Memiliki kecantikan dan kepintaran saja tidak cukup untuk membuat ibu mertuanya senang padanya. Elleana Bella, seorang wanita karier dan juga ibu yang baik untuk putranya.
Namun ia selalu di cap sebagai menantu yang buruk oleh ibu mertuanya, bahkan suaminya pun selalu memojokan dan menyalahkan dirinya dalam segala hal dan selalu membenarkan kata-kata ibunya.
Bagaimana cara Bella menghadapi sikap toxic ibu mertuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QueenMama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Pagi hari adalah waktu yang paling sibuk untuk Bella. Walaupun ia sudah kembali bekerja, namun ia tidak melupakan kewajiban nya sebagai seorang istri, ia tetap menyiapkan segala sesuatu untuk keluarga kecilnya.
Meskipun hati dan mentalnya terus di hancurkan, Bella tetap berusaha tegar dan menjadi istri, ibu dan menantu yang baik di rumah itu. Hanya putranya saja yang bisa menghargai dan mengerti pengorbanan Bella saat ini.
Walaupun hubungannya dengan sang suami semakin dingin, tapi Bella selalu menunjukan hubungan mereka baik-baik saja di hadapan putranya.
Dan hal itu membuat ibu mertuanya semakin panas, terlebih saat Bella memakai cincin baru yang ia beli dengan hasil keringat nya sendiri. Namun ibu Maya mengira jika Abimana telah memberikan uang lebih banyak pada Bella dari pada uang yang Abimana berikan padanya.
Kini ibu Maya pun mulai kembali membuat ulah agar hubungan Bella dan Abimana semakin renggang dan itu akan menguntungkan baginya. Ibu Maya berpikir jika hal itu terjadi maka sudah di pastikan bahwa ia akan lebih mudah mengatur putranya.
Braakkk.. Ibu Maya pura-pura terjatuh dan hal itu seakan terlihat jika Bella lah yang menjatuhkan ibu mertuanya.
"Bella apa yang kamu lakukan nak? apa salah wanita tua ini padamu, hingga kamu tega mendorongku." Ibu Maya menangis meringis pura-pura kesakitan. Namun Bella hanya diam saja, ia masih terlihat sangat kebingungan dengan ucapan ibu mertuanya.
"Apa maksud ibu?" Tanya Bella yang belum paham maksud ibu mertuanya.
Sedangkan Abimana yang melihat ibu nya terjatuh langsung datang menghampiri nya dan mendorong Bella dengan sedikit kasar.
"Abi, tulang ibu rasanya mau patah sekarang." Ibu Maya mulai terisak menunjukan wajah sedihnya.
"Ibu sungguh tidak mengerti mengapa istrimu sangat membenci ibu, apa salah ibu padanya?"
"Ibu apa maksud ibu? kenapa ibu memfitnahku seperti itu?" Bella tak mengerti mengapa ibu mertuanya terus saja memojokan nya dan terus saja membuat masalah agar Abimana membecinya.
"Sudah cukup Bella! semakin hari kamu semakin keterlaluan! apa salah ibuku padamu?" Abimana kembali menyalahkan Bella dan pertengkaran di antara mereka pun kembali terjadi. Namun Bella hanya diam dan membiarkan Abimana selesai meluapkan kemarahannya.
Bella menghela nafasnya perlahan dan melirik sekilas pada putranya yang terlihat begitu sedih dan terluka karenanya. Kini Bella menarik tangan suaminya masuk ke dalam kamar mereka dan menguncinya.
"Apa yang kamu lakukan? kenapa kamu membawaku kemari aku harus pergi membawa ibuku ke rumah sakit." Abimana menepis tangan Bella sedikit kasar dan mencoba untuk membuka kuncinya kembali.
Namun dengan cepat Bella mencegah suaminya. "Kamu sudah tidak waras Bella."
"Iya aku memang sudah tidak waras. Sudah berkali-kali kau menyakiti ku tapi aku masih tetap bertahan mendampingi mu mas! sekarang puaskan hatimu untuk menamparku atau pun memukuli ku sesuka hatimu, tapi jangan pernah lakukan hal itu di depan putraku!" Bella menarik kerah baju suaminya dan meluapkan segala kemarahan dan kesedihan dalam hatinya pada Abimana.
"Mas kenapa kau tidak pernah bisa memahami aku? apakah kamu sudah bosan hidup denganku?" mulai menangis terisak, tubuhnya pun perlahan mulai merosot di lantai.
Namun Abimana tidak perduli dan pergi begitu saja meninggalkan Bella. "Kenpa kau selalu melakukan ini padaku mas, kenpa kau percaya pada kebohongan ibu." Bella merasa sangat sedih namun tangan kecil datang mengusap air matanya.
