Karena bosan dengan kehidupan yang dijalani selama ini, Rania gadis cantik berusia 25 tahun yang telah menyelesaikan s2 di luar negeri ingin mencoba hal baru dengan menjadi seorang OB di sebuah perusahaan besar.
Tapi siapa sangka anak dari pemilik perusahaan tersebut justru menginginkan Rania untuk menjadi pengasuhnya.
Sedangkan Raka duda berusia 40 tahun ,CEO sekaligus ayah dari 3 orang anak yang belum move on dari sang mantan istri yang meninggal pasca melahirkan anak ke 3 nya.
Bagaimana perjalanan Rania dalam menghadapi tantangan yang dibuatnya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ibu Cantik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jalan-jalan
Minggu-minggu berikutnya terasa berbeda bagi Rania. Setelah percakapan dengan Raka, suasana di kantor sedikit lebih ringan. Meskipun masih ada ketegangan, Rania merasa bahwa ia bisa mulai menyesuaikan diri lebih baik dengan peran baru di tempat kerjanya . Namun, satu hal yang semakin terasa jelas adalah kedekatannya dengan Zidane, asisten pribadi Raka.
Zidane mulai lebih sering menghubunginya, terutama untuk memastikan bahwa Rania baik-baik saja , atau sekadar mengajak Rania berbicara tentang hal-hal random. Setiap kali mereka bertemu, ada kehangatan yang mulai tumbuh antara mereka, meskipun mereka berdua belum pernah mengungkapkan perasaan secara langsung.
Suatu hari, setelah selesai membersihkan ruang kantor Raka, Rania sedang duduk di pantry, menyegarkan diri dengan secangkir teh. Zidane datang menghampiri, kali ini tanpa agenda pekerjaan.
"Rania, apakah kamu sedang ada pekerjaan?" tanya Zidane sambil duduk di sebelahnya. Rania menoleh, sedikit terkejut.
"Tidak ada pak,saya sedang longgar, ada yang bisa saya bantu?" jawabnya, mencoba tersenyum.
Zidane sedikit tersenyum, meskipun ada kesan canggung di wajahnya. "bagaimana kalau pulang kerja kita makan malam bersama. Aku bisa ajak kamu jalan-jalan sebentar, kalau kamu tidak keberatan."
Rania merasa ada yang berbeda dari cara Zidane memperlakukannya belakangan ini. Mungkin dia hanya ingin berteman, tapi ada sesuatu dalam tatapan mata Zidane yang membuatnya bertanya-tanya. "jalan-jalan kemana pak?" tanyanya dengan hati-hati.
"Ke tempat yang tidak terlalu jauh. Aku tahu sebuah taman kecil, cukup sant, dan adem. Bisalah untuk ngobrol-ngobrol," jawab Zidane sambil tersenyum, memaksakan kesan santai meskipun hatinya berdebar.
Rania memikirkan sejenak tawaran itu. Sesekali, dia merasa butuh ruang untuk melepaskan diri dari segala rutinitas di rumah Raka. "Baiklah," akhirnya ia setuju. "Aku juga butuh udara segar."
Sepulang kerja mereka berjalan bersama ke taman yang tidak jauh dari kantor. Taman itu sederhana, dengan pepohonan rindang yang memberi keteduhan. Suasana tenang itu membuat Rania merasa nyaman, jauh dari ketegangan yang kadang ia rasakan di tempat kerjanya . Mereka duduk di bangku panjang, ditemani cahaya lampu yang temaram dan angin sepoi-sepoi. Zidane terpesona melihat rambut Rania yang berkibar terkena angin. Saat daun jatuh di atas rambut Rania Zidane reflek mengambil dan menyurai rambut yang menutupi wajah Rania. Seperkian detik mereka saling tatap," ada daun." Zidane memecahkan keheningan dengan menunjukkan daun yang dia ambil di atas kepala Rania.
"Terima kasih sudah ngajak aku ke sini," kata Rania sambil menikmati udara segar yang menyentuh kulitnya. "Aku jarang sekali punya waktu buat diri sendiri, bahkan kamu orang pertama yang aku terima untuk jalan-jalan malam selama ini aku belum pernah memiliki hubungan dengan seseorang."
Zidane mengangguk, menatapnya dengan pandangan lembut. "Aku juga bisa mengerti. Kadang-kadang, kita butuh waktu untuk sekadar tidak memikirkan apapun ,aku sedikit tidak percaya bahwa kamu belum pernah menjalin hubungan dengan seseorang bolehkah aku tersanjung karena menjadi yang pertama." ucap Zidane sambil tersenyum.
Beberapa menit berlalu dalam keheningan, keduanya menikmati kedamaian di sekitar mereka. Zidane mengajak Rania untuk makan malam " Rania apa kamu memiliki alergi tertentu terhadap makanan?."
"Tidak ada mas,aku omnivora alias pemakan segala,hahahaha."
Zidane merasa gemas dengan perkataan Rania,dia mengacak rambut Rania. Rania yang diperlukan seperti itu malah salting,yang diacak rambutnya eh hatinya ikut ke acak-acak,eaaaa.
Untuk menghilangkan rasa gugupnya Rania mengalihkan perhatian Zidane,"iss jangan diacak-acak dong mas,udah yuk kita cari makan aku lagi pengen penyetan pinggir jalan,mas Zidane bisa kan makan makanan pinggir jalan." Rania m mastikan, karena kebanyakan orang kaya tidak mau di ajak makan di pinggir jalan.
"Kenapa tidak bisa,yang tidak bisa makan di tengah jalan." ucap Zidane sambil tertawa terbahak-bahak.
Rania terpesona melihat ketampanan Zidane yang berkali-kali lipat karena tertawa.
"Ayo,kok malah bengong, terpesona ya sama muka ku yang ga kalah ganteng sama artis Korea." ucapan Zidane yang terdengar narsis menyadarkan Rania dari lamunannya."Apaan sih mas."
"Udah yuk cari makan." ajak Zidane sambil mengulurkan tangannya, Rania menerima uluran tangan Zidane dengan perasaan yang deg degan . Tapi pada akhirnya mereka makan di restoran karena tiba-tiba hujan mengguyur.