Namanya Rahayu yasmina tapi dia lebih suka dipanggil Raya. usianya baru 17 tahun. dia gadis yang baik, periang lucu dan imut. matanya bulat hidungnya tak seberapa mancung tapi tidak juga pesek yah lumayan masih bisa dicubit. mimpinya untuk pulang ketanah air akhirnya terwujud setelah menanti kurang lebih selama 5 tahun. dia rindu tanah kelahirannya dan diapun rindu sosok manusia yang selalu membuatnya menangis. dan hari ini dia kembali, dia akan membuat kisah yang sudah terlewatkan selama 5 tahun ini, tentunya bersama orang yang selalu dia rindukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana_nanresje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11_Kejahilan Hito
Karena sekolah diliburkan Raya lebih banyak berdiam diri dirumah. Dengan kondisi tangannya yang masih sulit untuk di gerakkan dia sering sekali kesulitan untuk melakukan aktifitas seperti biasa. Sama halnya seperti saat ini Raya kesulitan untuk mengikat rambutnya yang tergerai. Ingin meminta bantuan pada Mbok Jum, tapi wanita tua itu belum juga datang.
Raya membuka pintu kamarnya, mencari seseorang untuk membantu mengikatkan rambutnya. Matanya mengedar melihat pintu kamar Hito yang terbuka, dengan sedikit keberanian dia masuk kedalam kamar Hito.
" Cung. Cungkring." Raya mencari sosok pemilik kamar itu namun tidak ada tanda tanda kehidupan disana. Gorden kamar Hito pun masih tertutup membuat penglihatan Raya sedikit menajam karena tidak ada cahaya yang masuk.
Raya memutar tumitnya berniat untuk keluar dari kamar Hito. Namun apa yang terjadi? Baru saja dia melangkahkan kakinya Hito tiba tiba muncul di hadapannya dan mengejutkannya, membuat Raya terkejut dan Refleks berteriak.
Kyaaaaa
Brukkk
" Arrrrggggg!" Raya terjatuh. Meringis dan berteriak secara bersamaan saat tangan kanannya itu dia jadikan penyangga berat tubuhnya.
" Awwww. Tangan gue. Tangan gue. Hiks. Sakitttt!" Dia menangis menyentuh tangan kanannya yang dia rasa kembali keseleo. Mungkin lebih parahnya pergelangan tangannya itu patah.
" Huaaaa.... mami.... sakittt." Raya terus berteriak. Meringis kesakitan membuat Mbok jum yang baru datang langsung menaiki anak tangga dan mencari asal suara.
" Dut.. duhh ko malah nangis?" Hito si pelaku utama kelimpungan melihat Raya yang semakin kejer menangis karena ulahnya.
" Dutttt!"
" Sakit bego," Maki Raya, tangan kirinya masih mengelus tangan kanannya itu " Lo kira kira dong kalo mau ngagetin bilang bilang."
" Namanya bukan ngagetin kalo bilang dulu dodol," Ucapnya sembari menoyor kening Raya.
" Neng," Mbok Jum segera ikut bergabung dengan mereka. Raya merengut, memperlihatkan wajahnya yang kembali sedih " Neng teh kenapa? Terus kenapa teriak teriak?"
" Mbok.... tangan Raya," Adunya kembali menangis " Kyaaaa." Baru saja Mbok Jum menyentuh tanganya, tapi gadis itu kembali berteriak.
" Ini teh kenapa? Bukannya semalem udah bisa di gerakin?"
" Gara gara si Hito pea. Raya jatuh terus jadi gini lagi tangan Raya."
" Ya Allah neng. Terus gimana? Manggil mang Kabir lagi?"
" Nggakk!" Tolaknya cepat " Raya nggak mau diurut lagi!"
" Yes. Akhirnya tangan lo diamputasi. Tangan lo buntung!"
" HITO LAKNAT!" Teriak Raya mencak mencak. Mbok Jum hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah tuan mudanya.
" Yaudah mangkannya diurut lagi," Balas Hito santai.
" Nggak mau gue. Lo aja sono yang di urut. Tangan gue udah mau sembuh malah kayak gini lagi. Lo sengaja ya mau bikin gue nggak punya tangan?"
" Nggak juga."
