My Husband My Bos

Pagi itu Ardan sudah bersiap dengan outfit kerjanya. Seperti biasa kebiasaan paginya sebelum berangkat ke kantor adalah sarapan selembar roti dan segelas susu yang dibuatnya sendiri, karena memang saat ini dia tinggal di apartemennya seorang diri.

Ardan menggigit rotinya sambil memasang kaos kaki dan sepatunya.

Tiba tiba bel berbunyi membuat Ardan mendengus kesal.

" Aduh siapa sih pagi pagi begini" Gerutu Ardan kemudian beranjak serta berjalan ke arah pintu untuk membuka pintunya dengan roti masih dalam gigitannya.

Ceklek

" Bos, lagi sarapan ya? Aku boleh masuk? Mama mertuaku memintaku mengantarkan ini padamu " Ucap Emely sambil menyodorkan sebuah kotak makanan kepada Ardan, kemudian masuk ke dalam begitu saja.

Ardan masih tercengang dengan kedatangan Emely yang tiba tiba.

" Bos, ini apartemen mu ya, wah bagus sekali. Kamu tinggal sama siapa? "

Ardan mendengus kesal dan melahap rotinya dengan kasar " Heh siapa sih yang suruh kamu datang kemari! ".

Emely tersenyum tipis dan tetap berjalan melihat lihat sekeliling, dan benar saja tak ada satupun poto terpajang di sana termasuk poto seorang gadis " Hahh apa jangan jangan yang dibicarakan mereka itu semua benar "

(Menurut rumor yang beredar di kantornya, kalau bos Ardan tidak pernah memiliki hubungan dengan seorang gadis, bahkan mereka yang sudah bekerja hampir 3 tahun di kantornya tidak pernah sekalipun melihat bos Ardan membawa wanita, ataupun terlihat jalan bersama wanita. Jadi kesimpulannya memang bos Ardan adalah penyuka lubang belakang)

" Apa yang kamu pikirkan! " Gertak Ardan.

Emely pun terkesiap " Ah tidak bos, o iya bos buruan siap siap kita sudah terlambat lo".

Ardan membuka kotak makan yang berada di atas meja tersebut kemudian duduk dan menikmati sarapan kesukaannya yaitu nasi goreng buatan mamanya " Sudah lama ya aku tidak pulang ke rumah " Gumamnya di sela sela mengunyah makanannya.

" Bos, sudah jangan sedih kamu masih memiliki kami yang akan selalu bersamamu. Mama mertuaku sangat baik dia sudah menganggapmu seperti anak kandungnya sendiri. Mungkin juga karena nama kalian sama, jadi".

" Uhukkkk uhukkk" Seketika Ardan kesedak makanannya membuat Emely panik dan memberikan segelas air mineral kepada Ardan " Astaga bos kok bisa kesedak sih".

" Apa gadis ini terlalu polos atau terlalu bodoh sih " Batin Ardan.

Tiba tiba terdengar suara pintu di ketuk, Emely dan Ardan saling menatap dan Ardan meminta Emely untuk bersembunyi terlebih dahulu karena takut terjadi masalah.

Tok tok tok

 Ardan beranjak dan berjalan untuk membuka pintunya.

Ceklek

" Kamu, ayo masuk! "

" Iya bos" Jawab Hansen yang juga rapi dengan style kerjanya kemudian duduk di sofa sambil membuka laptopnya.

" Bos mendekatlah ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan" Ucap Hansen sambil terus menatap layar laptopnya.

Emely yang berada di balik tirai pun seketika melotot tajam mendengar ucapan Hansen yang menurutnya tidak wajar.

" Hahh apa, itu bukannya suara Hansen, ngapain meminta bos untuk mendekat? Jangan jangan benar mereka ada hubungan khusus" Gumamnya sendiri tapi enggan untuk mengintip karena menurutnya pasti menjijikkan.

" Hmm Hansen buka saja biar lebih gampang masuknya " Ucap Ardan.

Lagi lagi Emely melotot tajam mendengar ucapan Ardan.

" Iya bos, buruan bos masukkan jangan ragu ragu ach bos lambat sih" Pekik Hansen.

" Jangan buru buru kenapa sih, biar pelan asal enak endingnya Hansen. Tuh kan masuk, bagaimana menurutmu enak kan? "

Untuk kesekian kalinya Emely berpikiran yang tidak tidak.

" Bos, ach aduh bos salah masuk bos. Bagaimana sih bos aduhhh"

" Iya Hansen aku salah masuk, coba dari awal kamu tunjukkan jalannya kan enak " Jawab Ardan.

