Lusiana Atmaja adalah seorang wanita keturunan konglomerat. Hanya saja karena satu kesalahan dia menikah dengan keluarga biasa dan menjadi pelayan keluarga suaminya.
Pernikahannya dengan orang biasa itu membuat keluarganya marah besar dan mengusirnya. Dia hidup dengan keluarga suaminya yang datang sebagai penolong.
"Lusiana, kau tak perlu cemas. Aku akan membahagiakanmu dan anak kita." Sayangnya ucapan Haris itu hanya pemanis di awal kisah rumah tangga mereka.
Lusiana harus hidup menderita dengan ibu mertua, adik ipar dan suaminya yang mulai tidak setia. Satu-satunya penyemangat hidupnya adalah Raymond Bobby Atmaja, putra kesayangannya.
Tapi sayang putranya itu mengidap penyakit mematikan yang dapat merenggut nyawanya kapan saja.
"Mama, saat aku dewasa kelak, aku pasti akan membuat mama bahagia. Aku juga akan melindungi mama," ucap pria manis kecil itu dengan wajah pucat diiringi oleh tangisan Lusiana disisinya.
Penasaran kisah selanjutnya?
Baca aja! Komen,vote,dan like juga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indirani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Jantung mereka serasa berhenti berdetak. Takutnya kejadian pada Haris menimpa juga pada Ibu Salma dan Chika.
Sebenarnya perasaan Lusiana sudah stabil tapi mereka malah mengingatkannya pada Ayah Lusiana yang telah mengusir mereka.
Apa mereka tidak tahu malu? Apa mereka merasa nyaman meminta bantuan dengan orang yang sudah menghina mereka?
Tak ada sepatah kata pun keluar dari mulut Lusiana sehingga Ibu Salma pun segera meminta maaf. "Menantuku, maafkan aku kalau perkataanku mengorek luka lama, tapi anakku tak memiliki cara lain selain meminta bantuan keluargamu untuk mendapat proyek penting itu."
"Mama, tangan mama berdarah." Lusiana tersadar saat mendengar suara surgawi dari bocah kecil di sebelahnya. Lusiana melihat tangannya yang telah penuh darah.
Ibu Salma tidak tinggal diam. Dia segera meminta Chika untuk mengambil kotak p3k dan membawanya ke hadapan Lusiana. Awalnya dia ingin membantu Lusiana memasang perban karena usulan dari Ibunya.
"Tidak perlu! Aku bisa memasang perban sendiri," ucap Lusiana yang segera membalut luka di tangannya dengan perban setelah memberikan obat pada area sekitar luka.
Chika kembali ke tempat duduknya dan melihat Lusiana menangani lukanya sendiri. Wajah Raymond terlihat tidak bersahabat saat melihat nenek atau pun bibinya yang telah membuat ibunya berdarah.
Haris pun berusaha menuangkan perhatian dengan menanyakan keadaan Lusiana. Tapi dasarnya hati Lusiana sudah mentah, dia tak terlalu menghiraukan Haris dan mengabaikannya.
"Aku akan memperkerjakan 5 orang pembantu untuk menangani rumah ini. Satu tukang kebun, 2 pembantu untuk membersihkan semua ruangan, 1 pembantu untuk mencuci pakaian kalian semua, dan 1 pembantu untuk memasak."
"Tapi bagaimana kita menggaji mereka semua? Tentu biaya makan juga akan bertambah?" Tanya Ibu Salma dengan nada terkesan pelit.
Lusiana tersenyum getir. Padahal dia sering memberikan puluhan juta pada anaknya beberapa kali sehari, sedangkan menggaji pembantu dia tidak mau.
"Mama tidak perlu khawatir, gaji mereka berlima tidak akan lebih dari 100 juta perbulan. Karena itu aku tidak keberatan untuk membayar gaji mereka sepenuhnya."
"Lagi pula gaji mereka tidak sebesar pengeluaran Chika. Jadi mama tidak perlu khawatir. Kita juga memiliki banyak kamar pembantu yang kosong di belakang. Dari pada menjadi sarang hantu lebih baik di isi."
Lusiana yang telah menyelesaikan perban di tangannya menyingkirkan kotak p3k dari meja makan.
"Tapi mama merasa tidak nyaman jika ada orang lain yang berkeliaran. Bagaimana jika mereka mencuri perhiasan mama atau melakukan hal jahat lainnya?"
"Mama tidak perlu khawatir berlebihan. Aku mengambil pembantu dari yayasan yang memang sudah terpercaya."
"Tapi.... " Ucapan Ibu Salma dipotong oleh Lusiana.
"Apa maksud mama selalu menolak saat aku ingin membawa pembantu kemari? Apa mama ingin selalu menjadikan aku babu di rumah ini?"
"Ini adalah rumahku, aku yang berhak menentukan siapa saja yang bisa tinggal di rumah ini. Jika mama keberatan dengan keputusanku, mama bisa mencari rumah lain," tegas Lusiana.
Ibu Salma langsung syok. "Maksudmu kau mengusirku dari rumah ini?"
