Dulu aku menangis dalam diam—sekarang, mereka yang akan menangis di hadapanku.”
“Mereka menjualku demi bertahan hidup, kini aku kembali untuk membeli harga diri mereka.”
“Gu Xiulan yang lama telah mati. Yang kembali… tidak akan diam lagi.”
Dari lumpur desa hingga langit kekuasaan—aku akan memijak siapa pun yang dulu menginjakku.”
“Satu kehidupan kuhabiskan sebagai alat. Di kehidupan kedua, aku akan jadi pisau.”
“Mereka pikir aku hanya gadis desa. Tapi aku membawa masa depan dalam genggamanku.”
“Mereka membuangku seolah aku sampah. Tapi kini aku datang… dan aku membawa emas.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon samsuryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15
Jatuhnya Ulan membuat warga menjadi panik.Di mata mereka Ulan adalah korban sebenarnya peristiwa ini sejak awal sampai akhir.
Buktinya ketika dia pingsan keluarganya bahkan tidak meliriknya sama sekali. hanya para bibi lah yang menghampirinya dan langsung membawanya ke dalam kamar untuk istirahat.
Hanya itu yang bisa lakukan untuk membantu, selebihnya serahkan saja kepada takdir.
Ulan yang masih 'pingsan' diangkat ke dalam kamar oleh dua bibi desa.Salah satunya berkata lirih, "Anak ini... sudah lima belas tahun, tapi tubuhnya seperti ranting kering..."
Sementara itu di luar rumah, suasana semakin tegang.Gu Yueqing masih berusaha menyembunyikan dirinya di balik punggung saudara laki-lakinya,,yang kini berdiri kokoh di depan mak comblang dan rombongan pria kasar itu.
"Kalian tidak bisa membawanya,"** suara nya terdengar datar tapi tegas.
"Ayahku sudah meninggal tapi aku masih di sini, kalian ingin perempuan? Ambil batu saja di sungai. Tidak satu pun dari kami akan menyerahkan Yueqing."
Mak comblang menyeringai, Jika dia tidak bisa membawa penggantian perempuan hari ini maka pekerjaannya sebagai Mak comblang di masa depan pasti akan diragukan oleh banyak orang. Dia sangat menyesal sudah mengambil pekerjaan kepada keluarga gu,tapi dia tidak menjawab.
Mak comblang hanya bisa megertakkan giginya dengan kesal.
Pihak rombongan saling berpandangan, kesal tapi enggan menimbulkan keributan lebih jauh. jika bisa tapi seandainya tidak, maka apa boleh buat, yang penting mereka harus menetapkan hasil hari ini . Mereka tidak boleh pulang dengan tangan kosong.
Kakek Gu akhirnya melangkah maju, melihat tim ini tidak mau mengalah. Meski tubuhnya tua, matanya masih tajam tatkala melihat perubahan emosi seseorang.
"Kami menolak pernikahan ini," katanya dengan tegas.
"Dan kami akan mengembalikan uang mahar itu. Tapi beri kami waktu."
Salah satu pria dari tim penjemput langsung mengangkat suaranya,"Kalau mau dikembalikan, bukan cuma lima ratus. Harus seribu! Dan kain pengantin itu juga,bukan satu potong, tapi dua. Kami sudah menunggu dan dipermalukan seperti ini, kalian juga harus bertanggung jawab, jadi mahar harus digandakan.!"
"Seribu?! Dua potong kain?!" Kakek Gu terlihat kaget. dari mana keluarga mereka mendapatkan uang sebanyak itu, setengahnya saja sudah bikin dia pusing apalagi seribu.
"Dari mana kalian dapat aturan begitu?"bentak nya
"Kalian yang menipu kami duluan!" salah satu dari mereka berteriak, "Kami sudah malu di depan kepala keluarga Li jika pulang tanpa pengantin, ini harus diganti rugi!"
"Ya seandainya kondisi di balik apakah kamu mau menerimanya? di mana harus meletakkan wajah keluarga Li, jika masalah ini tersebar?"
