NovelToon NovelToon
Regret By Mendayu Aksara

Regret By Mendayu Aksara

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Playboy / Janda / Cerai / Percintaan Konglomerat / Obsesi
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Mendayu Aksara

‎"Mas tunggu, dia siapa? Jelaskan pada ku Mas" seketika langkah kaki Devan terhenti untuk mengejar Wanitanya.

‎Devan menoleh pada Sang Istri yang sedang hamil

"Dia pacarku kinara, dialah orang yang selama ini aku cintai. Sekarang kamu sudah tau, kuharap kau mengerti. Aku harus mengejar cintaku, ak tidak ingin Nesa pergi meninggalkan ku."

‎"Mas kamu ga boleh kejar dia, aku ini istri mu, aku mengandung anakmu. Apakah kami masih kurang berharganya di banding wanitamu itu?" tanya Ibu hamil itu tersendat

"‎Maafkan aku Kinara, aku sangat mencintai Nesa di bandingkan apapun."

"Tapi mas..."

Devan segera melepas paksa tangan Kinara, tak sengaja sang istri yang sedang hamil pun terjatuh.

"Ahhh perutku sakit..." Ringis Kinara kesakitan

"Maaf kinara, aku tak mau kehilangan Nesa" Ucap devan kemudian pergi

‎Kinara menatap kepergian suaminya, dan lama kelamaan gelap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mendayu Aksara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mencintai Kinara

Hembusan angin begitu menyejukkan, membelai siang yang nampak tak terik. Mendung, sejuk merayu siapa saja untuk terbuai dalam istirahat yang lelap.

Di bawah pohon rindang, di tengah perkebunan teh. Tampak Dimas sedang berdiri sembari melipat lengan, membelakangi seseorang yang sedang duduk bertengger santai di akar-akar besar yang muncul di permukaan tanah.

"Cepat katakan apa keperluanmu bertemu denganku, sehingga kau mengajak aku bertemu siang ini. Setelah ini aku mau menemui seseorang, maka waktuku tak banyak !" Ucap Dimas sedikit ketus.

"Saya ingin bertanya hal yang serius padamu" Balas Briyan sembari menatap intens ke arah Dimas yang saat ini ada di hadapannya.

"Katakanlah" Ucap Dimas masih tak menoleh lawan bicara.

"Saya ingin bertanya tentang Kirana Ayu, Kakak iparmu" Tutur Briyan membawa ke arah topik pembicaraan.

Mendengar penuturan tersebut, Dimas menyerengit bingung.

"Ha? Mbak Ayu maksudmu?" Tanya Dimas memastikan sembari sedikit menoleh ke arah Briyan.

Briyan mengangguk cepat.

"Menurut penuturan warga sekitar yang saya dengar, katanya Kirana pernah kuliah di kota. Apakah itu benar?"

Tanya Briyan menatap Dimas masih seintens tadi, sembari berdiri dan melangkah pelan mendekati Dimas

"Benar" Jawab Dimas singkat.

"Kalau begitu, apakah kamu tau sebelum menikah dengan kakakmu Danu, Kirana pernah menikah dengan pria lain di kota?" Ucap Briyan menambahkan

Ekspresi yang tadinya datar, kini menunjukkan keterkejutan yang luar biasa. Dengan cepat tubuh yang tadinya membelakangi, kini mengambil posisi untuk berhadapan dengan lawan bicara, guna mencari kebenaran dari ucapan sang rival.

"Ucapanmu barusan, sebuah penuturan? atau pertanyaan?"

Tanya Dimas masih menerka-nerka dalam ekspresi terkejutnya.

"Kedua nya" Jawab Briyan sederhana

"Tidak mungkin, tau apa kau tentang kakak iparku!?"

Kali ini Dimas meninggikan nada suaranya, tanda tak suka.

"Jika dia benar orang yang ku cari, maka memang betul sebelum menikah dengan Kakakmu, dia telah menikah dengan pria lain, pria itu tak lain adalah sahabatku. Mereka menikah tepatnya tiga tahun lalu, dan sudah dua tahun belakangan ia meninggalkan sahabatku." Tutur Briyan apa adanya seperti yang ia ketahui selama ini mengenai rumah tangga Devan dan Kinara.

Sejenak, tampak Dimas sedang berfikir seolah menyelidik.

