Jangan dibaca jika tidak tertarik dengan jalan ceritanya!
Mia seorang gadis yatim piatu. Ia tinggal bersama dengan neneknya. Pada suatu hari tetangganya yang bernama Ibu Ecin hendak pensiun dari pekerjaannya karena sudah tua. Ia meminta Mia untuk menggantikannya menjadi juru masak di rumah Adrian.
Adrian seorang pengusaha muda. Orang tuanya sudah lama meninggal. Ia harus berjuang sendiri meneruskan perusahaan milik orang tua. Untuk mengatasi rasa stresnya Adrian sering mengunjungi pub dengan minum minuman keras dan berkencan dengan beberapa wanita.
Kehidupan Andrian menjadi terganggu setelah Mia menjadi juru masak di rumahnya. Bagaimana dengan cerita selanjutnya? Baca sampai selesai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deche, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Hari Yang Naas Untuk Mia
Sesampai di lantai dasar Adrian langsung ke depan lobby, Mobilnya belum terlihat di depan lobby. Tak lama kemudian mobilnya datang. Adrian menuju ke pintu kemudi. Ia menyuruh Pak Ratno keluar dari mobil.
“Saya yang menyetir. Kamu duduk di sebelah!” kata Adrian.
Pak Ratno keluar dari mobil lalu menuju ke pintu penumpang, ia duduk di kursi penumpang. Adrian duduk di depan kemudi. Adrian langsung menancap gas mobilnya. Ia menyetir mobil seperti orang kesetanan.
“Astagfirullahaladzim. Jangan ngebut, Pak. Bahaya!” kata Pak Ratno. Adrian tidak mengindahkan perkataan Pak Ratno, ia tetap menyetir dengan ngebut. Dengan lihai Adrian menyetir mobil dalam keadaan mengebut. Bahkan ketika lampu sudah berubah menjadi kuning dari jauh Adrian malah tancap gas sehingga dengan nekad ia melaju kendaraannya setelah lampu berubah menjadi merah. Spontan ia di klakson oleh banyak mobil. Mobil patrol polisi melihat mobil Adrian yang sedang mengebut langsung mengejarnya. Polisi memberi tanda agar Adrian berhenti. Adrian tidak berhenti ia malah memberi tanda dengan tangannya kepada polisi untuk mengikutinya.
Akhirnya Adrian sampai di depan rumahnya. Cepat-cepat ia mengambil kunci rumah dari laci dashboard.
“Suruh polisi masuk ke dalam rumah! Mia dalam bahaya,” kata Adrian kepada Pak Ratno.
“Baik, Pak,” jawab Ratno.
Adrian keluar dari dalam mobil. Ia membuka gembok pintu pagar lalu berlari masuk ke dalam rumahnya. Mobil polisi yang mengejarnya baru sampai di depan rumah Adrian.
“Pak, masuk ke dalam! Ada seseorang dalam bahaya,” kata Pak Ratno kepada polisi. Polisi masuk ke dalam rumah.
Adrian masuk ke dalam kamar Mia, ia melihat Pak Sapto berusaha memp3rk0s4 Mia, namun Mia terus saja berusaha melawan sambil menangis.
“Berengsek!” Adrian langsung menarik baju Pak Sapto. Ia menyeret Pak Sapto keluar dari kamar Mia. Ia memukul wajah Pak Sapto.
“Kur4ng 4j4r berani-beraninya elu memp3rk0s4 Mia.” Adrian terus saja memukul Pak Sapto.
“Mia duluan yang menggoda saya,” kata Pak Sapto nembela diri.
“Apa lu bilang? Mia menggoda lu? Dia bukan perempuan gampangan!” teriak Adrian. Adrian kembali memukul wajah Pak Sapto.
“Dia perempuan mur4h4n. Tadi dia pulang diantar laki-laki dengan mobil mewah, bukan naik taksi online,” kata Pak Sapto.
“Laki-laki yang naik mobil mewah itu teman gue! Dia sudah bilang mau mengantar Mia pulang,” seru Adrian berbohong.
“Mau ngelak apa lagi lu? Gue bikin lu membusuk di penjara.” Adrian hendak memukul Pak Sapto namun polisi datang mencegahnya.
“Sudah cukup, Pak! Nanti dia bisa mati kalau dipukuli terus,” kata polisi.
“Dia mau memp3rk0s4 pembantu saya!” seru Adrian dengan marah.
“Biar hukum yang memberinya pelajaran,” kata polisi.
Mereka langsung meringkus Pak Sapto.
“Bawa dia ke kantor polisi. Dia hendak memperkosa pembantu saya,” kata Adrian kepada polisi.
Adrian masuk ke dalam kamar Mia. Mia sedang dipojokan dengan tampang berantakan. Ia sedang ketakutan. Dia menutupi dadanya dengan kedua tanganya. Kedua pipinya memerah seperti habis ditampar. Bajunya sobek. Adrian mengambil pakaian Mia dari dalam lemari. Ia hendak menutupi tubuh Mia dengan pakaian namun Mia menghindar, ia ketakutan.
“Maafkan saya, Mia. Ini semua salah saya. Kalau saja saya tidak menyuruhnya menjaga di rumah ini, ini semua tidak akan terjadi,” kata Adrian dengan menyesal.