Kakek menghela napas dalam-dalam, lalu menoleh pada nenek.
Namun sebelum dia sempat berkata apa-apa, nenek langsung menggeleng keras.
"Tidak! Tidak! Dari mana kita bisa ambil uang sebanyak itu? Rp1.000? Itu lebih dari pinjaman musim panen. Kau mau menjual apa??!"
Kakek menunduk lama.Lalu dengan suara berat dia berkata,
"Nanti kita pikirkan... nanti kita cari caranya..."
Terlepas dari pembicaraan kakek dan tim penjemputan pengantin. pembicaraan anehnya mengarah kepada ayah dan ibu Ulan.
"Dasar kau, orang tua tidak punya hati! Anak sendiri pingsan di depan pintu, malah kau sibuk menonton anak orang lain!"
"Memang,Kalau bukan karena kami yang melihat nya jatuh, mungkin anakmu sudah tinggal napas terakhirnya di tanah!"
Ibu ulan dimarahi dia tidak senang dan menengus,"apa yang heran dengan dia yang pingsan, mungkin dia cuma pura-pura doang"
Sementara Ayah Ulan hanya menunduk.
Wajahnya pucat karena lelah dan tekanan, tapi tidak ada satu pun kata yang dia ucapkan.Ayah Ulan sebenarnya adalah seorang pengecut. ya bahkan tidak berani membantah kata-kata orang tuanya. seperti itulah dia.
Sekarang dia dituding oleh warga desa tapi dia tidak memiliki apapun untuk membalas. mulutnya terkunci dengan rapat seperti di lem.
Sementara itu tim penjemput dengan tin tidak menyerah. karena keluarga tidak baik inisiatif membayar Jadi mereka membawa gu Yueqing pergi.Saat ini ,Gu Yueqing masih berteriak-teriak sambil meronta. Tangannya ditarik oleh dua wanita dari tim penjemput.
"Bukan aku! Bukan aku pengantinnya! Aku ini harapan keluarga untuk pergi ke kota!"
"Lepaskan aku! Lepas!"
Nenek dan kakek justru sibuk menenangkan tim penjemput, bukan cucunya yang sedang diseret. saudara laki-laki Yueqing dan dua adik Ulan mencoba menghalangi tapi mereka dipukul sehingga terpojok dan hanya bisa meringis di sudut.
Jakek sudah tidak bisa mengeluarkan kata apapun. namun nenek masih berkeras Karena itu adalah cucu perempuan . Yueqing adalah permata di telapak tangan sedangkan Ulan adalah batu di comberan.
Melihat cucunya di bawah dengan tidak manusiawi dia bahkan berani merangkak dan memohon.
"Tunggu, tunggu sebentar! Uangnya hilang! jika tidak percaya hanya saja kepada warga.Tapi jangan seribu...kami akan membayar... kami akan membayar... Lima ratus dan sepotong kain utuh.Tapi kami butuh waktu!"
"Tidak ada waktu!"bentak salah satu pria dari rombongan pengantin.
"Kalian sudah terima uang! Kalian sudah simpan kain! Tapi sekarang tidak mau beri pengantin? Hukumannya mahar digandakan,ini wajar..!"
"Rp1.000 dan dua potong kain!" Suara itu menggema di halaman, menembus malam yang kian larut. Beberapa tetangga hanya berdiri di pinggir jalan, mendengar, menonton, tapi tidak mendekat.
"Kami tidak punya uang sebanyak itu!" Kakek berseru, suaranya bergetar.
"Seseoran tolong ,pergi panggil kepala desa! Kami akan minta pinjaman!"
Tapi tidak satu pun warga bergerak.
memang pinjaman itu berasal dari dana desa, tapi uang milik mereka juga yang seharusnya dibagikan pada akhir panen. untuk membayar biaya rumah sakit dan penguburan jenazah keluarga ini sudah meminjam banyak.
untuk itu saja kemungkinan besar hanya akan lunas 5 atau 6 tahun kemudian. tapi jika ada tambahan seribu rupiah lagi, kapan hal itu bisa dijelaskan dan kapan warga desa bisa menikmati uang itu.
