"Lupa dengan malam itu? mau lari kemana? kau tidak bisa mengklaim bahwa dia putra adikku, Jenifer Felicia." Reino Arshaka Bernand.
Jalan hidup selalu jadi rahasia tidak ada yang tahu ke depannya bagaimana, seharusnya ini tak harus terjadi tapi itulah kenyataannya.
Jenifer Felicia (23 tahun) wanita berparas jelita dan seorang sekretaris perusahaan ternama menjalin hubungan dengan pria bernama Rakha Bernand, namun di suatu malam ia terlibat scandal dan memiliki seorang anak bersama Reino Bernand yang ternyata merupakan kembaran dari kekasihnya.
Lantas bagaimana dengan kelanjutan kisah mereka?
.
.
SIMAK KISAH SELENGKAPNYA>
•
WARNING!!!
(Terjadi plagiarisme dipastikan akan menerima konsekuensinya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dilla_Nurpasya_Aryany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11
Kediaman Jenifer..
Noah berlari kecil saat pria tampan berjas putih datang, ya Rakha setelah pulang dari pekerjaannya langsung mampir ke rumah Jee.
"Papa.." Excited Noah berlari.
Rakha langsung menyambutnya dan mengangkat Noah ke atas, hingga gelak tawa keduanya begitu nyaring terdengar.
Jee yang melihat itu tersenyum dan duduk di kursi ruang tamu.
Noah ini sudah diberi tahu dan tahu bahwa Rakha bukan ayahnya tapi tetap saja ia memanggil sebutan 'papa'.
"Bagaimana suka mainannya?."
"Suka suka!."
"Syukurlah."
"Sekarang juga mau main lagi." Timpal Noah yang langsung berlari ke tempat bermainnya.
"Hey hati-hati jangan lari Noah!." Ujar Jee khawatir karena anaknya super atraktif.
"Iya mommy." Saut dari dalam.
Rakha hanya terkekeh.
Kini di ruang tamu itu hanya mereka berdua.
"Minumlah kau pasti capek." Ujar Jee pada Rakha yang melepas jas dokternya.
"Iya sayang terimakasih." Rakha minum sampai habis.
"Bagaimana harimu di kantor? apa kakak ku tidak memperlakukan buruk?." Tanya Rakha.
"Tidak, dia bersikap layaknya seorang pemimpin cuma kakakmu memang seperti itu ya?." Jee tak melanjutkan ucapan.
"Kenapa?."
"Terlihat tak berperasaan."
"Memang, tapi tak usah khawatir akan ku titipkan dirimu."
"Rakha..." Jee memegang erat tangan kekasihnya. "Tak usah aku bisa sendiri."
Pria itu tak langsung menjawab, ia merapikan rambut Jee ditatapnya hangat. "Baiklah."
"Oke."
"Jee.."
"Iya?."
"Kita sudah 4 tahun bersama apa kau tidak ada rencana untuk memulai rumah tangga? aku sudah siap dalam hal apapun dan ini impianku." Rakha mengutarakan isi hatinya.
Jee menunduk sebentar setelahnya menatap Rakha dalam. "Banyak ketakutan yang aku rasakan, sampai tidak ada dalam benakku untuk menikah Rakha."
"Lihat aku.." Rakha meraih wajah cantik itu agar menatapnya.
"Apa kau menyayangiku? setelah sejauh ini apa ada sikap aku yang membuatmu sakit?."
Jee menggeleng. "Aku memang menyayangimu tapi rasa tidak pantas ini membuat aku sadar jika kita tak cocok jika harus menikah, aku jahat Rakha."
"Apa se-trauma itu Jee?." Batin Rakha bertanya, kecewa? ya Rakha kecewa tentunya karena Jee seperti tidak mau melangkah ke depan dan membuka halaman baru, namun Rakha juga tak bisa menyalahkan apalagi memaksa karena rasa trauma itu mungkin begitu menghantui Jenifer.
"Rakha aku tak mau menyakitimu lebih dalam lagi, ketika kau banyak harapan terhadapku ini semakin tersiksa, aku rasa kita cocoknya saling menyayangi sebagai sahabat seperti dulu lagi." Jee berani mengatakan itu dengan suara gemetar.
"Jee..."
"Kau boleh datang ke sini untuk menemui Noah dan aku kapanpun, aku tidak akan pernah lupa dengan semua kebaikan mu aku sangat menyayangimu juga tapi di sisi lain aku tak bisa." Kini tangis Jeni pecah.
Rakha yang tak bisa berucap sepatah kata pun langsung memeluk wanita itu. Apa ini pikirnya? mereka saling menyayangi namun harus berpisah karena keadaan?.
Jara yang melihat kejadian itu langsung membawa Noah bermain di tempat lain.
Bagi Rakha seperti ada sesuatu hal besar yang masih ditutupi oleh Jeni, tapi ia tak mau memaksa. Berat tentunya pertimbangan ini sampai pria itu terdiam seribu bahasa.
Jee menangis terisak di pelukan Rakha sampai ia dapat kembali tenang, dengan lembut pria itu menghapus air mata Jee. "Sudah tak apa..."
"Berikan aku waktu untuk sampai bisa benar-benar melepasmu, dan kita akan seperti dulu lagi sebagai seorang sahabat." Lirih Rakha dengan berat hati, dirinya hancur setelah berani mengambil keputusan itu.
"Benar ini berat bagi kita berdua dan perlu break, tak mungkin terus-terusan aku memaksa Jee. Its okay kita mulai lembaran baru dengan perlahan, tetap panggil aku ketika ada kesulitan." Lirih Rakha.
"Iya Rakha."
Mungkin ini egois, tapi tetap harus dilakukan daripada semakin menyakiti Rakha.
.
.
Beberapa hari kemudian..
Adorn Corp.
Klotak! klotak! klotak!
Jee berlari kecil dan kini sampai di ruang direktur utama.
"Maaf pak saya telat." Ujar Jenifer membungkuk hormat.
Rei menurunkan map nya dan melihat wanita cantik yang ngos-ngosan di hadapan. "Jam berapa ini?."
"Masih pukul 06:55 tersisa lima menit lagi." Jelas Jee, karena batas terlambatnya pukul 07:00.
"Saya minta datangnya kapan?."
"Pukul 06:30."
"Jadi?."
"Saya terlambat, di jalan macet pak."
"Pimpinan mu bukan yang dulu lagi, apa saya pantas dipanggil pak?." Timpal Rei dengan angkuh.
Jee memberanikan diri menatap wajah itu. "Siap salah tuan."
"Bagus."
"Jadi saya disuruh datang pagi-pagi buat apa? sebelum lanjut ke pekerjaan?." Ujar Jeni memperjelas lagi.
"Tidak ada, saya mengetes kecekatan anda saja dalam memenuhi panggilan."
"Ha!?." Gila pikirnya.
Rei mengerutkan kening dengan reaksi Jeni.
Sadar akan kesalahannya tidak sopan Jee langsung membungkuk hormat. "Bukan apa-apa pak, jika tidak ada yang bisa saya bantu lagi saya kembali ke ruangan."
"Ya, kembali dalam 15 menit!." Dingin Rei yang langsung mengotak-atik komputer nya.
"Baik."
Jeni memutar badan dan melangkah keluar dari ruangan itu, ia memutar mata malas karena begitu kesal. Rela tak mandi untuk datang pagi-pagi tapi sesampainya hanya dites? benar-benar menjengkelkan.
"Ceo gabut!." Makinya ketika sampai di ruang sekretaris.
.
Cus tinggalkan jejaknya para readers kesayangan!🤗🥰