"Mas tunggu, dia siapa? Jelaskan pada ku Mas" seketika langkah kaki Devan terhenti untuk mengejar Wanitanya.
Devan menoleh pada Sang Istri yang sedang hamil
"Dia pacarku kinara, dialah orang yang selama ini aku cintai. Sekarang kamu sudah tau, kuharap kau mengerti. Aku harus mengejar cintaku, ak tidak ingin Nesa pergi meninggalkan ku."
"Mas kamu ga boleh kejar dia, aku ini istri mu, aku mengandung anakmu. Apakah kami masih kurang berharganya di banding wanitamu itu?" tanya Ibu hamil itu tersendat
"Maafkan aku Kinara, aku sangat mencintai Nesa di bandingkan apapun."
"Tapi mas..."
Devan segera melepas paksa tangan Kinara, tak sengaja sang istri yang sedang hamil pun terjatuh.
"Ahhh perutku sakit..." Ringis Kinara kesakitan
"Maaf kinara, aku tak mau kehilangan Nesa" Ucap devan kemudian pergi
Kinara menatap kepergian suaminya, dan lama kelamaan gelap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mendayu Aksara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lebih Dulu dan Paling Akhir
Bulir bening, menetes pelan. Berirama sesuai detik waktu. Mengalir melalui selang, masuk kedalam nadi.
Nampak, seorang wanita sedang terbaring diatas sebuah ranjang puskesmas.
Muka cantik itu terlihat pegitu pucat, rambutnya masih nampak basah.
Dalam ruang yang sama, nampak Briyan dan Dimas mengarah menatap pada titik yang sama, Kinara yang saat ini sedang tertidur damai di atas kasur dengan selang infus yang berada di tangan kanannya.
Briyan masih menatap lekat wajah cantik yang kini nampak begitu menderita
"Mau keluar?"
Ajak Dimas memecah fokus Briyan barusan.
"Ah, iya."
Jawab Briyan spontan mengiyakan tawaran Dimas terhadapnya.
Kedua pemuda tersebut melangkah, perlahan tanpa menimbulkan banyak suara.
Menuju sebuah kursi kayu panjang, yang berada di luar ruang.
"Kau merasa lebih baik?"
Tanya Dimas pada Briyan yang saat ini ada di sebelahnya.
"Sudah sangat baik"
Jawab Briyan jujur.
"Terimakasih sudah datang tepat waktu" Tambah Briyan.
"Tidak, aku selalu datang terlambat darimu" Sanggah Dimas apa adanya sesuai dengan apa yang ada di benaknya.
"Tapi, walau begitu. Kamu lah yang selalu mampu menyelamatkannya. Bukan aku"
Tutur Briyan sembari menatap lekat ke pepohonan.
Perkataan dua lelaki itu benar adanya, Briyan selalu menjadi orang pertama yang datang pada Kinara, sedangkan Dimas selalu datang terlambat. Namun walau terlambat, Dimas tetaplah orang yang selalu berakhir menyelamatkan Kinara.
Entah apa yang sebenarnya sedang direncanakan takdir, akhir dari kisah romansa ini masih menjadi sebuah misteri.
Sejenak, Dimas menatap sekilas ke arah Briyan.
"Obatilah lukamu, nanti ku pintakan salep memar pada Bu dokter"
Ucap Dimas prihatin melihat lengan Briyan yang begitu banyak lebam. Namun sedikit melenceng dari topik pembicaraan barusan.
"Ah ini tak apa, sebentar lagi juga sembuh. Tapi lihat kepalamu. Obati lah luka itu sebelum terinfeksi"
Balas Briyan menanggapi sembari menunjuk kening Dimas yang masih mengeluarkan sedikit darah.
Seketika, Dimas meraba keningnya. Tepat pada arah tunjuk Briyan.
Ia lihat nampak secerca darah mengotori telapak tangannya.
Dimas sedikit terkejut melihat darah itu, ia bahkan tak sadar bahwa kepalanya saat ini mengeluarkan darah.
Namun ia juga tak terlalu terkejut, wajar saja. Tadi saat menyelamatkan Kinara dan Briyan, ia ingat bahwa kepalanya terbentur berkali-kali. Jadi jikalau luka, itu hal yang biasa.
"Ah ini tak masalah, nanti aku minta saleb juga sama Bu Dokter."
Sanggah Dimas kemudian.
"Ngomong-ngomong, coba ceritakan kronologi kejadian ini padaku"
Tambah Dimas lagi, kali ini matanya menatap intens pada Briyan.
Mendengar hal tersebut, Briyan segera beralih menatap lekat pada Dimas.
Kini mata mereka saling terpaut.
"Benar, saya juga ingin segera menyampaikan ini padamu"
Ucap Briyan serius.
Melihat ekspresi keseriusan Briyan, Dimas nampak bertambah penasaran.
"Apa yang sebenarnya terjadi?"
Tanya Dimas sembari memicingkan mata tanda bingung.
"Kamu tau, ada seseorang yang sengaja mendorong Nara. Aku datang tepat sebelum Nara terjatuh, namun tanpa takut orang itu tetap mendorong Nara"
Cerita Briyan singat langsung ke inti.
"Apa? Beraninya dia. Katakan siapa orang itu, apakah kau mengenalnya?"
Tegas Dimas merespon penuturan Briyan dengan emosi.
"Tentu, bahkan kau sangat mengenalnya." Tambah Briyan lagi.
Sejenak, nampak Dimas seolah sedang berfikir
Kemudian kembali memfokuskan pandang ke arah Briyan
"Katakan, siapa dia. Akan ku buat dia menebus semua dosanya.! Sekalipun aku mengenalnya, hukum di desaku tak pandang bulu.!" Ucap Dimas tegas.
Sebenarnya, Dimas mencurigai seseorang. Namun, tentunya Dimas berharap, bahwa dugaannya tersebut salah.
"Sial.!" Ucap Dimas kasar, setelah ia dengar langsung nama "AYU" yang yang keluar dari mulut Briyan
.
.
.
BERSAMBUNG***
nyesel yah
cinta lama vs cinta baru