Keluarga gu sama seperti mereka keluarga miskin, jadi semua orang mengerti. hanya saja mereka tidak ingin dilibatkan dengan urusan keluarga yang serakah ini.
Hum berani menerima mahar orang tapi tidak berani memberikan pengantin yang sehat.
Jika ini disebarkan kemungkinan besar reputasi desa merekalah yang tercoreng. bagaimana mungkin anak-anak mereka bisa menemukan pasangannya di masa depan.
Berpikir seperti itu tidak ada yang mau bergerak sama sekali
"Kalau dipinjamkan, warga yang harus menanggung akibatnya."
"Apa gunanya pinjaman, enak mereka nggak enak di kita kan?" terdengar suara dari kerumunan.
"Masih ada Yueqing. Sudah jelas, keluarga ini memang berniat menipu. Terima mahar, simpan kain, tapi pengantin tidak ada, reputasi desa akan buruk selama bertahun tahun cis...!"
melihat tidak ada warga yang berpihak kepada keluarga gu, tim penjemput tamu ini menjadi lebih arogan. meskipun memegang tangan gu Yueqing, tapi mereka masih menendang dan menghancurkan barang-barang yang ada di rumah.
Tangisan pecah dari dalam rumah. Anak-anak dari keluarga Gu yang ketakutan mulai meringkuk di sudut ruangan, menyaksikan suasana semakin rusuh.
Ibu Gu Yueqing menangis meraung, memohon kepada para tetangga.
"Tolonglah kami... Tolong... Kami hanya keluarga miskin..."
Namun mata para tetangga tetap datar. Beberapa ada yang menggigit bibir, menahan simpati. Tapi tidak satu pun yang bergerak. Keluarga mana yang tidak miskin di desa ini.
Mengingat nasibnya sudah di ujung tanduk,Gu Yueqing meraung dan menarik tubuhnya sekuat tenaga.Entah bagaimana, dari kekacauan yang terjadi, dia berhasil melepaskan diri dari cengkeraman mak comblang dan seorang pria bertubuh besar dari tim penjemput. Bajunya sedikit robek, rambutnya kusut, dan wajahnya merah padam karena amarah dan rasa malu.
"Lepaskan aku!* jeritnya histeris, "Aku masih muda! Aku belum ingin menikah! Aku bahkan belum pernah melihat dunia luar! Aku ingin ke kota! Aku pergi..!"
Dia berlari terhuyung ke arah pintu belakang rumah, berharap ada celah untuk kabur. Tapi langkahnya dihentikan oleh seorang wanita tua dari tim penjemput,berdiri dengan tubuh membungkuk dan sorot mata tajam. "Berhenti! Jangan jadi gadis tak tahu malu. Sudah diambil mahar, mau kabur ke mana kau?"
Gu Yueqing menjerit lagi, menangis tersedu, lututnya lemas. Dia terjatuh ke tanah dan berlutut, memohon sambil menatap ke arah para tetangga yang berdiri mematung di luar pagar.
"Tolong aku! Tolong aku! Aku bukan orangnya! Aku tidak mau menikah dengan orang yang membunuh dua istrinya! Itu bukan aku!"
Tapi tak satu pun warga yang bergerak. Mereka hanya saling menatap, lalu berbisik-bisik di antara satu sama lain.
“Dia dan Ulan usianya hampir sama, tapi kenapa yang satu dibuang dan yang satu dipertahankan ya?”
“Yueqing memang lebih cantik, tapi lihat, bahkan dia tak bisa menghindar dari nasib keluarga ini.”
“Ulan mungkin kelihatan bodoh, tapi setidaknya dia tidak berteriak-teriak begini.”
Bisikan itu lebih menyakitkan dari tamparan.Gu Yueqing merasa dunia menelannya hidup-hidup. Tapi tak seorang pun maju untuk menariknya dari penderitaan itu.
