Marya terpaksa harus menjadi istri di atas ranjang bos dari perusahaan tempatnya bekerja. Demi bisa mendapatkan pinjaman untuk membayar hutang Ayahnya di perjudian, yang telah menggadaikan rumah mereka.
Kanzo memperlakukannya dengan baik, sehingga Marya jatuh cinta. Namun Marya harus membuang jauh jauh perasaan itu, mengingat Kanzo memiliki istri lain yang dia cintai.
Apakah Kanzo juga jatuh cinta pada Marya. Mengingat Kanzo memiliki istri lain yang lebih pantas dari Marya. Dan apa alasan Kanzo menikahi Marya?.
"Ingat Marya! kamu tidak boleh jatuh cinta. Kamu hanya istrinya di atas ranjang. Dia tidak mencintaimu" Marya.
Bagaimana kisahnya, yuk ikuti ceritanya. Di jamin baper tingkat tinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha cute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Badai pasti berlalu
Dari tadi Marya hanya duduk melamun tidak mengerjakan pekerjaannya sama sekali. Lusa hari pernikahannya dengan Kanzo, pernikahan yang tanpa di ketahui Ibunya. Dan Kanzo hanya akan menikahinya secara sirih. Entah kehidupan rumah tangga seperti apa yang akan mereka jalani, Marya pun tak tau.
Widuri yang melihatnya, hanya menghela napasnya. Ia tidak bisa membantu Marya sama sekali, ia hanya bisa menjadi sahabat yang mendukung apa pun keputusan Marya, dan selalu ada untuk sahabatnya itu.
"Percayalah, badai pasti akan berlalu" ucap Widuri mengusap lembut bahu sahabatnya itu.
"Setelah masa depanku hancur" lirih Marya, matanya berkaca kaca, bibirnya sedikit bergetar." Aku menggadaikan masa depanku, Wid. Masa depanku akan hancur di tangan Pak Kanzo. Setelah itu aku tidak punya masa depan."
"Aku menikah tanpa sepengetahuan Ibuku. Nanti aku menjadi janda pun tanpa sepengetahuannya. Aku akan menjadi janda tanpa status yang jelas, Wid" ucap Marya lagi, tak dapat membenduk air matanya.
"Kamu anak yang berbakti, Yakinlah, Tuhan akan membantumu. Ini semua adalah rencana Tuhan.Setiap musibah pasti ada hikmahnya. Kamu sedang diuji kesabarannya" ucap Widuri mencoba memberi kekuatan pada Marya.
Marya menghentikan tangisnya dan menghapus air matanya. meski berat rasanya, Marya akan mencoba menerima takdirnya dengan sabar dan ikhlas. Berdo,a semoga esko hari niat Kanzo berubah.
**
Malam hari, Marya masuk ke dalam kamar Ibunya. Ia ingin mengatakan sesuatu pada Ibunya.
"Bu!" panggil Marya tersenyum.
Ibu Hayati yang sedang menonton tv menoleh ke arah Marya yang sudah duduk di sampingnya.
"Bos Marya nawarin Marya kerja jadi pembantunya Bu" ucap Marya.
Ibu Hanyati diam menunggu lanjutan kalimat putrinya itu. Bukankah putrinya itu berhenti kerja di loundry dengan alasan tak sanggup. Ini kenapa malah putrinya itu ingin bekerja menjadi pembantu?.
"Gajinya lebih besar Bu. Di sana nanti kerja Marya hanya nyuci sama nyetrika Bu. Tapi Marya nanti sering gak pulang Bu, soalnya rumahnya jauh dari sini. Gimana menurut Ibu?" tanya Marya pada Ibu Hayati yang terus memperhatikan raut wajahnya.
"Bukankah kemarin kamu bilang lelah jika bekerja tambahan?" tanya Ibu Hayati.
"Iya sih Bu. Tapi kalau Marya gak kerja tambahan, gajiku gak akan cukup buat biaya hidup kita Bu." Marya menundukkan kepalanya." Di sana kerjanya gak terlalu capek Bu. Soalnya cuciannya gak sebanyak di tukang loundry. Hanya pakaian tiga orang, dan nanti Marya juga gak kerja setipa hari. Hanya empat hari dalam seminggu" jelas Marya.
"Terserah kamu saja Nak. Maafin Ibu ya" Ibu Hayati merasa bersalah kepada putrinya.
Marya mengulas senyumnya." Kali ini Marya akan lebih menjaga pola makan Marya Bu. Supaya Marya tidak sampai sakit."
Marya lega, karna Ibu Hayati memberinya ijin bekerja tambahan menjadi pembantu. Meski kenyataanya, Marya berbohong. Dia tidak menjadi pembantu, melainkan menjadi budak di atas kasur.
Marya pun kembali ke dalam kamarnya. Sampai di dalam kamarnya, Marya membaringkan tubuhnya di atas kasur untuk istirahat.
**
Esok harinya.
Selesai membersihkan diri, Marya memakaikan gaun panjang berbahan brukat, dengan warna putih tulang ke tubuhnya. Baju itu di beli Kanzo untuk baju akan nikah mereka hari ini.
