NovelToon NovelToon
Bereinkarnasi Sebagai Penjahat Sampingan

Bereinkarnasi Sebagai Penjahat Sampingan

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Sistem / Barat
Popularitas:9k
Nilai: 5
Nama Author: J

Cerita Generik tentang reinkarnasi di dunia lain dengan gimik sistem ala-ala game.
.
Arga mati tertabrak truck (standar awalan kisah isekai) kemudian berienkarnasi di dunia yang serupa dengan game favoritnya, sebagai Argeas Danae, seorang Penjahat Sampingan, yang akhirnya akan mati di tangan tokoh jagoan.
.
Ikuti kisah Arga/Argeas dalam upayanya menghindari kematian menggunakan pengetahuan tentang seluk beluk dari game favoritnya tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon J, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Party

"Kita tidak boleh menyia-nyiakan waktu selagi berada disini," ujar Argeas setelah tiba di depan mulut gua yang ia maksud.

"Ayo, Lu. Ada labirin yang harus ditaklukan."

Dan Argeas bersama Rubah Elemental nya segera memasuki mulut gua yang berbentuk seperti sebuah mata itu.

.

Dengan pengetahuan Argeas tentang seluk beluk labirin tersebut, tak lebih dari 3 jam ia melakukan penjelajahan, satu jalur dari labirin itu telah berhasil dibersihkan.

Dan beruntungnya Argeas mendapatkan [Sigil of Metalurgy] dalam percobaan pertamanya. Yang rencana akan ia hadiah untuk Evangeline.

Itu karena [Sigil of Metalurgy] memiliki efek 100% Success saat pemiliknya melakukan Alchemy menggunakan unsur logam.

-

-

Esok paginya Argeas memberikan hasil dari penjelajahannya semalam kepada Evangeline setelah selesai sarapan.

"[Sigil of Metalurgy]? Dari mana kau memperolehnya?" tanya Evangeline saat Argeas memberikan potongan kayu berbentuk segi lima berukir Rune itu padanya.

"Aku kelupaan memberikan hadiah ini kemarin. Ini ku beli dari pedagang Nomad yang kebetulan singgah di wilayah Danae sama seperti barang-barang yang lain," ujar Argeas berbohong.

Evangeline terlihat menyipitkan matanya menatap ke arah Argeas dengan curiga.

"Kenapa? Kau tidak percaya?" Argeas mencoba berpura-pura.

"Sudah, ayo. Kata Carla, Marquis dan ibu mu sudah menunggu di ruang tengah," lanjutnya mengalihkan pembicaraan.

"Oh, benar. Terima kasih untuk ini," balas Evangeline kemudian. Tatapan gadis 17 tahun itu masih terlihat penuh curiga ke arah Argeas.

"Tidak masalah, toh aku tidak memerlukannya," ucap Argeas yang sudah bergegas pergi.

-

Malam harinya, Argeas kembali menjelajah ke Gua Labirin untuk membersihkan sisa jalur yang lain. Karena tujuan utamanya adalah membersihakan semua jalur untuk mendapatkan senjata yang cukup ampuh. Yaitu [Elemental Sword].

Dan untuk malam keduanya kali ini Argeas mendapatkan [Gluttony Mask]. Topeng yang memiliki efek [Invicible] bila berhasil membuat combo serangan tanpa terputus.

Perlengkapan sihir yang lebih cocok digunakan untuk petarung fisik yang mengandalkan kecepatan, dibanding dirinya yang seorang penyihir.

Dan karena hampir saja ketahuan oleh penjaga saat kembali memasuki tembok bagian luar kastil malam sebelumnya, maka sekarang Argeas mengembalikan Lushu ke dalam Insignianya dan memilih untuk memanjat tembok menuju jendela kamarnya.

Argeas baru saja memasuki kamar saat tiba-tiba terdengar suara yang mengejutkannya.

"Sudah ku kira kau pasti melakukan sesuatu di malam hari."

"Eve?!" Suara Argeas tercekat karena terkejut. "Kau mengejutkanku. Ke-kenapa kau berada disini?" lanjutnya sedikit terbata.

Terlihat calon tunangannya sedang duduk di salah satu sofa menghadap ke arah ranjang.

"Aku menunggumu," balas Evangeline dengan santai.