" Yah si bos bukannya dari awal aku sudah bilang kalau ini sudah aku buka tinggal bos masukkan saja kan gampang. Ya udah bos aku ke toilet dulu, sakit semua badanku gara gara si bos nyuruh aku lembur mulu" Ucap Hansen kemudian beranjak ke kamar mandi.

Ardan yang tahu kesalahannya pun hanya diam dan tidak protes ketika Hansen menghujatnya dan terus memantengi layar laptopnya karena baru kali ini dia salah memasukkan kode rahasia perusahaannya sendiri.

Emely yang sudah dari tadi bersembunyi pun segera keluar dari balik tirai dan menatap Ardan yang ternyata sudah melepaskan jaznya serta beberapa kancing kemejanya. Tentu saja itu semakin menambah kuat kecurigaan Emely mengenai hubungan bosnya dengan Hansen.

" Kamu kenapa Emely " Tanya Ardan tanpa menoleh kepadanya.

"Aaku"

" Kamu berangkat saja terlebih dahulu ke kantor nanti aku menyusul " Ucap Ardan dingin tanpa menoleh kepadanya.

" I iya bos" Jawab Emely kemudian berjalan cepat keluar dari apartemen Ardan.

Dan tak lama kemudian Hansen pun keluar dari kamar mandi.

" Siapa bos? " Tanya Hansen.

" Emely "

" Wah bos bisa bisanya bawa dia ke sini"

Ardan yang masih sibuk dengan laptopnya pun menoleh sejenak kepada Hansen " Terus kenapa? Bukankah dia istriku sendiri? Lagi pula kamu juga harus menerima hukuman karena telah menyembunyikan kebenaran dariku".

" Bos, terus hukuman apa yang akan kamu berikan kepadaku" Tanya Hansen sambil menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal.

Ardan menghela nafasnya kemudian meletakkan laptopnya dan merapikan kembali bajunya dan tersenyum tipis sambil menatap Hansen " Masih aku pikirkan, sekarang kita berangkat ke kantor aku ikut mobilmu ".

" Iya bos, lalu mobilnya bos sendiri ke mana?".

"Nanti akan aku ceritakan begitu tiba di kantor " Jawab Ardan kemudian melangkah meninggalkan Hansen yang masih bingung dengan kelakuan bos mudanya itu.

...🌹🌹🌹...

" Mas, aku akan mengatakan sesuatu kepadamu " Ucap Renata sambil memegangi lembut tangan suaminya.

Jason pun tersenyum dan mengangguk

" Katakan saja sayang".

Renata menarik tangannya dan duduk di tepi ranjang " Aku ingat anakku mas".

" Lho kalau kangen ya tinggal kamu datangi dia, atau besok saha kita ke sana ya mas akan temani kamu sekaligus kamu kenalkan aku padanya" Jawab Jason.

" Tapi mas bukan itu maksudku"

" Ehm terus apa dong sayang? "

Renata menarik nafasnya dalam dalam kemudian menghembuskannya perlahan

" Aku merasa senang sekali bila bertemu dengan Emely, itu menantunya kak Sandra. Setiap melihatnya tersenyum aku ingat dengan mas Dion, matanya, bibirnya dan gayanya dalam bicara mirip banget. Aku merasakan ada sebuah ikatan batin di antara aku dan dia. Tapi sudahlah mungkin hanya perasaanku saja"

" Loh loh itu berarti kamu kangen dong sama mantan suami kamu " Sahut Jason kemudian memalingkan badannya dengan bibir manyun.

Renata tersenyum tipis dan menarik lengan suaminya kemudian memposisikan tubuhnya di dalam dekapan hangat Jason pemuda berumur yang baru saja menemukan cinta sejatinya.

" Mas, bikin gemes deh. Mas Dion sudah tenang di alam sana mana mungkin aku merindukannya. Lagi pula kan sudah ada kamu di sini, yang jauh lebih ganteng, dewasa dan pengertian ".

Jason pun tersenyum dan mengedarkan pelukannya kemudian menatap lembut kedua netra istrinya " Aku mencintaimu Renata? ".

" Aku juga mas, aku sangat mencintaimu. Mungkin lebih dari yang kamu tahu mas"

Renata pun tertunduk dengan berkaca-kaca.

Jason menarik dagu istrinya dan mendekatkan wajahnya membuat jarak keduanya sangatlah dekat " Sayang, jangan lagi kamu tundukkan wajahmu di depanku. Aku ini suamimu yang akan selalu memberikan keberanian kepadamu".

Renata pun mengangguk.

Jason mengusap lembut wajah istrinya kemudian melumat bibir Renata yang sudah menunggu untuk dimanjakan dari tadi.

Keduanya saling berpagutan dan berakhir dengan pergulatan panas di atas ranjang.