Soul-verse Beast adalah sebuah game MMORPG yg populer tidak hanya gamenya yang asik,tapi juga game ini memberikan akses kesempatan bagi para player untuk bermain secara realtime!
Soul-verse Beast,game yg berusia 2 tahun mengguncang dunia karena setiap update patch 2 bulan sekali,mereka melakukan pemilihan bagi semua player yg beruntung dapat bermain game Soul-verse Beast secara realtime. Dan pemeran utama dalam cerita ini Wazeng dan Vogaz,mendapatkan keberuntungan itu!
perjalanan dimulai apa saja yang akan mereka lakukan disana? dan apa mereka akan mendapatkan kehidupan yg lebih berwarna dalam dunia game? ikuti cerita mereka menjelajah dunia Soul-verse Beast!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MoonShape, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Carnage Cavern
...----------------...
...----------------...
...(Kabut dingin menyelimuti lorong pertama. Cahaya obor dari tangan Eimi menjadi satu-satunya sumber penerangan di tengah kegelapan mencekam. Suara tetesan air terdengar dari kejauhan, bercampur gema langkah kaki mereka di atas batu lembap.)...
Vogaz: “Masih tak ada petunjuk soal posisi petinya…”
(Wazeng mengecek Tab Hologram): “Peta... masih kosong. Dungeon ini tak memberikan tampilan peta otomatis.”
(Eimi menoleh ke Hazuki): “Kau ingat sesuatu dari kunjunganmu sebelumnya?”
(Hazuki menggeleng perlahan) “Entah kenapa jalur ini... Seperti terasa asing,jalurnya seperti berubah.”
...----------------...
...(Mereka memasuki sebuah ruangan batu besar yang sepi. Tak ada monster. Tak ada jebakan. Hanya keheningan mencekam.)...
(Di tengah ruangan terdapat empat pilar batu menjulang, masing-masing menghadap ke arah mata angin utama. Di lantai, melingkar mengelilingi keempat pilar itu, terdapat sebuah ukiran kuno.)
(Eimi mendekat dan menancapkan obornya ke tanah utk menerangi ukiran batu itu)
(Wazeng berlutut, mengusap debu di ukiran): “...Ini bahasa kuno. Tapi beberapa hurufnya mirip dengan struktur mantra.”
(Eimi mengamati): “Ini bukan sekadar ukiran... ini semacam permohonan.”
(Tulisan itu terbaca perlahan...)
“Empat arah. Empat jiwa. Empat bentuk kehilangan.”*
“Yang satu kehilangan kepercayaan.”
“Yang satu kehilangan waktu.”
“Yang satu kehilangan rasa.”
“Yang satu kehilangan nama.”
“Tunjukkan bentuk dari luka itu. Maka jalanmu akan terbuka.”
(Hazuki mengerutkan kening): “Kepercayaan… waktu… rasa… nama… Kenapa ini seperti bicara tentang—kehilangan nyawa?”
(Vogaz memperhatikan pilar): “Setiap pilar punya cekungan di tengah... seperti untuk meletakkan sesuatu.”
(Di bawah tiap pilar terdapat ukiran tangan terbalik, seakan meminta untuk “menyerahkan” sesuatu. Tak ada tombol. Tak ada simbol. Hanya cekungan seperti mangkuk, yang menunggu persembahan.)
(Eimi perlahan): “Aku rasa... kita harus memberi sesuatu.”
...----------------...
...[Pilar Timur – Kehilangan Kepercayaan]...
(Wazeng mendekat, dan perlahan menurunkan belati lamanya, lalu meletakkannya di cekungan.)
(Pilar bersinar merah samar.)
Wazeng: “Belati ini... senjata pertamaku di game ini. Aku percaya padanya. Tapi saat Hazuki kehilangan timnya, aku sadar... kepercayaan dalam game ini rapuh.”
...[Pilar Barat – Kehilangan Waktu]...
(Vogaz tanpa bicara, mengeluarkan jam pasir kecil dari inventori. Hadiah event lama. Ia meletakkannya dengan hati-hati. Pilar bersinar biru kelam.)
Vogaz: “Game ini... mengambil waktu kita semua. Tapi waktu juga yang kita habiskan untuk bertahan.”
...[Pilar Selatan – Kehilangan Rasa]...