Mukanya yang tadi kesal, seketika berubah menampilkan gelak tawa

"Hahahahah, lelucon macam apa ini? Kau tau, Mbak Ayu memang pernah kuliah di kota, tapi itu tujuh tahun lalu. Setelah lulus, ia kembali ke Desa ini dan menjalin hubungan dengan Kakakku, Mas Danu. Tiga tahun setelahnya, mereka menikah. Dari empat tahun lalu semenjak mereka menikah, Mbak Ayu tak pernah jauh dari sisi Mas Danu, apalagi sampai pergi ke luar desa dan menikah dengan Pria lain. Ngelawak kamu.!" Papar Dimas yang masih asik dengan tawanya.

"Ha? Sungguh?" Tanya Briyan tak yakin dengan pemaparan Dimas.

"Tak ada untungnya juga aku bohong pada mu" Jawab Dimas cepat.

Nampak, Briyan menyerengit bingung. Menatap tajam ke tanah sembari memegang dagu. Seoalah sedang berfikir begitu keras.

Melihat hal tersebut, Dimas perlahan menghentikan gelak tawanya. Kembali, ia berucap meminta kejelasan atas topik yang saat ini sedang mereka bahas.

"Hei sekarang giliran aku yang bertanya pada mu. Ada hubungan apa kau dengan Mbak Ayu? Sampai memeberikan penuturan dan pertanyaan demikian?" Tanya Dimas heran.

Jujur, Dimas begitu penasaran dengan alasan Briyan.

"Ha? Kamu tadi bilang apa?"

Tanya Briyan seketika, saat ia sadari Dimas baru melontarkan pertanyaan yang tak sempat ia simak

"Ada Hubungan apa kau dengan Mbak Ayu?" Tanya Dimas lagi mengulangi.

"Atau jangan-jangan kau menyukai kakak iparku itu?"

Tambah Dimas sembari menatap Briyan curiga.

"Apa? Hahah bukan seperti pikiranmu barusan. Saat ini, saya sedang mencari seseorang. Demi membantu menyelesaikan masalah sahabat saya"

Jawab Briyan menyanggah argumen Dimas tadi.

"Benarkah?" Tanya Dimas tak yakin.

"Tak ada untungnya juga saya bohong pada mu"

Jawab Briyan, kali ini dengan kalimat yang sama persis seperti kalimat yang Dimas gunakan saat menjawab Briyan tadi.

Mendengar hal itu, Dimas menatap Briyan tak suka.

"Jangan menggunakan kalimatku, kau sungguh tak kreatif.!" Gerutu Dimas kesal

Briyan hanya tersenyum kecil merespon ucapan Dimas barusan.

Di tengah senyumannya itu, tersimpan begitu banyak pertanyaan yang membingungkan dalam benak Briyan.

"Kau masih bisa mencari perempuan lain, jangan pernah berpikir untuk merusak rumah tangga kakakku"

Kembali, Dimas berucap sesuai dengan apa yang ada di kepalanya saat ini.

"Tenang, saya tak ada niat demikian. Jika memang Kirana bukanlah orang yang saya cari selama ini. Maka, saya tak ada keperluan apa pun lagi dengan dia" Tutur Briyan jujur

"Bagus lah" Ucap Dimas legah.

"Dan satu lagi, usahakan untuk tidak terlalu dekat dengan Nara"

Tambah Dimas dengan spontan, namun kali ini ucapannya mampu mengejutkan Briyan.

"Ha? Apa masalahnya jika saya dekat dengan Nara?" Tanya Briyan bingung.

"Hemmmm itu, ehhh tak enak saja. Di desa ini, hubungan antara laki-laki dan perempuan yang belum menikah tak bisa terlampau dekat. Yah begitu lah kurang lebih"

Jawab Dimas mengelak dari alasan sebenarnya yang bahkan ia sendiri pun tak tau pasti.

Untungnya, ia mampu menjawab pertanyaan Briyan barusan dengan statement yang tak mencurigakan.

"Yakin hanya karena itu? Atau jangan-jangan kamu menyukai Nara?. Dan kamu cemburu melihat kami sering bersama?"

Tanya Briyan lagi, guna memastikan jawaban yang Dimas katakan adalah sebuah kejujuran atau hanya alasan alternatif.

Hening, seketika Dimas tak mampu berucap apapun. Padahal sedari tadi, dialah yang paling banyak bicara.