Sementara itu, dari balik jendela yang sedikit terbuka, Gu Xiulan melihat semuanya.Tubuhnya masih terbaring di kasur kerasnya, tapi matanya lebar terbuka.**
Dia menyaksikan semua ini dalam diam. Penuh dengan perasaan yang sulit dijelaskan,antara iba, puas, dan getir.
“Jadi sepupu... akhirnya giliranmu,”** gumamnya pelan, suaranya hampir seperti bisikan angin.
"Dulu aku sendirian saat dipermalukan. kau mengejekku dan bahkan bersenang-senang atas penderitaanku.hehehe Sekarang kau tahu rasanya, Yueqing. itu tidak enak kan hem”
rumah gu masih saja hiruk pikuk ketika kepala desa datang.
Kedatangan kepala desa membawa angin dingin yang langsung membekukan keributan yang sempat meledak di halaman rumah keluarga Gu. Meskipun hanya pejabat kecil, tapi dia adalah perwakilan negara, dan di zaman itu, jabatan kepala desa sudah seperti raja kecil di desa.
Semua langsung diam. Bahkan para penjemput pengantin yang sebelumnya mengamuk, menghancurkan barang, dan menarik Gu Yueqing,segera menurunkan tangan mereka. Gu Yueqing sendiri tak berani kabur.Tubuhnya gemetar dan dia memilih bersembunyi di balik punggung neneknya, matanya sembab karena terlalu banyak menangis.
Kepala desa mengamati satu per satu orang di sana sebelum bertanya dengan nada berat, “Apa yang terjadi di sini?”
Gu Yueqing tiba-tiba bersuara, suaranya patah-patah karena menangis, “Aku… aku baru saja kehilangan ayahku. sekarang aku dipaksa untuk menikah Aku tidak ingin menikah, kepala desa. Itu bukan pernikahan untukku… itu untuk Gu Xiulan… bukan aku…”
Beberapa orang tampak iba, tapi tim penjemput pengantin tetap bersikeras.“keluarga ini sudah berbohong,Gu Xiulan tidak memenuhi syarat! Dia sakit-sakitan, dan keluarga kami tidak ingin gadis yang tidak bisa memberi keturunan. Uang sudah kami berikan, dan kalau bukan Yueqing, kembalikan dua kali lipat, seribu rupiah dan dua potong kain!”
Nenek meraung lagi tidak setuju dan suasana kembali memanas. apalagi dia mau membayar hutang itu asalkan ke desa mau meminjamkannya. tetap saja bukan seribu tapi rp500
Kepala desa mengangkat tangan, meminta mereka diam sejenak.
“Kalian lupa, hari ini desa baru saja memberi pinjaman dua ratus rupiah ke keluarga Gu. Itu jumlah besar. Uang desa tidak jatuh dari langit.”
“Dan kalian juga tahu, dalam hukum baru sekarang, memaksa gadis untuk menikah bisa masuk ke urusan hukum. Tapi… aku tidak bisa menutupi langit.”
“Keluarga Gu memang sudah mengambil uang mahar. Maka mereka harus bertanggung jawab. Kalau tidak menyerahkan pengantin, maka uangnya harus dikembalikan dua kali lipat, sesuai permintaan pihak keluarga Li. permintaan ini wajar mengingat kalian sudah membohongi dan menampar wajah mereka”
Semua mata beralih pada kakek dan nenek Gu. Wajah mereka lebih tua sepuluh tahun hanya dalam semalam.Nenek menghela napas panjang dan menatap ibu Gu Yueqing.
“Apakah kau punya cinta di tempat lain? Atau… kau bisa kembali ke rumah orang tuamu… dan pinjam uang seribu rupiah untuk menggantikan mahar itu?”
Ibu Gu Yueqing yang sejak tadi membisu akhirnya menangis lagi terisak-isak.
“Saya… keluarga saya juga petani biasa… mana mungkin kami punya uang sebanyak itu…”
Kagi pula yang mengambil uangnya adalah ibu mertua, dia bahkan tidak melihat Satu sen pun.Tangisannya pecah, bukan hanya karena kehilangan suaminya, tapi juga karena tekanan hidup yang begitu berat.