" Terus ini apa?" Tanya Raya penuh emosi.
" Ya gue pengen ngagetin lo aja, udah."
" Nggak lucu!"
" Banyak omong lo. Udah, Mbok tolong panggilin mang kabir lagi. Biar Raya saya yang urus." Mbok Jum langsung turun dan meminta tolong pak Joko untuk kembali menjemput mang Kabir. Hito berdiri lalu bertolak pinggang menghadap Raya yang masih meringis merasakan sakit di tangannya.
" Gue nggak mau di urut," Ucapnya memohon. Tapi rayuan dan permohonan nya tak pernah masuk kedalam telinga Hito. Butuh waktu dua jam mang Kabir untuk menyelesaikan pekerjaannya itu. Raya terus berteriak dan kembali merajuk memohon agar tangannya kembali tidak di urut. Sampai akhirnya Raya menyerah saat Hito mengancamnya akan memberitahukan hal ini pada papi Raya dan menyuruh Raya untuk di rawat di rumah sakit.
Big no. Raya tidak mau masuk ke rumah sakit apa lagi harus tinggal disana. Lebih baik diurut sakit sesaat dari pada di rumah sakit harus menginap disana. Dan akhirnya untuk yang kedua kalinya Raya merasakan apa itu namanya di urut.
" Pelan pelan Mbok," Kini langit sudah menggelap. Seharian penuh Raya menangis merasakan sakit di tangannya.
" ini juga pelan pelan," Mbok Jum kembali mengoleskan beras yang dia campur dengan kencur lalu di tumbuk hingga halus. Tangan Raya meremang saat sensasi dingin dan bau dari kencur menyengat kedalam hidungnya.
" Jangan banyak gerak lagi. Tar pergelangan tangannya ke geser lagi."
" Biarin. Biar di potong sama dokt...."
" Potong potong. Lo pikir kue ulang tahun yang di potong. Gue potong juga nih tangan lo huh?!"
" Udah udah. Ya allah pusing Mbok Liatnya kalo ribut mulu." Mbok Jum segera menahan tubuh Raya yang ingin menghantam Hito, Kini mereka tengah duduk di meja makan sembari menunggu untuk makan malam.
Hito memeletkan lidahnya. Mengejek dan meledek Raya " Sialan Lo awas aja. Gue bales nanti!" Sinis Raya. Hito melihatnya namun dia tidak memperdulikannya.
" Yaudah sekarang makan dulu ya." Mbok Jum pergi kedapur mengambil makanan yang sudah dia siapkan sebelumnya.
Raya kembali kesulitan saat ingin menikmati makan malamnya. Matanya yang tajam sedari tadi memperhatikan Hito yang tengah asik melahap makanannya. Raya menyimpan sendoknya kembali ke atas piring. Dia mengesah pelan, makan dengan tangan kiri ternyata merepotkan.
" Aaaaa," Kepala Raya yang menunduk terangkat tiba tiba. Sebuah sendok berisikan makanan menjulur kearahnya dan Hito yang melakukannya " Buka mulut Lo tangan Gue pegel." Mendengar perkataan Hito membuat Raya tersadar dari lamunannya. Ya tuhan, ini bukan mimpi ini nyata.
Dengan sedikit ragu Raya membuka mulutnya menerima suapan dari Hito yang kini berpindah posisi yang duduk di sampingnya " Udah gede masih aja belepotan kalo makan." Raya menahan nafas saat Hito membersihkan kotoran makanan yang menempel pada bibirnya.
Uhukkk
Raya terbatuk tersedak makanan yang ada dalam mulutnya. Apa dia salah lihat? Tadi Hito tersenyum kearahnya. Iya pria jutek dan pedas itu tersenyum padanya. Raya segera menerima air minum pemberian dari nya, tapi matanya masih mencuri pandang pada pria yang kini masih duduk di sampingnya.
Jangan baper. Lo kan tau Hito itu aktor nomor satu. Dia pandai bersandiwara. Lo harus waspada. Celoteh batinnya pada dirinya sendiri.
Raya kembali menerima suapan dari Hito, Pria itu tidak membuka suara, tetap diam dan menyuapinya " Gue.. udah keunnyangg."ucapnya menolak suapan Hito untuk yang kesekian kalinya.