"I-ini sudah dini hari. Apa... kau menungguku semalaman disini?" Argeas menjawab dengan gugup.

"Bukan itu hal pentingnya. Dari mana kau semalaman? Dan sejak kapan kau melakukan hal ini?" tanya Evangeline sembari berdiri dari sofanya dan berjalan agresif ke arah Argeas.

"Itu... begini..."

-

"Kau apa?! Menjelajah ke dalam Gua Labirin {El-Vana}?!" seru Evangeline setelah mendengar penjelasan dari Argeas.

Mereka berdua duduk di sofa saling hadapan-hadapan.

"Apa jangan-jangan Sigil yang kemarin kau dapat dari gua itu?" Evangeline menebak. Yang hanya dibalas dengan anggukan kecil oleh Argeas.

"Sudah kuduga. Pantas saja aku merasa aneh kau menyusulkan hadiah di hari kedua kau berada disini." Evangeline mengangguk-angguk kecil seolah bangga atas kemampuannya menilai.

"Ya, aku akui tingkahku memang mencurigakan," balas Argeas tanpa pembelaan.

"Tak banyak yang bisa memasuki gua labirin itu. Para petualang di wilayah ini saja cukup kesulitan melakukannya. Meski mereka yang berlevel di atas 50. Eh, sebentar...." Tiba-tiba gadis itu menjedah.

"Memang berapa Levelmu sekarang, Ar?" tanyanya kemudian karena baru saja teringat akan hal tersebut.

"Hm... saat ini 68," jawab Argeas dengan enggan.

"Enam puluh delapan?!" Evangeline terlihat benar-benar terkejut.

"Jangan beritahukan kepada siapapun," balas Argeas buru-buru.

"Aku tahu kau memiliki class langka sejak lahir. Tapi aku tidak menyangka kau akan semengejutkan ini," ujar Evangeline mencoba untuk tenang.

"Sebentar... kalau tadi kau bilang levelmu sudah 68, berarti classmu sudah berubah 2 kali?" Gadis itu kembali bertanya.

"Tidak juga. Karena berbeda dari class [Mage], class [Arcmage] berubah hanya saat menyentuh level 50. Meski di level 30 tetap mendapat Ultimate Skill Class, tapi tidak ada perubahan nama." Argeas menjawab dengan sedikit menjelaskan.

"Lalu sekarang classmu apa?"

"[Battle Arcmage]" Argeas menjawab.

"Oh... benar. Class itu setara dengan [Divine Knight] pasukan penjaga raja." Kali ini Evangeline mencoba untuk tidak terlalu terkejut mendengar jawaban-jawaban dari calon tunangannya itu.

"Apa jangan-jangan semua perlengkapan sihir yang kau berikan padaku sebelum ini adalah hasil dari penjelajahanmu saat berada di wilayah Danae?" tebak Evangeline yang kembali teringat akan hal tersebut.

"Ya, benar." Argeas menjawab.

"Sudah kuduga. Karena benda-benda itu terlalu langka untuk bisa dibeli dari seorang [Merchant]. Apa lagi Nomad," balas Evangeline.

"Dan apa jangan-jangan setelah ini kau berencana untuk memberiku [Mechanist Crest]?" tebak gadis itu lagi.

"Oh, apa kau menyadarinya?" Bukannya menjawab Argeas malah balik bertanya.

"Jelas. [Magitech Archetype] adalah hal yang didamba-dambakan oleh setiap [Mechanist] dan [Alchemist] disamping tingkatan class asli mereka. Dan sebentar lagi aku juga akan naik ke class [Chemist]" Evangeline menjawab.

"Ya, kurasa kau benar," balas Argeas.

[Magitech Archetype] yang dimaksud Evangeline itu adalah yang diperlukan untuk mendapat [Platinum Alchemist]. Semacam class sampingan di luar class asli.

Memang kelebihan yang dimiliki orang-orang dari class [Erudite] itu adalah mereka dapat menggunakan lebih dari satu class dengan mendapatkan

Dan untuk mendapatkan [Magitech Archetype], diperlukan 3 hal. Yaitu 2 keahlian khusus Non-Combat, dan class lain selain class aslinya.

Yang mana hal itu bisa dicapai dengan memiliki 3 lambang tertentu. Yaitu :

[Sigil of Thaumaturge] untuk mempelajari sihir dasar meski bukan dari class [Mage].