Huhuhu
Gu Yueqing terdiam, tubuhnya berguncang hebat. Dia tak ingin menikah. Dia takut. Tapi ke mana dia bisa lari? Keluarga ibu kandungnya pun tak bisa menolongnya.
Dari dalam kamar gelap yang pengap, Ulan terbaring Justru saat itulah telinganya tajam menangkap segala suara dari luar kamar.
Suara-suara tegang kembali terdengar.
Dengan suara pelan namun masih terdengar gemetar, Gu Yueqing menyuarakan isi hatinya di depan semua orang.
“Aku baru kehilangan Ayahku hari ini... aku tidak mau menikah. Ini semua seharusnya untuk Kakak Ulan, bukan aku!”
Tim penjemput tetap bersikeras. Mereka tidak peduli pada tangis Yueqing.
“Kami tidak menginginkan Ulan! Dia sakit-sakitan, tidak bisa hamil! Kami ingin Yueqing atau uang mahar kami dikembalikan dua kali lipat!”
Di sudut rumah, dua adik laki-laki Ulan, Gu Xiaobo dan Gu Xiaocheng yang sebelumnya bersembunyi seperti anak tikus ketakutan, justru kini maju dengan semangat ketika melihat Kepala Desa.
“Kakak kami, Ulan, yang harus bertanggung jawab!” seru mereka nyaring. “Karena nenek menerima uang maharnya, atas nama kakak, Jadi kami tidak dihitung sebagai penipu. adapun kakak yang tidak bisa hamil itu belum diverifikasi hanya rumor”
"Ya ya... kami tidak melanggar janji. hanya kalian yang ingin mengubah orang. jika perjanjiannya adalah kakak ku, maka ambil saja kakakku pergilah dan jangan buat duduk di sini"Kata adik bungsu Ulan
Kalimat itu menghujam tepat ke jantung Ulan.
Itu suara dari adik-adik yang selama ini ia rawat, ia lindungi.
Sekejap, kesedihan dan sakit hatinya muncul… namun dengan cepat ia menyapu semua itu dari hatinya. Matanya kembali tenang. Masa depan cerah sedang menantinya. Ia bangkit pelan, lalu memunculkan layar transparan di depannya.
Dari layar itu, ia membeli sebotol besar susu. Dengan tenang, ia duduk sambil menyesap susu hangat itu, meneguknya pelan-pelan tapi penuh semangat. Pahit hidupnya tak berarti lagi jika dibandingkan dengan kemenangan yang sebentar lagi ia capai.
Sementara itu, dari luar kamar, ia masih mendengar suara-suara
Tangisan Gu Yueqing.
Isak lirih sang nenek dan ibu Gu.
Jeritan Gu Yueqing yang histeris, karena dia tetap dibawa pergi sebagai pengantin pengganti. tim penjemput tamu tidak ingin mengambil resiko. akhirnya gu Yueqing dibawa pergi pergi dengan menggunakan bunga merah di dada dan tutup kepala. meskipun tidak ada perjamuan tapi langkah ini sudah disebutkan sebagai sebuah pernikahan.
Ia tidak mengenakan pakaian pernikahan, tidak membawa mahar, bahkan tidak sempat mengganti baju duka dari pemakaman ayahnya.
Ulan tak melihat semuanya.
Tapi dia pernah merasakannya , dan sekarang sepupunya yang egois lah yang menikmati perlakuan yang sama.Ulan ingin bertepuk tangan, khawatir ada orang yang mendengar jadi dia tutup mulut dan tertawa di bawah selimut.
Um ,beli sebungkus coklat Hitam lebih nikmat seraya memikirkan suara ribut di luar hahaha.
Suara-suara itu cukup baginya untuk tersenyum kecil di dalam kamar. Ini adalah pembalasan pertama dari banyak hal yang akan ia balas di kehidupan ini.