(Eimi maju, lalu menarik pita merah dari rambutnya. Ia menatapnya sebentar, menghela napas panjang, lalu menaruhnya perlahan.)
(Pilar bersinar lembut keunguan.)
(Eimi tersenyum kecil, ragu): “Aku... dulu bermain game ini karena menyenangkan. Tapi sekarang. Aku hanya takut kehilangan orang lain.”
...[Pilar Utara — Kehilangan Nama]...
(Hazuki maju terakhir. Ia menggigit bibir, lalu membuka Tab Hologram dan mengambil emblem adventurer guild tim Enryu, nama tim lamanya. Ia menyimpan emblem itu sebagai benda kenangan, tapi kini dia harus merelakannya. Ia menyeretnya ke dalam cekungan.)
(Pilar terakhir menyala putih kelabu)
(Hazuki lirih): “Mereka mungkin sudah mati... tapi aku tidak akan hidup dalam nama yang tak lagi ada.”
*KRHHHHHHH...!*
(Tanah bergetar. Empat pilar mengeluarkan cahaya yang kemudian bertemu di tengah ruangan, membentuk sebuah simbol, seperti segel berbentuk kompas retak.)
(Sebuah pintu batu di dinding terbuka perlahan, menuju ruangan gelap berikutnya.)
Wazeng: “Pintu kenangan... hanya terbuka bagi mereka yang berani menghadapinya.”
...(Tanpa kata, mereka melangkah ke depan. Obor kembali menyala. Lorong di balik pintu terasa... lebih sunyi. Seperti sedang berjalan di antara bayangan masa lalu mereka sendiri.)...
(Cahaya lembut menyinari satu peti harta besar berwarna perak tua di tengah ruangan. Ukiran naga melilit sisinya, dan simbol emblem keluarga NPC tertera jelas di atas tutupnya.)
(Eimi menatap sekeliling): “Ruangan ini... bukan seperti tempat menyembunyikan harta. Ini seperti tempat menyimpan kenangan.”
(Wazeng maju pelan, menyentuh permukaan peti dengan satu tangan. Peti terbuka. Di dalamnya terdapat gulungan kain tua.)
...[Quest Progress: 1/4 ]...
Wazeng: “Satu ditemukan. Tiga lagi.”
(Mereka kembali ke lorong utama dungeon, yang bercabang ke banyak arah sempit dan gelap. Mereka menuruni lorong sempit dan menemukan sebuah ruangan dengan patung berbentuk tengkorak menjulang tinggi di tengah. Di bawahnya... peti kedua, dikelilingi oleh empat obor yang belum menyala.)
(Eimi berhenti tiba-tiba): “Ada sihir di ruangan ini. Bukan yang menyakitkan, tapi... menguji.”
(Hazuki mengambil langkah): “Sepertinya ada---?”
(Tiba-tiba lantai tempat Hazuki berdiri menghilang sekejap!)
Hazuki: “WAAAHH—!!”
(Vogaz dengan cepat menariknya ke atas dengan refleks. Sebuah lubang berduri terbuka di bawah tanah, lalu tertutup kembali.)
"Thanks,Gaz" (nafasnya nafas terengah engah)
"Yo" (Menepuk bahu Hazuki)
(Eimi memutar tongkat sihirnya, menyalakan satu per satu obor menggunakan sihir api. Saat keempatnya menyala, patung tengkorak mengeluarkan suara retakan batu, dan peti terbuka secara otomatis, di dalam ada cincin perak kecil.)
...[Quest Progress: 2/4]...
(Vogaz menyeringai): “Dua. Kita mulai terbiasa dengan tempat mengerikan ini.”
...----------------...
(Perjalanan berikutnya membawa mereka ke lorong panjang dengan empat cermin memantulkan ilusi masa lalu yg keji.)
Hazuki: “Apa... itu diriku sendiri?”
(Bayangan Hazuki di salah satu cermin menunjukkan dirinya tersungkur menangis wajahnya lebam. Tangisannya tersedu sedu)
(Cermin lain menunjukkan Wazeng berlari sendiri di lorong panjang sembari membawa sebuah kotak. Nafasnya terengah engah dalam cermin itu.)
(Cermin Eimi menunjukkan matanya yg kosong, eror dan tersensor. Suara tawa seorang pria dewasa terdengar namun putus putus karna eror.)
(Cermin Vogaz menunjukkan dirinya duduk sendirian di taman saat hujan pada malam hari. Suara hujan deras terdengar dari cermin itu.)