"A a apa katamu? Suka? Haha ini lucu. Kenapa kau bisa berfikir begitu? Ohhh atau jangan-jangan kau yang suka pada Nara?"

Jawab Dimas dengan menuturkan pertanyaan bertubi tubi, yang malah membuatnya balik bertanya pada Briyan. Namun dari gelagat bicara nya, nampak jelas terlihat bahwa ia sedang gugup saat ini.

Mendengar hal itu, Briyan hanya mampu tersenyum ringan

"Benar, saya memang menyukainya. Bahkan, dapat saya pastikan dengan jelas, bahwa saya mencintainya. Entah sejak kapan, tapi rasa itu ada."

Jawab Briyan jujur sesuai isi hatinya.

Seketika, seakan tersambar petir di siang bolong. Mendengar perkataan Briyan barusan, mampu membuat sekujur tubuh Dimas melemas. Nyeri begitu kentara di dadanya saat ini.

Melihat ekspresi Dimas yang mematung, kembali Briyan menatapnya heran.

"Ada yang salah dengan perkataan saya barusan?" Tanya Briyan bingung

Nampak Dimas memicingkan mata, menatap Briyan dengan begitu tajam.

"katamu tadi kau mencintainya. Lantas kau punya apa untuk membahagiakannya?"

Akhirnya Dimas mampu berucap di sela rasa sakit yang ia rasakan saat ini.

"Ha? Pertanyaanmu ini lucu, tapi akan saya jawab. Saya punya cinta yang besar untuknya"

Ucap Briyan sembari memegangi dadanya. Seolah di dalam sana, terdapat hati yang menampung cinta dengan begitu luar biasa.

"Lantas, kau akan memberinya makan batu? Atau mengajak nya tinggal di vila sewaanmu nanti? Bahkan kau tidak punya apapun di sini. Bagaimana bisa membahagiakan Nara"

Ucap Dimas kembali dengan nada tak suka nya.

"Haruskah saya beri tau kamu tentang apa saja yang saya punya? Ayolah, semua bukan semata-mata tentang harta. Tapi tentang rasa, Cinta yang tulus adalah hal yang paling berharga. Kamu masih terlalu muda, mungkin memang belum begitu mengerti mengenai ini." Jawab Briyan apa adanya.

Mendengar hal tersebut, Dimas hanya tersenyum simpul sembari membuang muka.

"Aku memang lebih muda darimu, tapi jika kau tak memiliki apapun, maka jauhi dia. Banyak pemuda lain yang mampu membahagiakan Nara. Memberi dia materi dan cinta" Ucap Dimas seolah memberi perintah pada Briyan.

"Maksud mu? Salah satu di antara pemuda itu adalah kamu?" Kali ini Briyan melontarkan pertanyaan dari statement yang Dimas ucapkan sembari menatap Dimas selidik.

"Setidaknya, aku punya segalanya disini" Jawab Dimas cepat.

"Kamu bicara seperti ini, seolah mempunyai perasaan pada Nara. Sekali lagi saya bertanya, Apakah kamu menyukai Nara?" Tanya Briyan lagi dengan muka yang begitu serius.

Kembali, Dimas hanya bisa diam.

Sejujurnya, Dimas juga tak tau pasti bagaimana perasaannya saat ini pada wanita itu.

Tapi satu yang Dimas tau, ia sungguh tak suka melihat Briyan selalu dekat dengan Kinara.

"Kamu tidak bisa menjawab pertanyaan saya, tentang perasaanmu saja kamu tak tau, bagaimana bisa menasehati saya?" Ucap Briyan memecah kebisuan Dimas

"Ya sudah, saya pulang dulu. Saya rasa cukup perbincangan kita siang ini, lagi pula tadi kamu bilang ingin pergi menemui seseorang kan. Saya juga sudah mendapatkan jawaban tentang Kirana dari mu. Saya Permisi"

Ucap Briyan sembari melangkah pergi, meninggalkan Dimas yang masih setia membisu.

Mata hitam pekat itu, menatap lekat kepergian Briyan. Perlahan, tangan kekarnya naik pelan ke dada. Mencengkram bagian tubuh tersebut dengan begitu kuat.

"Kenapa mendengar pengakuan pria itu begitu menyakitkan." Gumam Dimas pelan

"Kenapa sakit ini ada, di saat aku sendiri pun tak tau pasti perasaanku terhadap Nara" Tambah Dimas lagi.