"Lihatlah nak, istrimu sudah berani tidak menghormatiku dan ingin mengusirku dari rumah." Ibu Salma menitikkan air mata dan dia kemudian ditenangkan oleh Chika di sebelahnya.
"Sudahlah ma, memang nasib kita dari keluarga miskin makanya bisa diinjak seenaknya seperti ini," sahut Chika sembari melirik pada Lusiana yang menatap mereka.
"Kau... Beraninya kau mengusir ibuku?" Nada tinggi dari Haris membuat Lusiana menoleh dan tatapan dinginnya itu membuat Haris hanya bisa terdiam karena teringat akan kejadian kemarin saat lengannya dipatahkan.
Lusiana mengalihkan lagi pandangannya pada Ibu Salma dan Chika. "Sudah dramanya? Sebenarnya aku tidak bermaksud mengusir kalian. Tapi jika kalian ingin pergi dari rumah ini. Pintu keluar terbuka lebar untuk kalian."
Lusiana segera berdiri dan menggendong Raymond kembali ke lantai atas ke kamar anaknya.
"Wanita sialan itu...,"geram Chika. Dia menoleh ke kanan pada ibunya dan bertanya, "Ibu, Kakak, apa yang selanjutnya akan kita lakukan?"
"Cih, aku benci jika harus melakukan itu. Tentu saja seperti rencana Rebecca. Aku akan mencari cara lain untuk mengambil uangnya," ucap Haris dengan wajahnya yang mengkerut karena kesal.
Sementara itu di kamar Raymond Lusiana bertanya sekali lagi apda bocah kecil itu. "Raymond benar kuat kalau pergi sekolah?"
"Iya mama, Raymond mau ke sekolah dan belajar. Hari ini Raymond membawa banyak Rubik untuk teman-teman. Waktu itu mama kan sudah membeli banyak rubik." Raymond menunjuk sebuah kotak yang berisi tumpukan Rubik.
Lusiana menunduk dan mengucek rambut Raymond dengan lembut. "Baiklah, kalau begitu mama akan memandikan Raymond."
Raymond dan Lusiana pun bersiap-siap dan mengantar Raymond ke sekolah. Mereka pun tiba di Tk Cahaya Gemilang dan disambut oleh Bu Heni.
Di dalam kelas Bu Heni membagikan Rubik yang sudah di bawa oleh Raymond. Wajah anak-anak seusianya nampak antusias. Raymond juga tampil ke depan kelas dan mengajarkan mereka memainkan Rubik.
Tapi memang dasarnya anak-anak mereka cepat bosan dan tak lagi mau bermain Rubik. Apalagi susah untuk menyamakan warna di tiap sisinya. Ajaran yang diberikan Raymond pada mereka tidak sanggup diterima oleh otak mereka.
Raymond merasa sedih hingga Bu Heni membawa seorang gadis kecil berambut pendek dengan mata yang sedikit angkuh ke dalam kelas.
"Semuanya, kita kedatangan murid baru loh. Nah Sesil ayo perkenalkan dirimu," ujar Bu Heni pada gadis kecil di sebelahnya.
"Hai semuanya, namaku Sesil Andreas." Perkenalan singkat itu membuat semua orang terdiam. "Ah, bu guru aku mau duduk di sebelah bocah yang memegang Rubik itu."
Gadis kecil itu menunjuk Raymond dan guru setuju karena kebetulan Raymond duduk sendirian dan tidak punya teman dekat. Barangkali kedatangan gadis ini akan membawa perubahan yang cukup baik di kelas.
Gadis itu berjalan ke arah Raymond dan menunjukkan sebuah Rubik V-Cube 7 miliknya. Raymond yang menyukai Rubik langsung terbelalak melihat Rubik dengan kubus yang begitu banyak.
"Rubik kubusmu itu hanya Rubik mini lihat milikku. Ini Rubik dengan banyak kolom. Kau pasti tidak akan bisa menyamakan warnanya." Sesil segera membongkar tasnya di meja Raymond dan mengeluarkan semua Rubik miliknya.
Hal itu membuat teman sekelas mereka heboh karena melihat Rubik dengan berbagai macam bentuk. "Ini adalah Rubik Ufo, yang ini Rubik Tower, yang ini Rubik Domino, dan ini Rubik Pyraminx," terang Sesilia pada Raymond dan anak-anak yang mengelilingi mereka dengan pandangan takjub.
"Wuah," teriak semua anak-anak yang baru pertama kali melihat rubik berbagai bentuk.
"Semua ini untukmu bocah tampan, asal kau menikah denganku, bagaimana?" Raymond yang tergila-gila dengan rubik tentu saja mengangguk setuju dengan semangat.
Matanya berbinar saat dia berkata, "tenang saja gadis rubik, Raymond pasti akan menikahimu dan bertangungjawab. Kita akan memiliki anak yang cerdas karena suka Rubik."
Senyuman dan kata-kata janji manis dari Raymond membuat gadis kecil itu tersipu. Bu Heni hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah menggemaskan gadis kecil itu.
giliran upload cuma 1 😌 kan penasaran lanjutan nya
🥰