Jennaira Queenzy Hill berada disituasi sulit dimana ia harus merelakan laki-laki yang akan menjadi tunangannya kepada sahabatnya.
Terjebak menjadi orang ketiga diantara sepasang manusia yang saling mencintai membuat Jennaira harus kuat menghadapi tatapan sinis dan rendah orang lain. Berusaha terlihat baik-baik saja, namun tak semudah itu. semua menjadi rumit saat satu persatu hal buruk menghampirinya, hingga rahasia yang terkuak menambah luka yang sudah ada. Membuatnya tak lagi berharap pada apapun dan siapapun, kecewa yang tak berpenghujung membuat Jennaira tercekik dengan takdirnya sendiri.
Akankah akhir bahagia menjadi milik Ara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Little Secret, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
" How do I "
Tinggal 3 minggu menuju pertunangan,sejak ke pergian Sean ke Prancis, selama itu pula Aira sibuk dengan dunianya. Jadwal kerja yang padat hingga persiapan pertunangannya.
Di bantu oleh mommynya dan mommy Sean cukup meringankan bebannya. Namun akhir-akhir ini sang calon tunangan cukup sulit untuk dihubungi. Aira cukup memahami kesibukan pemimpin perusahaan besar itu, hingga untuk fitting baju pertunangan ia harus meminjam tubuh sang kakak.
" Masih lama gak sih Ra? " Rain sudah dari tadi siap dengan setelan tuxedo yang nantinya akan dipakai sang ipar. Namun sang adik belum juga keluar dari ruangan ganti.
" Sabar kak " Tak lama gadis cantik itu didampingi oleh dua orang pegawai boutique.
Gaun berwarna navy melekat indah ditubuhnya, untuk sesaat semua orang diruangan itu terpesona oleh kecantikan seorang Jennaira.
" Waah, cantik banget sayang" Joana menghampiri sang putri dan mengambil gambarnya untuk kenang-kenangan.
" Gimana kak? cantik gak? " sambil berputar gadis itu memamerkan keelokan bajunya.
" Ck, biasa aja " Jawaban Rain membuat Aira mengerucutkan bibir, sedangkan Rain langsung mendapat pukulan dipundak dari sang mommy.
" Kebiasaan, suka banget godain adiknya". Rain langsung memeluk sang adik erat.
" Cantik banget, adik kakak pasti cantik banget ". Aira tak kalah erat membalas pelukan sang kakak.
" Jadi yang mana? yang biru muda tadi atau yang ini? ". Aira kembali harus menentukan pilihan pada 2 gaun yang sama bagusnya. Gadis itu langsung mengambil handphonenya dan menghubungi seseorang. Tak lama muncul wajah gadis cantik berkata bundar di layar handphonenya.
" Abyyy, look at me! " Rain langsung menyambut handphone yang dilempar sang adik, dan dengan sigap menyorot pada gaun yang dipakai sang adik.
" Wow, you're so gorgeous " Tak sungkan Aby memuji sahabatnya.
" Tapi aku bingung, pilih yang ini atau yang biru itu ". Dengan sigap pula Rain mengarahkan handphonenya ke baju biru yang dipajang.
" Acaranya siang bukan? " Abigail memastikan.
" Huum, jadi gimana? " Aira menantikan jawaban.
" Yang biru muda lebih bagus kalau untuk siang ". Aira menganggukkan kepalanya.
" Mom rasa juga bagus yang itu " Clara juga memberi saran kepada sang calon menantu.
" Tapi terserah kamu juga, kamu lebih suka yang mana " Semua nampak menimbang dan berfikir.
" Baiklah, terimakasih ya sarannya bestie" untuk beberapa saat mereka berbincang dan panggilan pun terputus.
" Oke deh, yang biru aja " akhirnya keputusan pun dibuat.
Kedua mommy memutuskan untuk pulang lebih dulu, karena Rain dan Aira masih harus mengecek makanan yang menjadi hidangan dipesta nanti.
" Kamu yakin yang biru aja? " Suara Rain memecah keheningan diruangan boutique itu.
" Ya, bagus kok" Rain menggelengkan kepalanya.
" Excuses me Miss " Rain memanggil pegawai boutique yang berada di dekat mereka.
" Kami mau gaun yang navy juga, nanti tolong disiapkan ya " Aira memandang sang kakak lekat.
" Baik Sir " Pegawai boutique itu menjawab dengan sopan.
" Thankyou kak " Aira menghambur dalam pelukan sang kakak.
" Everything for you " Rain sebenarnya tau sang adik lebih tertarik dengan gaun berwarna navy itu. Tapi ia mengerti juga sang adik mempertimbangkan semua saran orang disekelilingnya.
Tidak apa jika gaun itu tidak terpakai sekarang, setidaknya Aira memiliki baju yang ia inginkan.
*
*
Hampir satu hari penuh Aira ditemani Rain menyiapkan semuanya. Dan satu hari itu juga Sean tidak menghubunginya dan tidak bisa dihubungi.
Aira hanya bisa menghela nafasnya, antara lelah dan pasrah. Ia hanya berharap semua berjalan sesuai rencana.
Waktu menunjukkan pukul 11 malam, dan gadis berambut panjang itu merebahkan tubuhnya diatas kasur ternyaman miliknya. Tangannya mengscroll sosial media untuk sekedar menghilangkan kejenuhan.
Namun matanya langsung tertuju pada akun sang sahabat Abigail. Terpampang potongan gambar tangan yang saling menggenggam, dipastikan tangan laki-laki dan perempuan. Dengan caption " How do I "