Devan mengangkat kedua kakinya ke atas dan meninju-ninju angin.

"Masih marah ya? Gue harus apa supaya lo gak marah lagi?"

Cium

Devan pikirannya....

"Dev, gak sayang lagikah sama gue?"

"Sayangnya sudah berkurang?"

Duh-duh Devan mana bisa kalau lihat Vanya kayak gini. Devan menggigit selimutnya dengan gemas sangking saltingnya pada Vanya.

"Kalau berkurang mau ngapain emang?"

Tanya Devan masih mempertahan aktingnya. Padahal dia tidak tega pada calon istrinya.

"Janganlah. Kan Devan selamanya untuk Vanya. Dan Vanya selamanya buat Devan."

Arghh sial! Devan bisa gila kalau begini. Gemas banget, pengen rasanya di unyel-unyel pipi tembem Vanya.

"Gue kerumah lo sekarang."

"Loh mau ngapain?"

"Mau kasi lihat penilaian lo apa kurang atau lebih gak rasa sayang gue ke lo. Dah otw ini."

"Loh Dev!"

Tit

1
Istiy Ana
Perempuan tuh butuh kepastian Dev, lebih baik nyatakan ke Vanya apapun yg terjadi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!