Erina, gadis pekerja keras yang selalu mengedepankan gaya. Dia dijodohkan dengan seorang pengusaha sukses. Namun, apa jadinya jika sang pengusaha mempunyai pujaan hati lainnya?
Mampu kah, Erina menjalin rumah tangga dengan tantangan meluluhkan hati suaminya, agar hanya melihat dirinya seorang?
Yuk ikuti kisahnya!
Terimakasih ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menggoda
"Apa dia menantang ku?" batin Ervin. "Baiklah, jika itu mau mu."
Saat Erina semakin mendekat, Ervin langsung menarik tangan Erina. Alhasil, tubuh Erina terjatuh dengan menindih tubuh Ervin.
Kedua saling menatap, untuk beberapa saat, dan Ervin buru-buru memalingkan wajahnya.
"Bangun lah, Erina ... Ingat, kita menikah karena perjodohan. Dan aku udah punya pacar, kamu sendiri tahu itu." tekan Ervin mendorong tubuh Erina.
"Memangnya, kamu tidak mendengar nasihat pernikahan tadi? Atau, aku perlu mengingatkan kamu lagi?" kekeh Erina membetulkan handuk yang hampir melorot.
"Kewajiban seorang suami adalah memberikan kenyamanan dan cinta untuk istrinya. Jadi, aku lah, perempuan yang berhak atas cinta mu. Bukan pacarmu, ataupun wanita lain di luar sana." ungkap Erina.
"Cih ..." desis Ervin mendekati pintu.
Saat memutar kenop, dia terkejut. Pasalnya, pintu itu di desain hanya dengan sidik jari. Dan Ervin, lupa mengatur sidik jarinya.
"Tolong bukakan pintu." perintah Ervin.
Erina malah pura-pura tidak mendengarnya. Dia malah mendekati meja dengan menuangkan minuman soda ke dalam gelasnya.
"Aku gak bisa membukanya, karena ini mamamu yang atur," Erina menyesap sedikit minumannya.
"Memangnya kamu mau kemana sih? Masa istri cantik kaya aku kamu abaikan." kekeh Erina.
"Sialan, lama-lama pertahanan ku bisa jebol nih ... Mana cara duduknya menggoda lagi." umpat Ervin menatap Erina.
Di kamar yang lain, di lantai yang sama. Belinda duduk sembari membersihkan wajahnya. Dia baru saja, selesai mandi saat Herman memasuki kamar.
"Kamu masih terlihat sangat cantik, sama seperti saat pertama kali aku mencintaimu." puji Herman mencium pucuk kepala Belinda.
"Mau apa? Jangan malam ini, aku lelah ..." ujar Belinda mengalungkan tangannya di leher Herman.
"Kamu cukup diam, biar aku yang bekerja keras." bisik Herman membuat Belinda mengerucut bibirnya.
"Aku ganti baju dulu." lirih Belinda menyerah.
"Lebih baik, jangan pakai apapun. Karena nanti, itupun tidak bisa melindungi mu." balas Herman menggendong istrinya.
"Apakah, Ervin bisa memperlakukan Erina semanis ini?" gumam Belinda menatap suaminya.
"Jangan pikirkan orang lain, saat bersama ku. Atau nanti, kamu akan mendapatkan hukuman." balas Herman menatap Belinda.
Belinda malah tertawa mendengar ucapan suaminya, baginya hukuman yang di maksud Herman, adalah hukuman paling menyenangkan.
Kembali ke kamar pengantin, Karena tidak tahan hanya memakai handuk. Akhirnya, Erina memilih memakai lingerie. Beruntung, disana tersedia beberapa lingerie, jadi dia bisa memilih yang sedikit lebih tertutup.
Ervin kembali melongo, kala Erina keluar dengan baju seksi. Beruntung, Erina juga memakai cardigan bawaan dari lingerie, alhasil sedikit badannya tertutup.
Walaupun begitu, sesuatu dalam diri Ervin memanas. Jika dengan Clara, dengan mudah dia menghindar, tapi ini? Jangankan menghindar, keluar saja tidak bisa.
"Jika kamu gak mau tidur seranjang, kamu bisa memakai sofa tentara itu." perintah Erina.
"Cih ..." desis Ervin mulai geram.
Ervin memasuki kamar mandi, akibat panas yabg mulai menjalar di seluruh tubuhnya. Dia memilih berendam dengan air dingin. Namun, rasa panasnya tidak kunjung hilang, apalagi membayangkan Erina dengan tubuh seksinya. Bahkan, mengalahkan Clara, wanita, yang selama ini, paling sempurna di matanya.