"Mama.."
"Sayang, jagoan mama." Bella langsung menghapus air matanya dan kembali tersenyum memperlihatkan wajah cerianya di hadapan sang putra.
"Ayo kita berangkat." Ajak Bella yang langsung di angguki oleh putranya.
Zayn tahu saat ini mamanya tengah merasa sangat sedih, namun sang mama selalu berusaha menyembunyikan segala kesedihannya membuat ia mengurungkan niatnya untuk bertanya.
Zayn selalu berusaha menghibur sang mama. Namun ia tahu luka sang mama sudah terlalu banyak dan sangat sulit baginya untuk menyembuhkan luka itu, hingga perasaan benci terhadap sang papa pun mulai muncul di hati bocah kecil itu.
"Kenapa papa selalu membuat mama menangis padahal Zayn tahu papa pasti melihat nenek lah yang selalu mengganggu mama. Zayn tidak suka papa, Zayn benci papa." Teriak Zayn dalam hati.
"Ada apa nak? kenapa kamu diam saja, apa ada Zayn pusing atau tidak enak badan, ayo katakan pada mama nak?" Bella langsung menepikan mobilnya lalu memeriksa keadaan putranya dengan cemas.
"Zayn baik-baik saja ma, mama jangan khawatir Zayn anak kuat seperti mama." Zayn pun mulai tersenyum ceria membuat Bella merasa lega.
"Zayn masuk dulu ma." Zayn melambaikan tangannya pada Bella dan berlari masuk ke dalam kelasnya.
"Mama bersyukur punya kamu nak, jika tidak ada kamu entah bagai mana hidup mama saat ini. Sampai saat ini aku masih memiliki banyak pertanyaan mengapa ibu membenciku dan mas Abi, apakah ia tak pernah sekalivpun melihat gurat kesedihan di wajah putranya saat ia menaikan suaranya padaku." Bella menutupi wajahnya dengan wajah dan kembali melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu menuju tempat ia bekerja.
Dengan pokus bekerja Bella bisa mengalihkan kesedihan dan kekecewaan dalam hatinya sejenak. Sifatnya yang baik dan ramah membuat ia memiliki banyak teman yang senang dengannya.
Dan hanya disanalah Bella merasa punya teman untuk berbagi masalah dan kesedihannya, namun walau begitu ia tak pernah ceritakan kisah rumah tangganya pada teman-temannya.
"Bella, kenpa kamu masih disini?" tanya Bagas yang kini menghampiri Bella yang masih sibuk dengan pekerjaan nya.
"Hanya tinggal sedikit lagi pekerjaan ku akan selesai." Jawab Bella tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar laptopnya.
"Owhh.. Ayolah Bella, ini waktunya makan siang. Bagai mana kita makan bersama aku akan menteraktirmu bagai mana?" Ajak Bagas.
"Terima kasih sebelumnya Bagas, tapi aku membawa bekal sendiri." Tolak Bella secara halus.
Bagas hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya perlahan. "Kamu memang tidak berubah Bella." Desis Bagas yang kini menatap wajah Bella dengan lekat.
Kini Bella pun selesai dengan pekerjaannya dan bersiap untuk makan siang. Namun kini ponsel Bella terus berdering, tetapi Bella tak langsung mengangkat nya dan membiarkan ponselnya begitu saja.
"Kenpa kamu tidak mengangkatnya?" tanya Bagas yang merasa aneh dengan gelagat temannya.
"Aku akan mengangkatnya sebentar." Jawab Bella yang kini berlalu pergi meninggalkan Bagas.
Lama Bella mengobrol melalui sambungan teleponnya. "Dengar mas itu mobilku, dan kamu tidak memiliki hak apapun untuk menjual mobilku." Bella berusaha menolak keinginan suaminya untuk menjual mobil miliknya tanpa alasan yang jelas bagi Bella.
Hal itu pun di dengar oleh Bagas yang sengaja mengintip Bella di balik pintu.
"Aku bilang tidak, ya tidak mas!" Bella menutup sambungan teleponnya dengan wajah yang terlihat begitu sedih. Inilah mengapa Bella tak ingin mengangkat panggilan telepon dari suaminya, karena saat ia membaca pesan teks yang dikirimkan Abimana yang ingin menjual mobil miliknya.
"Apa kau butuh uang itu untuk ibumu mas?" Tanya Bella dalam hatinya dengan wajah bimbang.
"Apa yang sebenarnya terjadi pada Bella?" Gumam Bagas penuh pertanyaa dalam hatinya.
Bersambung..