[Sigil of Metallurgy] untuk meningkatkan keberhasilan saat melakukan proses Alkimia pada material logam.

Dan terakhir, [Mechanist Crest] atau [Alchemist Crest] untuk mengisi posisi class sampingan tergantung dari class aslinya.

Jadi untuk Evangeline yang akan mengambil class [Alchemist], berarti dia memerlukan [Mechanist Crest] sebagai pengisi class sampingannya.

Dan sebaliknya. Untuk yang memiliki class [Mechanist] berarti dia memerlukan [Alchemist Crest] sebagai pengisi class sampingannya.

"Aku bukannya tidak senang kau memberikan semua itu untuk ku, Ar. Tapi bila itu membayakanmu...."

"Jangan kuatir. Aku mengerti akan kemampuanku. Maka dari itu aku tidak langsung mencarikan ketiganya untukmu. Karena aku tahu bahayanya dan harus mempersiapkan diri untuk melakukannya." Argeas mencoba meyakinkan calon tunangannya bahwa dia tidak sedang dalam bahaya saat melakukan hal-hal tersebut.

"Apa itu berarti kau juga sudah mengincar [Mechanist Crest]?" Evangeline bertanya.

"Ya, bisa dibilang. Tapi mungkin butuh waktu sedikit lama. Mungkin setelah aku memasuki akademi," balas Argeas sambil tersenyum kecil.

"Aku sudah tidak bisa berkata-kata lagi, Ar," balas Evangeline yang terdengar pasrah.

"Lalu bagaimana kau bisa ke {El-Vana} tiap malam dan kembali sebelum pagi? Gua itu berjarak setengah hari dari kastil ini," tanya gadis itu lagi karena penasaran.

"Itu..."

"Itu apa?"

"Aku dibantu."

"Oleh siapa?"

"Oleh Fairy..."

"Fairy?!"

Argeas mengangkat tangan kananya dan mulai mengaktifan Regalianya.

Terlihat di punggung tangan kanan pemuda itu lambang Fairy Regalia menyala hijau kekuningan di remang cahaya kamarnya.

"Itu [Fairy of Regalia]? Kau melakukan Aura Pact dengan Fairy penguasa?" tanya Evangeline yang seolah mengharapkan jawaban 'tidak' atau 'bukan' dari calon tunangannya itu.

"Benar. Aku melakukan kontrak dengan Ascian." Argeas menjawab.

"Penguasa daratan dan hutan?" tanya gadis itu lagi mencoba untuk memastikan pendengarannya.

"Benar. Karena itu aku bisa melakukan teleportasi dari hutan di luar kastil ini langsung ke Gua Labirin {El-Vana} dan kembali sebelum pagi," jelas Argeas.

"Kenapa kau semakin lama terdengar semakin tidak masuk akal, Ar," balas Evangeline seraya mengusap pelipisnya.

"Lalu apa lagi yang masih kau sembunyikan dariku?" tanya gadis itu lagi kalau-kalau masih ada hal mengejutkan lain dari calon suaminya itu.

"ini?" Argeas menyingsingkan lengan baju tangan kanannya dan menunjukkan tato Insignia miliknya kepada Evangeline.

"[Beast Master Insignia]? Apa kau bercanda?" Evangeline terlihat menggeleng pasrah.

"Lu," panggil Argeas yang memicu sinar terang dari gelang tato di pergelangan tangannya itu.

Seekor rubah dengan 4 ekor muncul dari sinar tersebut dan segera tubuhnya memenuhi ruang kamar itu.

"Ach!" Teriakan Evangeline tercekat saat mendapati Mytical Beast yang muncul dengan tiba-tiba itu.

"Jangan takut. Dia tidak akan melukaimu," ucap Argeas segera. "Kecilkan tubuhmu, Lu," lanjutnya memberikan perintah kepada Lushu.

Dan dengan seketika ukuran tubuh rubah itu menyusut dengan cepat sampai sebesar anak anjing yang terlihat imut. Agar Evangeline tidak merasa terintimidasi olehnya.

"Kau memiliki [Familliar] Rubah Elemental?" Evangeline mencoba mengatur nafasnya.

'Apa kau pasangan dari tuanku?' Suara berkarakteristik perempuan terdengar menggaung dalam benak Evangeline. Yang membuat gadis itu terkejut.