Begitu Ervin masuk ke kamar mandi, Erina memegangi dadanya. Pasalnya, dia begitu takut jika sesuatu terjadi antara dirinya dan Ervin malam ini.
Bukan tanpa alasan Erina melakukan tindakan bodoh seperti tadi. Dia hanya sedikit geram dengan sikap Clara, yang berani-berani nya memamerkan tubuhnya yang memakai lingerie pada Ervin.
Lagi pula, sebelum memasuki kamar tadi. Belinda menyakini Erina jika sekarang yang berhak atas Ervin hanya Erina seorang.
Clara berteriak karena kesal dengan penolakan Ervin. Dia mulai membanting segala sesuatu yang ada di sekitarnya.
"Aku gak akan melepaskan mu Ervin, walaupun kita gak menikah. Setidaknya aku juga harus merasakan kekayaanmu." ujar Clara penuh harap.
"Aku harus apa ya? Biar dia bisa menanam benih di rahimku ..." gumam Clara, menjatuhkan tubuhnya ke kasur, yang sprei nya entah kemana.
"Apa aku up ke media aja ya? Tapi, nanti Ervin akan murka." ujar Clara.
Selama ini, Ervin memang membayar beberapa orang untuk bekerja di gedung apartemen tempat Clara tinggal. Itupun, agar dia bisa menemui Clara tanpa ada yang tahu, dan semua orang disana, selalu menjaga rahasia itu dengan baik. Karena bagi mereka, pekerjaan lebih penting dari segalanya.
Baru beberapa saat Clara tidur. Dia kembali bangun dan pergi ke apartemen depannya. Iya, dia memilih untuk menenangkan diri di apartemen Alex.
Namun, harapannya kembali hancur, kala tidak mendapati Alex dimana pun. Apalagi, saat dihubungi, Alex tidak mengangkat panggilan darinya.
"Cih ,,, kamu kemana sih?" teriak Clara kembali emosi.
Bagaimana tidak, belakangan ini, Alex sering sekali menghilang saat di perlukannya.
Alex sendiri sedang berada di depan hotel, milik Herman. Semula dia berencana untuk check-in disana. Namun, satpam mengatakan, jika malam ini sampai esok malam, mereka tidak menerima tamu. Lagipula, semua kamar sudah terisi.
Alhasil, Alex hanya bisa menikmati bandrek dari seorang penjual, yang kebetulan mangkal di sana.
Ervin menghela napas kala melihat Erina yang tidur dengan pulas. Bahkan, Erina tidak menyadari tentang keberadaannya.
Dia menatap Erina dengan seksama, melihat wajah cantik, bahkan bisa dikatakan tanpa cela.
Beberapa saat, Ervin menatap Erina tidak sengaja selimut yang menyelimuti Erina tersibak, sontak Ervin menelan ludahnya.
Bagaimana tidak, lagi-lagi imannya diuji dengan pesona tubuh Erina.
"Ingat janjimu Ervin ..."
Namun, saat hati dan tubuh tidak bisa bekerja sama. Tangan Ervin malah terulur untuk memegangi Erina.
Beruntung Erina menggeliat, membuat Ervin terkejut, dan mengurungkan niatnya.
"Kenapa? Tergoda kah?" ujar Erina menarik selimutnya lagi.
"Mimpi ..." balas Ervin.
Akan tetapi Erina menarik kencang tubuh Ervin. Membuat keduanya lagi-lagi saling menindih.
"Aku siap, mejalani tugasku sebagai istri." bisik Erina dengan menggoda.
"Lu-lupakan." Ervin mengeluarkan keringan dingin.
"Atau jangan-jangan, kamu tidak normal kah? Makanya tidak tergoda?" tebak Erina, membuat Ervin melongo.
"Bagaimana ..."
"Kalo begitu, aku sedikit lebih tenang. Karena kamu tidak akan memperkosa aku. Lagipula, aku hanya menggoda mu kok." potong Erina membuat Ervin terhina.
ya ampun..
msih bgusan istrimu ke'mana2.... jgn nyesel ya... klo setelah ini km makin trsiksa dgn pnampilan aduhai istrimu.... tpi km g bisa mnyentuhnya... krn pasti erina jga males km jdikan cadangan di saat km trhianati😎😎
apa gunanya kekuasaanmu ervin....😅😅
kotoran upil ,ervin saja tidak punya
kekuasaan atasmu.