NovelToon NovelToon
Tetangga Idaman

Tetangga Idaman

Status: tamat
Genre:Cinta Terlarang / Romansa / Bercocok tanam / Tamat
Popularitas:15k
Nilai: 5
Nama Author: Zhy-Chan

Arif Pradipta, begitu Emak memberiku nama ketika aku terlahir ke dunia. Hidup ku baik-baik saja selama ini, sebelum akhirnya rumah kosong di samping rumah ku di beli dan di huni orang asing yang kini menjadi tetangga baruku.

kedatangan tetangga baru itu menodai pikiran perjakaku yang masih suci. Bisa-bisanya istri tetangga itu begitu mempesona dan membuatku mabuk kepayang.
Bagaimana tidak, jika kalian berusia sepertiku, mungkin hormon nafsu yang tidak bisa terbendung akan di keluarkan paksa melalui jari jemari sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

³⁰ 'Cinta Tak Harus Memiliki’

"Ya, emak kagak tahu. Tadi dia cuma bilang gitu. Kagak ngasih tahu mau pindah ke mananya."

Lemas, seluruh jiwa raga Arif seperti ikut terbang terbawa puting beliung. Semangat bekerjanya, semangat belajar, bahkan semangat hidup nya seperti terhempas bersama kabar yang baru saja dia dengar.

Gak harus jadi milikku, gak harus. jadi istriku. Asal aku bisa melihat mu setiap hari dalam keadaan baik, itu sudah cukup bagiku, Mbak. Ku mohon menetap lah di sini. Aku gak bisa bayangkan, akan seperti apa hidup ku tanpa dirimu.

"Kenape lu jadi lemes gitu?" celetuk Bulek Siti membuyarkan rangkaian kata-kata sahdu di dalam hati Arif.

Rasanya sakit, Mak. Sakitnya tuh di sini. Namun, tidak mungkin bagi Arif menceritakan perasaan cintanya untuk Rifani yang merupakan istri orang itu, kepada ibunya.

Bukannya di elus-elus, di kuat-kuatkan, bisa-bisa malah dapat satu tonjokan dari wanita yang telah melahirkannya itu.

"Gak papa, Mak. Cuma gak nyangka aja, rumah itu hanya di tinggali sebentar aja. Akan kembali kosong kayak dulu lagi, 'kan serem, Mak. Nanti kalo di tempati Mbak Kunti gimana? Hayoloh."

"Eleh, emak udah kebal ma yang begitu-begituan. Demit ora ndulit, setan ora doyan."

"Ya udah, aku ke kamar dulu, Mak."

"Cuci tangan, cuci kaki. Jangan malah molor, bentar lagi magrib."

"Iya, Mak."

Arif masuk kamar untuk menaruh tas kerjanya. Bukan tas kerja orang kantoran, tapi tas selempang yang selalu setia menemaninya walau kadang gak di kasih duit.

Begitu masuk kamar, matanya terbelalak melihat sebuah hoodie warna mocca terlipat dan di taruh di atas tempat tidur.

"Bukan nya ini hoodie yang gue pinjamkan ke, Mbak Rifani waktu itu?"

Arif memeluk hoodie tersebut dan mengajak nya ngobrol seolah-olah, itu adalah Rifani.

"Mbak, memang nya Mbak tega meninggalkan ku begitu saja? Gimana kalo aku kangen, Mbak? Apa yang harus aku lakukan?"

Adegan ngomong sendiri di hentikan ketika terdengar suara sendal Bulek Siti mendekati kamar nya.

"Oh iya, Rif. Tadi Neng Rifani ke sini, mengembalikan jaket lu. Katanya 'makasih' gitu," ujar Bulek Siti sambil melongokkan kepala nya ke dalam kamar Arif.

"Oh iya, makasih Mak. Ini Arif mau menyimpan nya di lemari."

Jika Emak ngeliat aku cium-cium ini hoodie, pasti aku di bawanya ke puskesmas untuk di periksakan.

Selesai salat magrib, Arif tidak keluar dari kamar nya. Melalui jendela kaca itu, dia memperhatikan aktivitas yang terjadi di luar sana. Truk itu sudah penuh dengan barang-barang perabotan rumah tangga. Rifani bersama Nata berdiri di teras.

Nata sibuk mengunci pintu dan memastikan keamanan rumah tersebut. Angga sudah bersiap di atas motor. Sementara Bulek Siti bertolak menghampiri rumah tetangga itu.

Arif ingin sekali keluar dan mengucapkan kata-kata perpisahan untuk wanita yang di cintainya. Namun, ingatan tentang kejadian terakhir kali bertemu dengan Nata, membuat Arif mengikat rapat-rapat keinginan batinnya.

Waktu itu, Nata dengan terang-terangan melarang Arif untuk bertemu dengan Rifani. Biar bagaimana pun juga, Nata yang masih berstatus suami Rifani adalah orang yang paling berhak atas diri perempuan cantik yang tersakiti itu. Arif yang hanya seorang tetangga, bisa apa?