"Woa... apa Rubah Elemental ini baru saja bicara padaku?" tanya gadis itu sambil bergantian menatap ke arah Lushu dan Argeas.

"Namanya Lushu." Argeas memberi tahu.

"Oh, Lushu." Evangeline terlihat berjongkok mencoba mengusap kepala rubah sebesar anak anjing itu.

"Benar. Aku calon pendamping tuanmu. Salam kenal Lushu. Aku Evangeline. Kau bisa memanggilku Eve," ucapnya setelah mengusap kepala Lushu.

'Aku akan memanggilmu, Nyonya.' Lushu membalas.

"Ah... ya... kurasa itu juga tidak apa-apa." Terlihat Evangeline tersenyum lebar mendengar balasan dari rubah empat ekor itu.

Dan setelah Evangeline puas mengusap kepala Lushu, Argeas pun kembali memasukan rubah itu ke dalam Insignianya.

"Kau tidak memiliki Aeon juga, kan?" Evangeline bertanya memastikan.

"Tidak. Menurut Ascian tak ada satupun Aeon di wilayah Danae ataupun wilayah timur ini." Argeas menjawab.

"Oh, jadi bila memang ada, kau juga akan berusaha mendapatkannya?"

"Bukankah akan menguntungkan bila memiliki ikatan dengan salah satu dari Aeon tersebut?"

"Bukan itu inti dari petanyaanku barusan." Kembali Evangeline menghembuskan nafas pasrahnya.

Dan kemudian Argeas pun mulai bercerita banyak hal tentang penjelajahannya selama ini kepada calon tuangannya tersebut.

.

"Ah, aku ada ide. Bagaimana kalau kau ikut bersamaku besok malam?" ucap Argeas memberi tawaran ke calon tunangannya setelah selesai bercerita.

"Ikut bersamamu dalam hal apa? Menjelajah {El-Vana}?" Evangeline bertanya memastikan.

"Benar."

"Apa kau sudah gila? Aku baru level berapa? Dan aku seorang [Erudite] kau ingat? Aku tidak terlahir sebagai petarung."

"Tak perlu kuatir. Serahkan semuanya padaku. Aku akan melindungimu. Kau hanya perlu meningkatkan level saja nantinya. Tak perlu bertarung segala."

"Apa kau yakin?"

"Seratus persen. Lagi pula kita hanya menjelajah tak lebih dari 2 jam. Jadi tidak akan terlalu melelahkan juga."

"Hm... baiklah kalau memang begitu."

Evangeline terlihat masih sedikit ragu saat mengangguk menjawab ucapan Argeas.

-

-

Malam berikutnya di kamar Argeas.

"Apa kau yakin ini aman, Ar?"

Evangeline terlihat sedikit ragu saat hendak menaiki punggung Lushu.

"Jangan kuatir," balas Argeas seraya menyusul naik saat calon tunangannya itu sudah terduduk di punggung rubah raksasa miliknya.

Argeas duduk tepat di belakang Evangeline. Mereka terlihat seperti sedang berkuda berdua.

"Woo... Ini kali pertama aku menunggungi seekor [Mythical Beast]," ucap Evangeline yang terlihat takut tapi juga bersemangat dari atas punggung Lushu.

"Bersiaplah, kita akan berangkat," sahut Argeas seraya memeluk perut Evangeline dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya berpegang pada bagian tubuh Lushu.

Dan tak lama kemudian mereka pun meluncur cepat melewati jendela kamar Argeas menuju hutan terdekat untuk bertemu Ascian.

-

"Wah, benar-benar Fairy," ucap Evangeline saat bertemu dengan Ascian di hutan tak jauh dari Kastil keluarganya.

"Perkenalkan aku Ascian." Suara parau terdengar dari peri serupa kakek-kakek itu saat ia memperkenalkan diri.

"Perkenalkan namaku Evangeline. Kau bisa memanggilku Eve." Evangeline balas mengenalkan diri.

"Jadi gadis ini calon pasanganmu, Ar?" tanya Ascian kemudian. Melayang memutari tubuh Evangeline pelan dengan tatapan seperti sedang meneliti.

"Benar." Argeas menjawab singkat.