..............////////////////////////////////////.................

"Neng Nara makan ya"

Ucap Bu Mina lembut sembari menyodorkan sesendok bubur pada Kinara.

Tanpa berkata, wanita itu hanya menggeleng lemah. Nampak, bulir bening setia mengalir deras di muka cantik tersebut.

"Neng, nanti kamu tambah sakit jika ndak mau makan"

Kembali Bu Mina berucap prihatin sembari mendekatkan sendok yang berisi bubur ke bibir Kinara.

"Bu Mina tak perlu repot, sampai harus menginap di rumah ku. Kasian Yusuf bu, ia pasti tak nyaman dengan gubukku ini. Ibu boleh pulang, aku tak kenapa-napa. Lagi pula, Bu Mina punya suami dan anak-anak yang harus Ibu urus. Sungguh aku begitu merepotkan kalau begini" Akhirnya Kinara membuka suara.

Di tatapnya sendu muka wanita paruh baya yang saat ini terlihat begitu khawatir, Kemudian tatapan itu beralih menatap seorang bocah laki-laki yang tertidur pulas di lantai. Yang tak lain adalah Yusuf, anak bungsu Bu Mina.

"Jangan sungkan Neng, kamu sudah Ibu anggap layaknya putri sendiri. Bapak pun ndak masalah Ibu bermalam beberapa hari di sini sampai Neng Nara sembuh." Ucap Bu Mina jujur

"Neng Makan ya, jangan terlalu banyak pikiran" Tambah Bu Mina lagi

Kembali, Bu Mina menyodorkan sesendok bubur mendekat ke bibir pucat tersebut.

Nampak, Kinara masih enggan membuka mulutnya. Ia masih terlihat melamunkan sesuatu.

"Neng, Kamu sedang memikirkan apa?" Tanya Bu Mina akhirnya.

Dari lamunan kosong, kini Kinara mengalihkan pandangnya guna menatap Bu Mina.

"Bu, apakah ibu percaya Lastri sejahat itu? aku tak yakin Lastri tega melakukan itu pada ku"

Akhirnya, walau dengan suara yang parau, wanita itu kembali membuka suara.

Perlahan, Bu Mina meletakkan sendok yang ia genggam ke dalam mangkok bubur. Sembari menarik lembut tubuh rapuh wanita tersebut ke dalam dekapannya.

"Iya Neng, ibu juga ndak yakin. Tapi kita harus terima kenyataan pahit ini. Lastri sudah jahat sama Neng"

Ucap Bu Mina seraya mengelus pelan kepala Kinara.

"Bu, aku ingin mencari kebenarannya sendiri. Aku harus bertemu Lasti"

Ucap Kinara kembali dengan tatapan kosong. Perlahan, ia menyingkirkan lengan Bu Mina yang memeluknya hangat. Menggeserkan posisi menjauh guna beranjak.

"Neng mau kemana?"

Tanya Bu Mina ketika ia dapati saat ini Kinara sudah berdiri.

Perlahan, wanita rentah itu pun turut berdiri, mensejajarkan posisinya dengan Kinara.

"Kamu masih sakit Neng"

Ucap Bu Mina ibah.

"Bu, Nara harus ke rumah Lastri sekarang. Nara mau minta penjelasan Lastri dengan sejujur-jujurnya" Ucap Kinara lagi.

"Neng tapi.."

Belum selesai Bu Mina berucap, Kinara sudah melangkah pergi. Menuju pintu depan, gubuk miliknya.

Dengan langkah rentah, Bu Mina berjalan menyusul Kinara yang berjalan cepat.

Tanpa memperdulikan panggilan Bu Mina terhadapnya, Kinara tetap meneruskan langkahnya. Pening di kepalanya, turut memperberat langkah wanita itu. Namun, itu pun tak menghentikan niatnya untuk bertemu Lastri.

Langkah yang begitu capat tadi, kini tiba-tiba terhenti. Di tatapnya lingkungan sekitar dengan begitu tajam.

"Kenapa semua berputar?"

Gumam Kinara pelan sembari memegangi kepala.

Perlahan, pandangan itu pun menggelap.

Sayup-sayup ia dengar suara seseorang berteriak memanggil namanya dengan begitu cemas.

.................////////////////////////////////...................