(Wazeng terbelalak, ia langsung menghancurkan keempat cermin dengan cepat menggunakan tinjunya.)
"Terima kasih." (Eimi berbisik, memeluk Wazeng dari belakang, tangannya gemetar meneteskan darah.)
(Wazeng mengambil nafas panjang): "Ayo kita lanjutkan."
(Ia membersihkan tangannya di mantelnya.)
(Mereka terus melangkah, dan akhirnya menemukan ruangan tenang dengan peti ketiga di tengah lingkaran cermin yang kini tidak memantul apa pun.)
...(Medali berkarat)...
...[Quest Progress: 3/4]...
(Wazeng menghela napas): “Satu lagi…”
...----------------...
(Lorong batu yang mereka lewati semakin sempit, hawa panas dan tekanan sihir mulai terasa. Dindingnya penuh goresan cakar, dan bau darah yang samar mulai tercium.)
(Wazeng mengeluarkan belatinya): “Bersiap. Aku rasa ini tidak akan seperti tiga peti sebelumnya.”
(Mereka melangkah ke ruangan berbentuk persegi dengan peti harta besar bersimbol singa bersayap di tengah. Tapi belum sempat mereka mendekat...)
*DUUUMMM!!!
(Dua pilar batu di sisi ruangan runtuh seketika. Dari balik reruntuhan muncul dua sosok raksasa. Muncullah 2 orc raksasa, Wazeng menatap kedua orc itu dan nama mereka terpampang jelas di atas kepala mereka)
...[Kragh, The Ironbone Lv55]...
...[Berzirah penuh, membawa palu raksasa]...
...[Thurg, The Skullcleaver]...
...[Bertanduk, membawa kapak]...
Vogaz: “KITA DAPAT JAMUAN PENUTUP NIH!!”
Hazuki: “Aku ambil yang pakai kapak!”
Eimi: “Baik, ayo kita lawan!”
...----------------...
...----------------...
(Kragh mengayunkan palunya ke arah Vogaz dengan kekuatan brutal!)
...[DMG diterima Vogaz: -2,100]...
(Vogaz melompat ke belakang.)
(Wazeng melesat di belakang Kragh, menyayat lutut armor!)
...DMG diberikan Wazeng: -3,200 (Critical Back-stab)...
...(Kragh menggeram, tapi masih kokoh.)...
(Eimi merapalkan sihir pada semua) “Divine Shield! Mana Blessing! Strength Uplift!”
...Defense +20%...
...MP Regen meningkat...
...ATK Boost +15%...
Vogaz: “Waktunya jadi serius…”
(Vogaz melesat memotong lengan kiri orc)
...DMG diberikan Vogaz: -15.300 CRIT...
...(Kragh terguncang)...
(Wazeng mengikuti dari sisi berlawanan Phantom Fang: -5,000 Kragh roboh dengan raungan terakhirnya.)
...(Enemy Defeated)...
(Hazuki berhadapan langsung dengan Thurg, ia menahan serangan kapak!)
...DMG diterima Hazuki: -1,800...
...DMG diberikan Hazuki (Counter Gauntlet) -2,400...
(Hazuki menggertakkan gigi): “Dia kuat... tapi aku lebih keras kepala!”
(Hazuki menggunakan Final Gauntlet Combo)
...Uppercut (DMG: -10,200)...
...Spinning Kick (DMG: -12,800)...
...“Skybreaker Smash” (DMG: -8,000)...
(Thurg terjengkang. Saat dia bangkit lagi, bola api besar sudah mengarah ke wajahnya)
(Eimi dengan suara keras):
...“Flaring Burst!!”...
...DMG: -5,500...
(Ledakan menutup pandangan. Saat debu mereda, kedua penjaga telah tumbang...)
...(Enemy Defeated)...
(Peti terbuka perlahan... Batu kuno ukiran simbol Serigala)
...[Quest Progress: 4/4 – COMPLETE]...
Wazeng: “Kita berhasil. Dan... kita tak mendekati ruangan itu.”
(Eimi menyiapkan sihir teleportasi langsung ke pintu depan Adventurer guild): “Pulang, yuk?”
(Portal biru muncul di tengah ruangan. Mereka masuk satu per satu, meninggalkan lorong yang kini sunyi kembali...)
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...----------------...