"Dan kau ingin membawanya ke Gua Labirin?" Ascian bertanya lagi setelah selesai mengelilingi Evangeline satu putaran penuh.

"Kurasa sudah saatnya juga," balas Argeas dengan santai.

Mendengar jawaban dari pasangan kontraknya itu Ascian pun mengangguk kecil. "Baiklah bila kau berkata demikian."

Dan kemudian sebuah gapura batu penuh belitan akar serta dahan pohon mulai muncul secara perlahan dari dalam tanah setelah Fairy itu mengangkat tangannya.

Itu adalah sihir [Spatial] tingkat tinggi, [Gate]. Sebuah gerbang yang dapat menghubungkan dua tempat secara instant tanpa memperdulikan jarak.

Tingkat menengah dari sihir itu adalah [Teleportasi] yang dapat memindah seseorang ke tempat yang pernah ia datangi tanpa memperdulikan jarak.

Sedang tingkat bawahnya adalah [Warp]. Yang dapat memindahkan seseorang ke suatu tempat dengan sekejap selama masih dalam jangkauan pandangannya.

Dan setelah gerbang batu itu sudah benar-benar berdiri di atas tanah seluruhnya, Ascian pun mempersilahkan Argeas dan Evangeline untuk melewatinya.

Langkah Argeas setelah melewati gerbang batu itu mendarat tepat di depan Gua Labirin {El-Vana}.

Terlihat gerbang batu tadi perlahan mulai tenggelam ke dalam tanah setelah Argeas dan Evangeline melewatinya. Dan kini mereka sudah berada tepat di depan mulut gua.

"Apa kau benar-benar yakin, Ar?" Terlihat Evangrline semakin kuatir saat sudah benar-benar berdiri di mulut Gua Labirin tersebut.

"Tenang saja. Aku dan Lushu akan melindungimu. Kau tinggal ikuti saja perintahku." Argeas mencoba menenangkan calon tunangannya itu.

"Ya, kurasa kau dan Lushu cukup meyakinkan," balas Evangeline dengan nada sedikit ragu.

Dan kemudian mereka pun mulai memasuki gua.

......

Pemberitahuan muncul begitu Argeas dan Evangeline menjejakkan kaki mereka ke dalam gua.

"Oh, jadi ini yang disebut ? Aku baru pertama kali." Argeas tampak terkesima ketika mendapati beberapa jendela hologram baru yang muncul begitu saja di hadapannya,

"Aku juga," sahut Evangeline yang terlihat sedikit terkejut sedikit kagum.

"Statusmu terlihat di sudut kiri atas pandanganku, Eve," ujar Argeas seraya memindah pandangannya ke kiri dan ke kanan. Dan jendela status munggil milik calon tunangannya itu mengikuti di sepanjang gerak pandangannya.

"Oh, status mu juga terlihat di kiri atas sini," balas Evangeline seraya menunjuk ke ruang kosong di hadapannya.

"Terasa tidak nyaman dengan adanya status yang menutupi pandangan seperti ini. Apa tidak bisa dihilangkan saja?" keluh gadis itu kemudian.

"Kurasa tidak bisa. Aku juga merasa tidak nyaman dengan status ini." Argeas juga merasakan hal serupa.

"Jadi lebih baik kita bergerak pelan saja untuk membiasakannya," ujarnya kemudian memberi saran.

"Ya, itu juga rencanaku."

Dan berisi 2 orang dengan seekor [Familiar] itu mulai bergerak memasuki gua lebih dalam lagi.

-

"Ar, aku berusaha untuk percaya padamu. Tapi semakin dalam, aku jadi semakin takut," ujar Evangeline yang tampak menggandeng erat tangan Argeas yang berjalan sedikit di depannya.

"Jangan takut. Kau melakukannya dengan baik sampai sejauh ini, Eve," ujar Argeas yang untuk kesekian kalinya mencoba menenangkan calon tunangannya.

"Tapi sedari tadi kan yang kita lawan hanya Gloom Widow yang memang rendah tingkatannya. Aku yakin setelah ini pasti monster dengan tingkatan lebih tinggi yang akan muncul." Evangeline terdengar seperti sedang meracau karena rasa takutnya.

"Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk melindungimu. Lagi pula kau menggunakan kalung pemberianku, kan?Jadi jangan kuatir. Setidaknya ada [Auto-Barrier] yang akan melindungimu saat ada serangan mendadak," ujar Argeas seraya menggenggam tangan Evangeline lebih erat untuk menenangkannya.

"Aku tetap tidak bisa tenang mendengar ucapanmu itu," balas Evangeline jujur.

Tak lama setelah itu terdengar suara seperti rantai besi yang bergerak cepat saat mereka memasuki sebuah area dengan dekorasi dinding yang sedikit berbeda dari lingkungan di sekitarnya.

Dan tiba-tiba saja sebuah terali besi jatuh dari atas menutup jalan di belakang mereka.

"Woa!" Evangeline berseru karena terkejut sambil menggenggam tangan Argeas dengan lebih erat.

'Oh, area Bos Dungeon rupanya,' batin Argeas yang menyadari akan situasi yang tengah ia hadapi itu.

"Eve, bersiaplah. Sebentar lagi kita akan menghadapi Inferno Arachid," ujarnya memperingatkan Evangeline untuk bersiap.

"Inferno Arachid?!" Evangeline terdengar lebih seperti tidak terima dari pada terkejut.

"Lakukan saja seperti yang sedari tadi kau lakukan. Semua akan baik-baik saja." Argeas memberikan arahan kepada Evangeline seraya memasang kuda-kuda tempurnya.

"Ba-baiklah," balas Evangeline tergagap. Yang kemudian bersiap dengan dalam tasnya.

Dan tak berselang lama, terjatuh dari langit-langit gua, laba-laba sebesar kuda dengan mata semerah ruby, dan garis-garis yang menyala kuning kemerahan di bagian perut dan ekornya.

"Woa!!!! Benar-benar Inferno Arachid?!" Dengan refleks Evangeline menyembunyikan dirinya di balik tubuh Argeas.

"Aku pasti sudah gila mengahadapi monster tingkatan hanya dengan level 26 saja," racaunya kemudian.

Sedangkan Argeas terlihat mulai bersemangat mengarahkan tongkat sihirnya ke lawan di hadapannya.

"Ayo, Lu. Kita mulai!"

'Siap, tuan!'

"Aku benci laba-laba!"

Dan pertarungan pun dimulai.

-

Seperti yang telah diinstruksikan Argeas, Evangeline hanya diperbolehkan melakukan support MP dan HP saja. Berbeda dari pertarungan-pertarungan sebelumnya, kali ini gadis itu tidak diperbolehkan menyerang lawan sama sekali. Karena besar kemungkinan monster laba-laba itu akan menyerangnya balik.

'Untung saja aku sudah bersiap sebelum kemari. Mengingat kejadian saat melawan Mirilith sebelumnya,' batin Argeas ketika serangannya telak mengenai lawan.

"Meski tidak dapat membunuhmu, tapi setidaknya ini akan membuatmu sedikit limbung," lanjutnya yang disusul dengan seruan "Dragonic Flash!" seraya menyabetkan tongkat sihirnya.

Sebuah bilah pisau dari kilatan petir meluncur dan menyengat monster itu hingga lemas tak bergerak.

"Kau sudah menguasai Attribute [Lightning], Ar?"

"Lu. Saatnya!" Tidak menjawab pertanyaan Evangeline, Argeas memerintahkan [Familiar] nya untuk melakukan serangan.

Dan tanpa menjawab rubah berekor empat itu mulai mengeluarkan serangan sihir pamungkasnya [Plasma Blast].

Sinar laser yang dikeluarkan Lushu mengenai tepat di bagian kepala laba-laba besar tersebut yang menyebabkannya buta untuk sesaat.

"Javelin Frost!" teriakan susulan dari Argeas yang dibarengi dengan meluncurnya tombak es tepat ke perut mahluk berkaki delapan itu.

Serangan bergantian antara Argeas dan Lushu berhasil dengan efektif menyudutkan Inferno Arachid tersebut.

Namun begitu dirasa monster itu sudah hampir mati, Argeas memberikan perintah kepada calon tunangannya untuk melakukan serangan akhir. Supaya gadis itu mendapat cukup bagian untuk meningkatkan levelnya.

"Heavy!" seru Argeas mencoba untuk membatasi gerak lawannya.

"Kau juga sudah mempelajari Attribute [Gravity]?" Evangeline masih terus dikejutkan oleh calon tunangannya itu.