" Buka!" Raya menggelengkan kepala " Sesuap lagi," Raya tetap menggelengkan kepala. Dan tindakan Hito selanjutnya membuat Raya kembali menyumpah serapahi-nya. Pria itu menekan kedua pipi Raya sehingga mulutnya yang masih terisi makanan terbuka, dan kesempatan itu dia gunakan untuk menyuapkan sendok terakhir makanan Raya.
Uhukk uhukkk
" Anak pintar." Puji Hito setelah melihat makanan di piring Raya habis " Gila. Gue hampir mati kesedak makanan Bego!" Makian itu akhirnya keluar dari mulut Raya. Nafasnya sedikit tersenggal menahan amarah dan geram dengan tindakan Hito.
" Dari pagi aja nangis nangis. Sekarang marah marah. Dasar!"
" Gue nangis juga gara gara lo. Coba aja tangan gue nggak tergil....
" Iya iya. Bawel banget sih. Kerjaannya ngungkit ngungkit mulu udah kaya mantan."
" Eeh Lo udah punya mantan?" Kepo Raya yang sekilas mendengar kata mantan " Iihhh. Gue nanya Cung." Kesalnya yang mendapati keterdiaman Hito.
" Cungkring," Panggil Raya. Pria itu malah pergi keruang keluarga meninggalkan Raya begitu saja.
" Sini," Raya tersenyum melihat Hito yang memanggilnya " Nih." Raya segera menangkap dengan tangan Kirinya sebuah Lolipop berbentuk hati. Senyumnya kembali mengembang membuat Hito menggelengkan kepala.
" Lolipop kesukaan gue, makasih ya." Raya segera bergabung duduk bersama Hito yang tengah menonton Tv. Keduanya terlibat percekcokan dan adu mulut saat mengeluarkan pendapat masing masing mengenai Film yang mereka tonton. Sampai akhirnya Raya tertidur dengan mulut yang sedikit terbuka.
" nggak pernah berubah," Ucap Hito menyentuh dagu Raya dan membuat bibir itu terkatup " Anak kaya lo keras juga ya? Udah lama gue nggak liat Lo nangis sehisteris tadi. Tangisan lo tetep sama Kenceng seperti biasa!"
" To," Hito menoleh saat mendengar seseorang memanggilnya dari belakang. Hito mengembangkan senyumnya lalu segera menghampiri orang itu.
" Mama," Dia segera memeluk mamanya yang baru saja tiba. Tante Ririn ikut membalas pelukan anaknya.
" Kok mama nggak hubungin Hito? Hito kan bisa jemput mama." Tante Ririn menggelengkan kepala lalu tersenyum sambil mengusap lembut pipi anaknya.
" Mama nggak mau mengganggu waktu istirahatmu, nak."
" mama salah jika berpikiran seperti itu. Semenjak ada si gendut Hito... Awwss!"
" Gendut gendut, Raya To." Ucap Tante Ririn memperingati. Hito memutar bola matanya lalu mengesah pelan " Dia juga masih manggil Hito cungkring ma."
" Ya itu karena kamunya yang manggil Raya gendut, iyakan?" Hito tidak bisa menjawab atau pun menyangkal tuduhan mamanya itu. Ketimbang manggil Raya dia lebih suka memanggil gadis itu gendut atau endut.
" Tunggu," Tante Ririn mendekat kearah Raya melihat tangan Raya yang dilumuri beras kencur tadi " Hito," Mendengar nada suara yang berbeda dari mamanya Raya mengangkat kedua jarinya membentuk huruf V.
" Kamu punya banyak hutang penjelasan sama Mama."
" Hehe iya ma. Tar Hito ceritain deh dari A sampe Z kenapa tangan si End....eh Raya kaya gitu. Yaudah Hito pindahin Raya dulu ya." Hito segera menghampiri Raya lalu mengangkatnya dengan hati hati. Takut jika pergerakannya akan menyentuh tangan Raya yang masih bengkak. Tante Ririn tersenyum, senang melihat sisi lain dari putranya itu. Meskipun anaknya bermulut pedas, kejam dan kasar pada Raya, Hito masih punya hati dan kepedulian akan orang orang yang berada di sekitar nya.