Terjebak Pernikahan Dengan Pria Dingin

Sampai suatu hari tepatnya saat class meeting, ( Class meeting adalah suatu kegiatan perlombaan olahraga yang di lakukan setelah ujian semester selesai.) Fla masuk kedalam gudang dengan pakaian yang sangat kotor dan hidung yang keluar darah.

Anak laki-laki yang selama ini hanya diam setiap melihat Fla menangis pun akhirnya keluar dari persembunyiannya.

"Are you okay?" Tanya anak laki-laki itu.

Sontak Fla yang sedang menangis sambil mendongakkan kepala-nya agar mimisannya berhenti pun langsung menoleh ke arah anak laki-laki itu.

Melihat anak laki-laki yang sangat tampan dan menjadi idola di sekolah, sontak dunia Fla serasa berhenti, apalagi anak laki-laki itu sedang berjalan mendekati-nya.

"Hey, are you okay?" tanya anak laki-laki itu.

"Are they bullying you again?" belum juga Fla menjawab, anak laki-laki itu sudah bertanya lagi.

"Pake bahasa Indonesia aja, Kak, aku gak ngerti Kakak ngomong apa." jawab Fla dengan wajah polosnya.

Anak laki-laki itu tersenyum tipis. Bukan karena mendengar jawaban Fla tapi karena melihat wajah Fla yang memelas.

Sedangkan Fla, tubuh-nya serasa tak bertulang begitu melihat senyuman anak laki-laki itu.

Anak laki-laki itu pun mengeluarkan satu bungkus tissue dari dalam saku celana-nya.

"Pakai ini untuk menyumbat hidung mu." ucap anak laki-laki itu.

Fla pun menerima sebungkus tissue itu dari tangan si anak laki-laki lalu mengeluarkan selembar tissue dari dalamnya kemudian menyumbat hidungnya.

"Mau aku bantu lapor ke guru?" tanya anak laki-laki itu.

"Gak usah Kak." jawab Fla.

"Kenapa? Harusnya kamu lapor, kalau kamu tidak lapor, orang-orang yang membully mu itu akan semakin menjadi-jadi." ucap anak laki-laki itu.

"Kalau aku lapor, nanti satu sekolah yang kena hukum. Kalau mereka semua kena hukum, nanti mereka malah membully ku di luar sekolah. Jadi lebih baik begini." jawab Fla.

"Kamu cerita gak sama orangtua?" tanya anak laki-laki itu.

Lagi-lagi Fla menggeleng.

"Kok gak! Kalau kamu gak mau lapor sama guru, seenggaknya kamu kasih tau orangtua kamu, terus minta pindah dari sini." ucap anak laki-laki itu.

"Orangtua aku jarang dirumah, Kak. Mereka berdua sibuk bekerja, mereka pulang kerja malam kalau aku sudah tidur. Pas aku mau pergi sekolah mereka belum bangun." jawab Fla.

"Kalau Kakak? Atau adik?" tanya anak laki-laki itu.

"Aku anak tunggal." jawab Fla.

Anak laki-laki itu terdiam sesaat. Ia merasa kasihan dengan Fla. Nasib Fla tak jauh beda dengan anak laki-laki itu dimana kedua orangtuanya juga sibuk bekerja.

Anak laki-laki itu pikir nasibnya sebagai anak sudah yang paling menyedihkan, dibanding dengan anak-anak lainnya yang setiap hari di jemput oleh Mama mereka dan diantar sekolah oleh Papa mereka. Tapi ternyata ada yang lebih menyedihkan darinya, yaitu Fla.

Sudah tidak dapat kasih sayang dari orangtua, Fla juga mendapat pembullyan di sekolah. Kalau anak laki-laki itu, meski orangtuanya sibuk, jarang dirumah dan tidak bisa mengantar jemput dirinya, setidaknya anak laki-laki itu tidak dibully disekolah dan punya teman main dirumah, karena anak laki-laki itu punya seorang adik perempuan.

"Kalau begitu, mulai sekarang mari kita berteman. Mulai sekarang tidak akan aku biarkan seorang pun membully mu." ucap anak laki-laki itu.

Mata Fla membulat lebar.

"Yang bener Kak?" tanya Fla tidak percaya.

"Mmm..." jawab anak laki-laki itu sambil menganggukkan kepala-nya.

"Kenalkan, aku Barry anak kelas 6A. Kamu, siapa nama mu?" anak laki-laki itu pun memperkenalkan dirinya sambil menjulurkan tangannya.

"A-aku Flanella, panggil saja Fla, aku kelas 4D." jawab Fla malu-malu, karena kelas dengan akhiran D adalah kelas yang terkenal dengan perkumpulan siswa-siswa nakal dan bodoh. Sedangkan kelas yang berakhiran A adalah kelas unggulan.

Mulai saat itu Fla dan Barry pun menjadi akrab, Barry selalu bersama Fla dan menolong Fla saat ada siswa yang membully, bahkan Barry tak segan-segan melapor ke guru kalau si pembully sudah sangat keterlaluan membully Fla.

Bukan hanya di sekolah saja Fla dan Barry dekat, tapi di luar sekolah mereka pun juga dekat, Fla sering bermain ke rumah Barry dan bermain dengan adik Barry yang masih berusia lima tahun. Begitu pun dengan Barry, Barry juga sering bermain ke rumah Fla dan membantu Fla belajar karena selama ini tidak ada yang menemani Fla belajar makanya nilai-nilai Fla anjlok semua. Orangtua Fla benar-benar tidak memperhatikan pendidikan Fla, bahkan memberikan guru les saja juga tidak.

Barry juga mengajak Fla berolahraga ringan dan selalu menasehati Fla kalau Fla khilaf dengan makanan.

Tapi sayangnya kedekatan Fla dan Barry hanya sebentar karena setelah Barry lulus SD, Barry dan keluarga-nya pindah ke Australia. Walau Barry sudah lulus, Fla tidak pernah lagi di bully. Fla pun menjalankan sisa masa SD-nya dengan tenang di sekolah itu.

FLASHBACK OFF

💋💋💋

Bersambung...

Barry : Barron La Costa. Barry adalah panggilan Barron dirumah.

Jangan lupa tinggalin jejak yah. 💋💋💋