"Ya, begitulah," jawab Argeas mencoba untuk tidak memperpanjang tema pembicaraan tersebut. "Sekarang serang monster itu, Eve."

"Apa? Menyerangnya?"

"Ya. Jangan kuatir dia tidak akan bergerak untuk menyerangmu. Dia butuh ledakan dengan daya rusak 1000 HP. Karena kurang lebih sekarang ini HP monster itu sudah di bawah 1000," ucap Argeas memberi penjelasan.

"Benarkah?" Evangeline terlihat sedikit panik. "Oh, baik-baik. Kurasa aku memilikinya." Dan kemudian mengeluarkan sesuatu dari Spatial Storage nya.

Sebuah benda yang dikenali Argeas sebagai [Boom Stick].

Dan kemudian dengan ancang-ancang yang terlihat sedikit berlebih, Evangeline pun melemparkan tersebut ke arah monster yang sudah tidak bedaya itu.

Benda berbentuk seperti tongkat yang panjangnya tak lebih dari jengkalan tangan itu meledak dengan seketika begitu menyentuh tubuh laba-laba raksasa tersebut.

Dan segera angin menerbangkan debu yang menutupi pandangan di sekitar tempat monster itu berada.

Kemudian nyaris tanpa jedah, pemberitahuan pun muncul di benak Evangeline.

...<>...

...<<3000 XP Obtained>>...

...<>...

...<>...

...<>...

...<>...

...<>...

...<>...

...<>...

...<<[Class] Level Up>>...

...<>...

...<>...

...<>...

...<>...

"Oh.. oh..." Terlihat Evangeline melangkah mundur dengan limbung.

"Kau tidak apa-apa Eve?" Argeas segera menghampiri calon tunangannya itu.

"Pemberitahuan yang muncul tiba-tiba itu membuatku kualahan."

"Ya. Aku yakin seperti itu."

"Sulit dipercaya. Kita baru saja mengalahkan Inferno Arachid hanya bertiga saja." Evangeline terlihat bersemangat tapi tidak tahu harus bereaksi seperti apa.

"Dan levelku menggila saat ini. Aku baru saja melewati level 30. Dan classku baru saja berganti [Chemist]," tambahnya seraya menggeleng pelan.

"Baguslah. Mungkin dengan menyelesaikan keseluruhan jalur dalam labirin ini, bisa membantu mempermudah mu menaikan level melewati perubahan class kedua," ujar Argeas seraya berjalan mendekati mayat monster yang baru saja mereka kalahkan itu.

"Maksudmu level 50 ke atas?" Evangeline memastikan.

Yang dijawab Argeas dengan anggukan.

"Aku tidak mengira kalau menaikan level itu bisa terasa semudah ini."

"Storage." Dan Argeas memasukan bangkai monster laba-laba itu ke dalam tempat penyimpanannya.

...<>...

...<>...

...<>...

...<>...

...<>...

"Sepertinya kita harus melakukan sesuatu pada material mentah yang baru saja kita dapat," celetuk Argeas saat mengamati jumlah material dalam Storage nya yang mereka dapat dari penjelajahan kali ini.

"Oh, benar. Kurasa saat ini kau pasti sudah bisa mengolahnya kan, Eve? Jadi akan kuserahkan semua material mentah ini padamu setelah kita kembali," susul pemuda itu seraya mengambil sepasang anting dengan permata rubi berbentuk segi delapan berwarna hitam merah yang tergeletak di tempat monster tadi berada.

...<>...

"Sebentar. Apa jangan-jangan material yang kau berikan padaku sebelum berangkat ke akademi itu juga hasil dari penjelajahan Gua Labirin di wilayahmu?" tanya Evangeline tiba-tiba karena baru saja teringat.

"Reruntuhan kuno lebih tepatnya." Argeas mengkoreksi.

"Ya. Sekarang jadi makin masuk akal. Karena tak mungkin ada Nomad waras yang mau menjual material-material langka seperti itu dalam jumlah banyak." Evangeline terlihat menggelengkan kepalanya.

"Lalu kau mau aku membuat apa dengan semua material itu?" susul gadis itu dengan pertanyaan.

"Sesuatu yang bisa kau jual saat kau berada di akademi," jawab Argeas dengan santai.