Mia terus saja menangis ambil terus ketakutan, sepertinya ia mengalami shock. Adrian menutupi tubuh Mia dengan pakaian. Polisi menghampiri Adrian. Adrian mengeluarkan SIM dari dalam dompet lalu diberikan kepada polisi.
“STNK mobil ada di supir saya. Minta saja ke supir saya,” kata Adrian.
Polisi itu mengambil SIM Adrian.
“Saya sudah melaporkan ini kepada petugas yang berwenang,” kata polisi itu.
“Tolong ia didampingi polwan. Ia perempuan soleha yang tidak ingin disentuh oleh laki-laki,” kata Adrian.
“Baik, Pak. Akan kami perhatikan,” jawab polisi.
“Untuk sementara SIM Bapak kami sita. Bapak bisa mengambi kembali setelah sidang,” kata polisi.
“Iya, tidak apa-apa,” jawab Adrian. Polisi itu berjalan keluar.
Adrian duduk di lantai. Ia menyandar di pintu.
“Saya akan bertanggung jawab. Apa pun yang terjadi, saya akan bertanggung jawab. Ini semua terjadi karena kelalaian saya,” kata Adrian. Mia terus saja menangis di atas tempat tidurnya.
Setengah jam kemudian polisi pun datang. Mereka langsung masuk ke dalam rumah Adrian. Seorang polwan menghampiri Mia, ia hendak memeriksa keadaan Mia. Polwan itu menutup pintu kamar. Polisi meminta keterangan Adrian. Adrian menceritakan yang terjadi. Setelah beberapa saat polwan membuka pintu kamar. Mia sudah berganti baju.
“Sepertinya ia belum sempat diperkosa. Karena tidak ada tanda-tanda pakaian d4l4m terkoyak. Mungkin karena dia terus saja melawan,” kata polwan.
“Alhamdullilah,” ucap Adrian. Ia merasa lega mendengar perkataan polwan.
“Kami akan membawanya ke rumah sakit untuk divisum,” kata polwan.
“Baiklah,” jawab Adrian.
Adrian menelepon Ryan.
“Tolong carikan saya penjaga rumah untuk menggantikan Pak Sapto! Tadi Pak Sapto hendak memperkosa Mia. Sekarang sedang diurus oleh polisi,” kata Adrian.
“Cari orang yang bener! Jangan penjahat kamu suruh jaga rumah saya!” seru Adrian dengan kesal. Adrian mengakhiri percakapannya.
Polwan membawa Mia keluar dari kamar. Ia memapah Mia menuju ke mobil polisi. Adrian mengikuti dari belakang.
“Bu polwan, biar Mia naik mobil saya saja,” kata Adrian.
Polwan membawa Mia menuju mobil Adrian. Mereka duduk kursi belakang. Pak Ratno masuk ke dalam mobil. Ia menyalakan mobil dan mengeluarkan mobil dari halaman rumah. Adrian menutup pintu pagar kemudian menggemboknya. Adrian masuk ke dalam mobil. Mobilpun meluncur meninggalkan rumah Adrian.
Sesampai di rumah sakit polwan membawa Mia ke ruang instalasi gawat darurat untuk divisum. Adrian menunggu di ruang tunggu. Ia menunggu dengan gelisah. Tiga puluh menit kemudian dokter keluar dari ruang instalasi gawat darurat.
“Bagaimana keadaan Mia, Dok?” tanya Adrian.
“Mia mengalami shock. Pipinya mengalami memar karena dipukul berkali-kali,” kata dokter.
“Berengsek!” seru Adrian.
“Ada luka lebam di tangannya akibat dari cengkraman yang kuat. Pelakunya belum sampai menyentuh bagian bawah,” kata dokter.
“Alhamdullilah.” Adrian bernafas lega.
“Dia harus diterapi untuk mengatasi shock. Ia juga harus mendapatkan support dari keluarganya agar rasa percaya dirinya kembali,” kata dokter.
“iya, Dok. Saya mengerti,” jawab Adrian.
“Nanti saya beri alamat psikolog,” kata dokter.
“Baik, Dok,” jawab Adrian.
“Saya permisi dulu. Saya mau membuat laporan hasil visum,” pamit dokter.
“Dok, apakah saya boleh melihat Mia?” tanya Adrian.
“Boleh. Tapi kalau ia menolak untuk bertemu jangan dipaksa. Beri dia ruang untuk menenangkan diri,” jawab dokter.
“Baik, Dok. Saya mengerti,” jawab Adrian. Dokter pergi meninggalkan tempat itu.
Adrian menghubungi Ibu Ecin.
“Assalamualaikum,” ucap Adrian.
“Waalaikumsalam,” jawab Ibu Ecin.
“Bu, bisa carikan saya pembantu?” tanya Adrian.
“Memang kenapa dengan Mia?” Ibu Ecin balik bertanya.
terus esok harinya baru pembukaan 5 terus baru diperiksa katanya jalan lahirnya Sempit dan akhirnya Operasi Cesar...🤔🤔🤔🤔
durenya Di Skip... biar yang baca pikirannya tidak Traveling kemana -mana..🤔🤔🤔...😄😄😄