Terpaksa Menikahi Suami Sahabatku

Beberapa hari kemudian, ayah Kanaya pulang dari rumah sakit. Dokter mengatakan, kalau Danu sudah bisa beristirahat di rumah. Akan tetapi, meskipun begitu, Danu tetap harus sering ke rumah sakit untuk mengontrol kesehatannya.

Setelah ayahnya diperbolehkan pulang, Kanaya bisa bernapas lega. Perempuan itu bisa kembali bekerja dengan tenang tanpa rasa khawatir terhadap ibu dan adik-adiknya.

Semenjak ayahnya masuk rumah sakit, ibu dan kedua adiknya harus bergantian menjaga sang ayah. Sementara Kanaya sendiri harus bekerja. Meskipun uang yang diberikan Sandra masih tersimpan, tetapi, Kanaya tetap harus bekerja. Ia tidak mungkin berhenti bekerja dan mengandalkan uang yang diberikan oleh Sandra.

Bagaimanapun, Kanaya tetap menganggap kalau uang itu adalah hutang. Apalagi, saat Sandra membatalkan rencananya.

Pernikahannya dengan Sean harus tertunda karena kedua orang tua Sean tiba-tiba mengambil alih semua pekerjaan Sean di luar negeri. Sebelumnya, Sandra ingin membawa Kanaya tinggal di luar negeri bersamanya juga Sean.

Sandra bahkan sudah menyiapkan apartemen untuk tempat tinggal Kanaya dan Sean untuk memperlancar rencananya.

Namun, sepertinya Tuhan belum merestui rencana yang telah disusun dengan matang oleh Sandra.

Sean ....

Kanaya menarik napas panjang saat rasa nyeri tiba-tiba mengalir ke hatinya.

Kanaya sungguh tidak menyangka kalau pria yang selama ini menjadi impiannya ternyata sudah menikah dengan sahabatnya.

Bagaimana seandainya pernikahan itu benar-benar terjadi?

Ucapan sang ayah yang menyuruhnya menikah dengan segera kembali terngiang di telinga Kanaya.

Seandainya Sandra kembali melanjutkan rencana pernikahan itu dalam waktu dekat, aku bisa memenuhi keinginan ayah meskipun pernikahan itu hanya sementara.

Akan tetapi, seandainya Sandra membatalkan rencananya, berarti aku harus mencari seseorang yang mau menikah denganku.

Tapi bagaimana aku bisa mencari seseorang yang mau menikah denganku?

Kanaya kembali menghembuskan napas panjang. Pikirannya melayang pada beberapa pria yang pernah mengatakan cinta padanya, tetapi selalu ia tolak.

Semua lelaki itu bahkan mengajak Kanaya menikah setiap kali mengatakan cintanya. Namun, sayangnya di antara mereka tidak ada yang menarik perhatian Kanaya.

Bukan karena mereka tidak tampan atau tidak mapan atau bahkan tidak menarik. Hanya saja, pintu hati Kanaya tertutup untuk mereka semua. Perempuan itu tidak tertarik pada mereka karena dirinya belum bisa membuka pintu hati untuk orang lain.

Keinginannya untuk bertemu seseorang yang dulu pernah menjadi masa lalunya membuat Kanaya tidak bisa membuka pintu hati untuk orang lain.

Jatuh cinta untuk pertama kalinya pada Sean membuat Kanaya menutup pintu hatinya untuk pria manapun.

"Naya." Tepukan lembut di pundaknya membuat Kanaya langsung menoleh. Senyum lembut sang ibu tercinta tertangkap netranya, membuat gadis itu pun tertular mengulum senyumnya.

"Ada apa?" Rianti menatap putri tercintanya sambil mengusap kepala gadis itu.

"Tidak ada apa-apa, Bu."

"Jangan berbohong. Kamu tidak pandai membohongi ibu, Nak." Rianti memperhatikan wajah cantik Kanaya yang terlihat lelah. Seperti ada banyak beban yang tersimpan di hatinya.

"Maafkan ibu, Nak. Tidak seharusnya kamu ikut menanggung beban masalah keluarga kita. Ibu–"

"Ibu ini bicara apa? Aku tidak apa-apa, Bu. Aku hanya sedikit lelah karena pekerjaan. Tidak ada masalah lain selain itu." Kanaya mencoba menghindari pertanyaan sang ibu tercintanya karena ia tidak mau perempuan yang sangat dicintainya itu ikut merasakan beban yang sedang ia pikirkan semenjak kemarin.

"Apa semua ini berhubungan dengan permintaan ayahmu?" Rianti kembali mengusap kepala Kanaya.

"Jangan dipikirkan semua kata-kata ayahmu. Seandainya memang kamu belum menemukan orang yang tepat, ibu tidak akan memaksamu untuk memenuhi keinginan ayahmu." Rianti menghela napas panjang.

Sebagai seorang gadis, usia Kanaya memang sudah matang. Putrinya itu sudah pantas untuk menikah. Teman-teman Kanaya bahkan sudah menikah dan di antara mereka juga sudah ada yang mempunyai anak.

Selama ini, Kanaya tidak pernah memikirkan hubungan dengan laki-laki manapun karena dia masih memikirkan keluarganya.

Bagi Kanaya, keluarganya jauh lebih penting dibandingkan yang lainnya, termasuk urusan percintaannya dengan laki-laki.