"Oh... jadi sekarang kau mau memanfaatkan calon tunanganmu ini untuk keuntungan?"

"Bukannya begitu, tapi kita perlu biaya untuk persiapan masa depan kita. Kita tidak bisa terus mengandalkan orang tua kita, bukan?" balas Argeas jujur.

Karena memang masih banyak hal yang perlu Argeas siapkan untuk memperkuat kemampuannya pribadi dan juga kemampuan calon tunangannya itu. Demi menghindari masa depan yang tidak diinginkan.

"Ar... sekarang kau membuatku senang sampai ingin menangis. Apa kau benar-benar ingin segera menikahiku?" ucap Evangeline seraya berjalan mendekati Argeas.

"Sudahlah, Eve. Kita bahkan belum resmi bertunangan," balas Argeas seraya menekan sebuah panel besi yang menempel di tembok di belakang tempat monster laba-laba tadi berada.

Dan nyaris bersamaan terali besi yang sebelumnya menutupi jalan mulai bergerak naik dengan suara derik yang mengganggu.

"Iya-iya aku mengerti. Aku hanya merasa kau sudah memilikiku sekarang," balas Evangeline sambil mendekap lengan Argeas dengan erat.

-

1
StoN Rp
oj
Reksa Nanta
aku rasa keputusan Argaes untuk memilih kelas B di akademi, adalah keputusan yang tidak adil bagi para murid lainnya.
Reksa Nanta
dalam artian, Argeas kurang cerdas dan jeli dalam mengakali ujian tertulisnya.
Reksa Nanta
Terima kasih untuk penjelasannya, Author.
Reksa Nanta
Serigala kan meman hewan yang hidup dalam kawanan.
Reksa Nanta
Selebar telapak tangan, sepanjang dua ruas jari ?? 🤔🤔
Reksa Nanta
Kenaikan level secara bertubi tubi dalam waktu singkat apakah tidak membebani fisik ?

apakah tubuh tidak akan meledak jika tidak mampu menampung beban level ?
Reksa Nanta
Hati hati, Ar .. Perempuan akan menaruh harapan besar pada kata katamu itu.
Reksa Nanta
Kemungkinan itu bisa jadi besar jika bisa menarik suara rakyat dan adanya kerjasama dengan pihak beastman
Reksa Nanta
Perbedaan persepsi antara laki laki dan perempuan dalam memaknai arti dan tujuan sebuah hadiah.
Reksa Nanta
Di setiap film film, cerita cerita tentang para bangsawan, nama Bennet hampir selalu muncul.
Regard Qianzhou
alur santai
Regard Qianzhou: menenangkan
total 1 replies
ion arashi
Lembut sekali alurnya, menyenangkan sekaligus deg-degan menunggu kejutan ceritanya
ion arashi
gimana cara iklanin nih novel biar banyak yg baca?
Haytrea: Buat Pos (Postingan) Toon, biasanya kalau buka apk Mangatoon ikon nya ada di tengah, kayak globe gitu (atau apalah namanya). Ketuk dan buat postingan. Di bawahnya kan ada pilihan tag (pilih atau buat tag sendiri) dan tautkan karya yang berada di atasnya (di atas tag), cukup ketuk tautkan karya dan ketik nama novel ini, maka jadilah promosi. Bila perlu beri sedikit atau banyak tulisan berdasarkan pengalaman anda membacanya (ringkasan saja). Jangan lupa, untuk memperkuatnya beri tahu di Pos itu nama Penulisnya serta bukti berupa Screenshot (1 atau 2/ terserah jumlahnya).
total 1 replies
Reksa Nanta
Alih alih menggunakan kata 'mau', kata 'bersedia' tedengar lebih sopan.
Reksa Nanta: Yes .. aku baru mulai baca.
Regard Qianzhou: lo baru baca ya reks
total 2 replies
Reksa Nanta
Class ArcMage kan harusnya ?
Reksa Nanta
Ada juga rambut yang berwarna seperti ini ? Hahaha
Regard Qianzhou: ada reks
total 1 replies
ion arashi
serru
Reksa Nanta
Jika Argaes bertemu dengan para petualang dan pemburu harta di reruntuhan ini. Apakah akan terjadi konflik ?
Reksa Nanta
Arga bukannya tidak terlalu dekat dengan keluarganya ya ?!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!