Sebelum ada bintang, sebelum Bumi terbentuk, dia sudah ada.
Makhluk abadi tanpa nama, yang telah hidup melewati kelahiran galaksi dan kehancuran peradaban. Setelah miliaran tahun mengembara di jagat raya, ia memilih menetap di satu tempat kecil bernama Bumi — hanya untuk mengamati makhluk fana berkembang… lalu punah… lalu berkembang lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jenderal Zhang Rui
Jenderal Zhang Rui.
Nama yang di lingkungan militer tak perlu diperkenalkan. Komandan Divisi Strategis Nasional, salah satu dari lima pemegang akses segel SSSS. Jika pria seperti dia harus turun tangan secara pribadi… maka itu hanya berarti satu hal:
Misi ini, terlalu gila untuk dilakukan manusia biasa.
Pintu vila terbuka perlahan. Seorang pelayan membawanya ke ruang tamu. Tak lama kemudian, langkah ringan terdengar menuruni tangga marmer. Seorang pria muda dengan pakaian santai — kaus putih dan celana hitam — muncul sambil memegang segelas teh.
Tak ada aura militer. Tak ada tekanan. Tapi bagi Zhang Rui, itu justru lebih menakutkan.
Alex Chu.
"Sudah lama tak datang kemari, Jenderal Zhang," ucap Alex ringan, lalu duduk santai di sofa kulit.
Zhang Rui tidak langsung bicara. Ia hanya menatap wajah muda itu, wajah yang tak pernah berubah sejak pertama kali ia melihatnya… dua puluh tiga tahun yang lalu. Ketika dirinya masih kolonel dan Alex — entah dari mana — muncul menyelesaikan sebuah misi penyelamatan di wilayah perbatasan.
Sejak itu, dia tahu: pria ini bukan manusia biasa.
"Aku tidak ingin mengganggu waktumu, Tuan Chu," Zhang akhirnya membuka suara. "Tapi situasi negara sangat genting. Kami butuh bantuanmu… sekali lagi."
Alex menyesap tehnya, lalu meletakkan cangkir di meja. "Suaranya serius sekali. Seperti biasa, kau datang bukan untuk basa-basi."
"Ini tentang operasi Langit Hitam. Kami menerima informasi bahwa senjata biologis generasi baru sedang dikembangkan oleh jaringan asing di wilayah tak dikenal. Waktu kita sedikit. Kami harus bertindak sebelum senjata itu dipindahkan ke pasar internasional."
Alex mengangkat alis. "Dan kau yakin misi itu tak bisa diselesaikan oleh pasukan khusus?"
Zhang menghela napas. "Tingkat keberhasilan 2 persen. Itu pun jika kita tahu lokasi pastinya, yang sayangnya... belum kami ketahui. Satu-satunya opsi kami adalah menerjunkan seseorang yang bisa menyusup, melacak, sekaligus menyelesaikan tanpa meninggalkan jejak."
Hening. Angin malam meniup tirai jendela perlahan.
Alex bersandar, menatap lampu gantung di atasnya. "Aku baru saja menikmati hidupku yang tenang... dan kau datang lagi dengan racikan masalah dunia."
"Negara ini butuhmu," tegas Zhang Rui.
"Negara ini butuh banyak hal," balas Alex. "Aku hanya satu orang. Dan aku bukan pahlawan."
"Tapi kau satu-satunya yang bisa menyelesaikan ini."
Alex terdiam cukup lama. Lalu ia berdiri, berjalan menuju jendela, memandang ke luar. Hujan sudah reda. Langit masih gelap. Jalanan basah memantulkan lampu kota.
"...Kirimkan datanya ke Gao Wen," ucapnya akhirnya. "Kalau misi ini cukup menarik... mungkin aku akan ikut bermain."
Zhang Rui hampir menghela napas lega, tapi ia tahu, Alex bukan orang yang bisa ditekan atau diperintah. Pria itu seperti bayangan — tidak bisa ditangkap, tapi selalu muncul ketika dunia hampir runtuh.
"Terima kasih," ucap Jenderal Zhang.
Sebelum keluar, ia sempat berbalik. "Oh ya, satu hal lagi… Misi ini melibatkan tokoh internasional. Jika kau turun tangan, identitasmu mungkin akan mendekati titik eksposur."
Alex tersenyum kecil. "Kau lupa, Jenderal. Aku tak punya identitas."
Setelah Jenderal Zhang Rui pergi, malam masih sunyi. Lampu gantung di ruang tamu vila Alex Chu redup, memancarkan cahaya keemasan yang hangat, kontras dengan topik pembicaraan yang baru saja terjadi.
Tak lama kemudian, seorang pria berjas hitam masuk dengan tenang dari pintu samping. Rambutnya tersisir rapi, wajahnya bersih dan ekspresinya selalu tenang.
Gao Wen, asisten pribadi Alex Chu — atau bisa dibilang, penghubung antara dunia manusia biasa dan dunia di mana Alex berada.
“Datanya sudah masuk, Tuan,” ucap Gao Wen sambil menyodorkan tablet ke tangan Alex.
Alex mengambilnya sambil menyender ke sofa. Ia menelusuri layar, membaca beberapa baris, lalu menyipitkan mata.
“Sistem saraf sintetis... peningkatan sel melalui mutasi paksa?” gumamnya. “Kelompok ini tidak main-main.”
Gao Wen mengangguk. “Target utama kita bukan hanya menghentikan senjata biologisnya, tapi juga menangkap salah satu ilmuwan utamanya hidup-hidup. Orang itu diduga mantan peneliti dari divisi eksperimental Rusia yang hilang beberapa tahun lalu. Kini beroperasi secara rahasia dan dilindungi oleh jaringan tentara bayaran internasional.”
Alex tersenyum tipis. “Jadi, 2 persen bukan karena kekuatan targetnya, tapi karena terlalu banyak variabel liar?”.
“Benar,” jawab Gao Wen. “Lokasi fasilitas berpindah-pindah. Ada sinyal satelit gangguan yang membuat pengintaian menjadi mustahil. Dan setiap operasi yang pernah dikirim, tidak satu pun kembali.”
"menarik, siapkan perlengkapan aku akan bermain.