"Bu, kenapa Nara bisa berada di luar rumah? Padahal dia sedang sakit"

Tanya Dimas pada Bu Mina yang saat ini sedang mengompres kening Kinara dengan handuk basah.

Mata tua yang sudah nampak keriput itu, mengalihkan pandang kepada Dimas.

"Maaf Den, tadi ibu sedang menyuapi Neng Nara makan. Tapi Neng Nara ndak mau makan, malah ia ingin pergi menemui Lastri katanya"

Jawab Bu Mina apa adanya pada Dimas yang saat ini nampak begitu khawatir.

"Untuk apa lagi Nara ingin bertemu penjahat itu Bu?"

Kembali, Dimas bertanya. Muka nya menampilkan raut tak suka.

"Untung saja aku datang tepat waktu, kalau tidak mungkin saja tadi tubuh Nara sudah terhempas ke tanah" Tambah Dimas lagi.

"Maaf Den, Ibu ndak bisa jaga Neng Nara dengan benar. Alasan Neng Nara keluar tadi karena Neng Nara mau nemuin Lastri. Dia ndak percaya kalau Lastri sejahat itu Den, Ibu pun sebenarnya ndak percaya. Neng Nara ingin memastikan kembali jawaban Lastri Den"

Jawab Bu Mina kembali dengan apa adanya.

Dimas tak lagi berucap, ia hanya diam sembari menatap ibah wanita yang saat ini terbaring pucat di hadapannya.

"Emakk...Emakk, Yusuf takuttt.."

Tiba-tiba terdengar suara seorang bocah yang menangis dengan begitu nyaringnya.

"Maaf Den, ibu permisi ke bilik depan dulu. Sepertinya Yusuf terbangun dari tidur"

Ucap Bu Mina sopan, sembari melangkah cepat menuju bilik depan gubuk milik Kinara tersebut.

Dimas hanya mengangguk pelan, mempersilahkan langkah Bu Mina

Tatapannya mengekor Bu Mina yang saat ini telah menghilang di balik hordeng lusuh, memisahkan ruangan tiap bilik di gubuk tersebut. Kini, mata hitam itu beralih kembali menatap lekat Kinara.

Perlahan, Dimas beranikan punggung tangannya untuk menyentuh kening Kinara, guna memastikan suhu tubuh wanita itu.

"Demammu tak kunjung turun Nara"

Ucapnya pelan, sangat pelan karena takut mengganggu Kinara.

"Las, Lastri, Las"

Gumam Kinara pelan, namum matanya masih setia tertutup.

Menyaksikan hal tersebut, entah mengapa Dimas merasa begitu kasihan.

Kembali, di tatapnya lekat wanita cantik yang ada di hadapannya itu.

"Aku memang tak tau pasti Nara, bagaimana perasaan ku terhadap mu. Tapi sejujurnya, aku tak bisa melihat mu begini"

"Aku harus melakukan sesuatu untuk mu, mencari tau alasan jujur Lastri meracuni mu. Biar nantinya kau tak lagi menyimpan tanya, dan mungkin itu akan sedikit membantu. Aku berjanji akan mendapatkan jawaban jujur dari Lastri. Dan apabila itu memang murni kejahatannya, maka aku akan memastikan dia mendapat hukuman karena telah mencelakai mu Nara, Aku janji"

Ucap Dimas tegas pada dirinya sendiri.

Kembali, ia tatap lagi wajah cantik Kinara.

Entah dorongan dari mana, perlahan tangan Dimas yang tadinya menyentuh kening Kinara, kini berpindah menyentuh hidung mancung wanita tersebut.

Tatapannya semakin sendu, terhanyut begitu dalam pada sosok cantik layaknya seorang peri yang ada di hadapannya saat ini.

Tangan yang tadinya menyentuh lembut hidung Kinara, perlahan berpindah mengelus pipi wanita itu.

"Kamu begitu cantik" Ucap Dimas sembari tersenyum hangat.

Tak tau dengan apa yang ia perbuat, tapi saat ini, tubuh kekar itu sedikit bergingsut mendekat ke arah Kinara.

Perlahan tapi pasti, pemuda yang saat ini sedang berada di posisi duduk, menundukkan kepalanya kebawah. Mendekatkan wajah tampan miliknya, sehingga begitu dekat dengan wajah cantik Kinara.