Saat mendudukkan tubuhnya di kursi meja rias. Marya menghembuskan napasnya kasar sebelum merias wajahnya dengan make up. Tidak perlu harus menyewa tukang rias pengantin. Karna itu akan mengundang kecurigaan Ibunya. Dan juga mereka hanya menikah dengan ijab kabul saja, dan tidak akan ada satu pun undangan yang akan melihat mereka.
Setelah selesai merias wajahnya dengan make up tipis. Marya pun memakaikan jaket untuk menutupi bajunya, supaya tidak terlalu terlihat menocolok. Lalu keluar kamar setelah meraih tas kecilnya dari atas kasur.
"Bu! Marya pergi dulu ya!" seru Marya.
Tadi dia sudah berpamitan pada Ibunya, kalau hari ini dia akan menghadiri acara ulang Tahun temannya. Dan Marya juga mengatakan akan pulang terlambat.
"Ya ! hati hati bawa motornya!" balas Ibu Hayati berseru.
Marya pun keluar dari rumah, melangkahkan kakinya ke arah motornya yang terparkir di halaman rumah, dan melajukan perlahan motornya ke alamat KUA yang di kirimkan Kanzo padanya.
Hampir setengah jam, Marya baru sampai di tempat tujuan. Saat memarkirkan motornya, ia sudah melihat Kanzo dan Haris menunggunya di depan kantor KUA tersebut.
"Silahkan masuk Nona" ujar Haris pada Marya yang sudah berada di depan mereka.
Tanpa menjawab, Marya pun melangkah mengikuti langkah Kanzo dari belakang. Haris mengikuti di belakang Marya.
Sampai di Dalam KUA, disana sudah ada pihak KUA yang sudah siap menikahkan mereka. Dan satu orang pria yang katanya menjadi saksi dari pihak calon istri, Marya tidak mengenal pria itu.
Ijab kabul pun berjalan lancar tanpa masalah apapun. Sehingga saat keluar dari dalam KUA, status mereka sudah sah menjadi suami istri tanpa buku nikah.
"Haris, amankan motornya, aku akan membawanya ke apartement" ucap Kanzo kepada sahabatnya Haris.
"Hm" balas Haris berdehem, apa sahabatnya itu sudah tidak sabaran?, seperti pria belum berpengalaman aja, pikir Haris. Haris pun memberikan kunci mobilnya pada Kanzo.
Kanzo langsung mengambilnya dan meraih lengan Marya menariknya masuk ke dalam mobil.
Marya pasrah saja, ia sudah tidak punya hak untuk menolak. Ia sudah sah menjadi milik Kanzo. Dan Kanzo sudah membayarnya dengan uang.
Setelah menutup pintu di samping Marya, Kanzo melangkahkan kakinya memutari bagian depan mobil itu. Mengusul masuk duduk di kursi kemudi, dan langsung melajukannya perlahan meninggalkan kantor KUA tersebut.
Sepanjang perjalanan tidak ada yang berbicara. Mereka sama sama diam menyelami hati masing masing. Jika Kanzo sibuk dengan setir di tangannya. Marya dari tadi diam diam menangis sambil memandangi kaca di sampingnya.
Sampai di parkiran apartement, Kanzo memarkirkan mobil milik Haris itu dengan sempurna. Kanzo pun membuka sabuk pengamannya lalu membuka pintu di sampingnya dan langsung turun.
Melihat Kanzo berjalan ke pintu di sebelahnya, Marya menghapus air matanya.
Ceklek
"Ayo turun" ajak Kanzo mengulurkan tangannya supaya Marya meraihnya.
Namun Marya tidak menggerakkan tangannya sama sekali. Marya masih terdiam di dalam mobil. Sehingga Kanzo terpaksa menarik tangan Marya dengan lembut.
Marya terpaksa menurut, dan percuma juga membantah. Pria itu akan berusaha mendapatkan yang dia mau.
Kanzo pun membawa Marya masuk ke dalam lif yang akan mengantar mereka ke salah satu unit apartement milik Kanzo. Setelah sampai di apartement, Kanzo langsung membuka jasnya dan melemparnya ke sofa. Lalu membuka kedua kancing lengan kemejanya dan melipat lengan baju itu sampai siku.
"Kenapa masih berdiri di situ, sini duduk" Kanzo yang sudah duduk di sofa, menepuk sofa di sampingnya, melihat Marya masih berdiri di dekat pintu.
Marya menggelengkan kepalanya dengan air mata mengalir di ppipinya.
Kanzo kembali beridri, berjalan mendekati Marya, menarik tangan wanita itu membawanya ke sofa.
Kanzo berdecak melihat Marya menangis, ia pun menarik wanita itu untuk duduk di pangkauannya.
"Ayolah jangan menangis, kalau kamu belum siap hari ini, aku tidak akan memaksamu" ujar Kanzo menepis cairan bening yang mengalir di pipi Marya."Tapi tidak untuk besok" Kanzo mengulas senyumnya.
*Bersambung
part widuri dan haris..
saya gk mao tau author hsr tanggung jawab