"Mbak, di mana pun Mbak berada, semoga keberkahan selalu menyertaimu ya, Mbak. Semoga selalu di lindungi Tuhan," gumam Arif sambil mengusap-usap kaca jendela.

"Di sini, aku akan selalu merindukan mu."

Nata sudah selesai mengunci pintu nya, dia bergegas masuk mobil. Sementara Rifani mengikuti nya di belakang. Bulek Siti datang menghampiri tetangga yang hendak pindah rumah. Di tangan nya tertenteng kotak berisi makanan.

"Neng Rifani, jadi, pindahan nya?" sapa Perempuan sepuh itu.

"Oh, iya Bulek. Ini udah mau berangkat. Minta doanya ya, Bulek."

Rifani mengulurkan tangan, meminta restu pada tetangganya dengan cara menyalami dan mencium punggung tangan itu.

"Iya, semoga di perlancar segala urusan nya." Wanita tua itu mengusap rambut Rifani sekilas. Lalu menyodorkan kotak makanan.

"Ini tadi, bulek buatkan bakwan jagung buat, Neng. Nanti bisa buat lauk. Semoga, Neng Rifani suka," lanjut Bulek Siti.

"Ya pasti suka, dong, Bulek. Ini 'kan makanan favorit saya. Hehe."

"Ya sudah. Saya berangkat dulu ya, Bulek. Takut kemalaman. Mau perjalanan jauh soalnya."

"Memang nya mau pindah ke mana, Neng?"

"Belum tahu, ini mau menuju rumah orang tua saya dulu, Bulek."

"Oalah, iya. Hati-hati di jalan."

Rifani berjalan lamban ketika hendak membuka pintu mobil sebelah kiri, sebentar-sebentar wanita yang tengah hamil muda itu menoleh ke arah rumah Bulek Siti.

"Apa Arif belum tahu jika aku ingin pergi dari sini? Apa iya, Bulek Siti tidak memberi tahunya? Jika Arif sudah tahu, aku mau meninggalkan kampung ini, kenapa dia tidak keluar dari rumah, walau sebentar saja, sekadar mengucapkan kata-kata perpisahan Apa dia tidak mengkhawatirkan ku?" Rifani bermonolog sendiri.

Sedikit lama, Rifani berdiri di samping pintu, berharap tetangga bocil itu datang menemuinya. Namun, yang di nanti-nanti tidak juga kelihatan batang hidungnya.

"Sayang, kenapa nggak segera masuk? Ayo cepet masuk!" Panggilan Nata membuat Rifani terkesiap.

"Akh, iya, Mas."

Dengan berat hati, perempuan cantik itu membuka pintu mobil dan duduk di samping suami nya. Entah kenapa, dia seperti berat hati untuk meninggalkan rumah ini. Meski masih beberapa bulan hidup di sini, dia sudah merasa betah dan nyaman.

Nata mengemudikan mobil nya dengan kecepatan sedang. Di belakang nya, motor Angga dan truk pengangkut barang mengikuti setiap tikungan yang ia lewati.

Entah alasan apa yang di sampaikan pada Angga tadi, hingga adik Rifani itu menyetujui untuk pindah rumah.

"Dari sini ke rumah orang tuamu, membutuhkan waktu yang lumayan lama, Yang. Jadi, kamu bisa beristirahat dulu. Tidur aja, gapapa."

"Iya, Mas." Rifani menurut pada ucapan Nata.

Dia memejamkan mata, meski belum merasakan kantuk. Di dalam matanya yang terpejam, Rifani memutar kejadian-kejadian yang pernah tersimpan pada memory kepala nya.

Mana bisa beristirahat, jika pikiran nya di sibukkan dengan rasa penasaran, khawatir dan takut?

Baru beberapa kilo meter dari rumah lamanya, Nata merasa tidak tenang. la merasa seperti ada orang lain yang mengikuti mobil nya selain adik dan supir truk.

Meski begitu, Nata tetap berusaha tenang. Dia terus melajukan mobil. Gawai nya yang di taruh di atas dashboard berkedip-kedip, muncul notifikasi dari aplikasi hijau.

Nata pun memelankan laju mobil nya, kemudian menepikan mobil di pinggir jalan. Angga menyejajarkan mobil Nata dan mengetuk pintu kaca mobil

1
Tutian Gandi
kok bisa jadi anak nya si Arif???
Tutian Gandi
apakah anak itu bukan Benih mu nata..melainkan benih nya Alex
dnr
jangan" rifani hamil anaknya si arif lagi pas mkan mlam itu
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾
bagus sekali ❤️❤️❤️
kalea rizuky
lanjut
kalea rizuky
nata belok
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾
astaga...alex n Nata ternyata terong malam terong
Tutian Gandi
kan...bener kah dugaan q..kalo mereka itu belok kanan dan belok kiri ..🤔🤔
dnr
kyknya nata sma pa alex ada serong dah
Tutian Gandi
kok q curiga sama bos nya ya...jgn2 si nata ada belok nya kali y....
Ardiawan
mantap
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!