Jarak wajah mereka kini hanya terpisah beberapa senti saja. Mata hitam itu, manatap lekat setiap inci lekuk wajah Kinara. Dimas begitu menikmati keindahan yang terlukis begitu sempurna.

Kesadarannya mulai menghilang, terbuai akan kecantikan seseorang. Semakin lama, semakin dekat pula jarak di antara mereka.

Kini, bibir keduanya begitu dekat, bahkan Dimas mampu merasakan hembusan nafas Kinara menerpa hidungnya yang saat ini telah bersentuhan.

"Mas Devan" Gumam Kinara.

Seketika, kesadaran Dimas kembali pulih. Menyadari perbuatannya yang hampir mencium Kinara, secepat mungkin ia menjauh dari wanita itu.

Ia pukul kuat kepalanya sendiri, seolah memberi pelajaran.

"Dimas perbuatanmu barusan sungguh tidak pantas!" Ucapnya sembari menepuk kepala dengan kepalan tangan.

"Sadarlah Dimas, sadar.! Jangan jadi laki-laki brengsek.! Sebaiknya kau tak boleh berlama-lama di sini. Kau akan jadi ancaman untuk Nara" Tambahnya lagi.

Di tengah kesibukannya menggerutui kebodohan, seketika ia menyadari sesuatu.

Barusan Kinara bergumam di tengah ketidaksadarannya.

Menyebutkan nama seseorang yang tak Dimas kenali, namun nampak tak asing di telinga.

"Mas, Mas Devan" Gumam Kinara lagi

"Devan?" Sebut Dimas mengulangi

"Siapa itu Devan?" Tambah Dimas sembari menatap selidik pada Kinara yang saat ini masih tak sadarkan diri.

.................////////////////////////////////...................

Pada jalan bebatuan di depan sebuah Vila putih, nampak Briyan sedang melangkah pelan sembari menepuk-nepuk baju dan siku nya kuat.

Membersihkan tubuh dari debu yang menempel di badan dan baju

" Aku heran, kenapa tadi bisa tiba-tiba terpeleset dan jatuh " Gumamnya.

" Tak ada angin, tak ada hujan. Aku bisa tergelincir begitu"

"Padahal tak ada orang yang mendorong ku, apakah benar, di kebun teh itu ada hantu?"

"Ah tapi itu tak masuk akal. Ayolah Briyan, kau orang berpendidikan. Tak mungkin ada hantu dan semacam nya di sini"

Cuap nya bertubi-tubi, mengeluarkan seluruh isi kepalanya saat ini.

Seketika, langkahnya terhenti. Sambil menyerengitkan dahi sembari berpikir.

"Apakah ini sebuah pertanda buruk?" Tambahnya lagi.

"Ah sudahlah Yan, kamu tidak boleh mendahulukan takdir"

kembali ia berucap, mengeluarkan isi dari pemikirannya sendiri.

Ia menggelengkan kepala perlahan, guna menghilangkan semua pemikiran mengganjal yang ada dalam kepala.

Sembari tersenyum ringan, ia kembali meneruskan langkahnya memasuki gerbang putih sebuah Vila.

"Briyan, Akhirnya kamu datang.!" Ucap seseorang dengan begitu antusias.

Mendengar suara tersebut, spontan membuat mata hazel Briyan terbelalak tak percaya.

Tatapannya kini menoleh ke sumber suara

"Devan.!"

Ucapnya tak kalah antusias saat ia dapati Devan kini ada di hadapannya.

"Akhirnya kamu datang juga"

Tambah Briyan lagi.

.

.

.

.

BERSAMBUNG

1
Adinda
lebih baik kinara sama briyan daripada dimas Dan devan
Mendayu Aksara: Yuhu Kak, pantengin terus ya, biar tau akhir cerita Kinara bakal hidup bahagia dg siapa 🙌
total 1 replies
Adinda
cocok la briyan sama kinara Daripada dimas
Roxanne MA
OMG ADA DIL RABA🥰
Mendayu Aksara: Iyaa, cantik banget dia itu, cocok ngewakilin Kinara yg 'kata'nya cantik banget juga
total 1 replies
Roxanne MA
wahh ka alurnya seruu bangett
Mendayu Aksara: Wahh makasih kak ❤
total 1 replies
Mendayu_Aksara
Ngakak sih Briyan ini ada ada ajee
Mendayu_Aksara
ihh samaan nama
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!