"Apa Sandra belum menghubungimu?" Rianti menatap manik mata Kanaya yang langsung mengarah padanya.

"Belum, Bu. Sepertinya Sandra sangat sibuk akhir-akhir ini. Apalagi, sebentar lagi dia harus pergi ke luar negeri." Kanaya memegang kedua tangan ibunya.

"Ibu jangan khawatir, Sandra tidak akan menyuruh kita untuk mengembalikan uang itu dengan cepat. Aku yakin, dia pasti sudah tahu keadaan kita seperti apa," ucap Kanaya membuat Rianti bernapas lega.

Semenjak Rianti mengetahui kalau Sandra membatalkan rencananya untuk menikahkan Kanaya dengan suaminya, Rianti memang sedikit khawatir.

Di sisi lain, Rianti bersyukur karena Kanaya tidak jadi menikah dengan suami Sandra. Namun, di sisi lainnya, Rianti merasa khawatir seandainya Sandra tiba-tiba meminta uang yang sudah mereka pakai untuk biaya operasi suaminya.

"Apa Sandra benar-benar membatalkan rencana pernikahanmu dengan suaminya?" Rianti masih menatap wajah putrinya.

"Sandra bilang, dia hanya menundanya sampai situasi memungkinkan. Dia tidak mau kedua mertuanya tahu tentang rencananya." Kanaya menghela napas panjang, mencoba menghilangkan rasa gundah di hatinya.

"Sandra dan suaminya adalah dua orang yang saling mencintai, tapi entah kenapa, mereka justru ingin menjadikan aku sebagai orang ketiga dalam hubungan mereka."

"Suami Sandra dan keluarganya juga orang yang cukup disegani dalam dunia bisnis. Sandra tidak pernah kekurangan apa pun meski dia tidak bekerja. Namun, ambisinya menjadi model terkenal membuat dia melupakan kodratnya sebagai wanita." Kata-kata yang sebenarnya ingin Kanaya ucapkan pada sahabatnya itu akhirnya ia ungkapkan pada sang ibu.

"Seharusnya dia tinggal duduk manis menikmati kekayaan suaminya, melahirkan anak-anak dari suaminya, bukan malah susah payah mengejar karir," lanjut Kanaya sambil kembali menghembuskan napas panjang.

Seandainya saja ia menjadi Sandra, ia pasti akan menjadi perempuan yang paling bahagia di dunia karena bisa hidup bersama dengan orang yang mencintainya dan bisa mencukupi hidupnya hingga tujuh turunan.

"Itulah sifat manusia, Nay, terkadang kita tidak pernah merasa puas dengan apa yang kita capai." Rianti menepuk bahu Kanaya.

"Ibu benar. Sandra merasa tidak puas dengan popularitas yang dia capai sekarang, hingga dia rela mengorbankan seseorang yang dicintainya untuk menikah dengan perempuan lain demi mendapatkan pewaris yang diinginkan oleh suami dan mertuanya." Kanaya menatap sang ibu yang masih dengan serius mendengar ceritanya.

"Sandra bahkan tidak sadar kalau saat ini dia sedang menggali lubang untuk kehancurannya sendiri."

"Bu, seandainya saja Sandra menawarkan suaminya pada wanita lain selain aku, aku sungguh tidak yakin kalau perempuan itu tidak akan tergoda dan akhirnya akan menjadi boomerang bagi Sandra sendiri."

"Maksud kamu?" Rianti menatap Kanaya karena merasa penasaran.

"Suami Sandra adalah pria yang sangat tampan. Dia juga seorang pemilik perusahaan. Sean adalah pria yang sangat sempurna. Seandainya Sandra salah memilih perempuan yang akan menjadi istri kedua dari suaminya, aku sangat yakin, kalau Sandra pasti akan sangat menyesal."

"Perempuan itu pasti akan dengan mudah menguasai suami dan juga mertuanya, apalagi, jika perempuan itu benar-benar melahirkan anak yang diinginkan oleh suami dan keluarganya." Kanaya menatap sang ibu tercinta yang dengan serius mendengarkan setiap kata yang keluar dari bibirnya.

"Naya ... seandainya Sandra ternyata tetap menjalankan rencananya untuk menikahkan kamu dengan suaminya, apa kamu juga akan melakukan hal yang sama seperti perempuan yang saat ini sedang kamu ceritakan?"

"Ibu ...."

BERSAMBUNG ....

Akhirnya, setelah seminggu lebih berkutat dengan kesibukan pindahan rumah, otor bisa kembali update hari ini.

Semoga kalian masih stay di sini menunggu otor update. Ngarep! 🤭

Jangan lupa juga baca karya temen otor yang satu ini ya ....

Blurb:

Kisah pahit harus dialami gadis berusia 20 tahun yang tak lain gadis itu bernama Putri Varelina. Gadis malang yang lebih memilih persahabatan ketimbang cinta yang nantinya akan menghancurkan ketiga sahabat itu.

Hinga akhirnya hidupnya hancur lebur setelah ia dinodai oleh mantan kekasihnya yang kini berstatus Suami dari sepupunya sendiri. Mampukah ia bertahan mempertahankan janin yang kini menjadi calon anak dari Suami sepupunya sendiri. Dan mampukah ia berjuang bertahan dari hinaan dan siksaan batin yang dilakukan laki-laki itu yang dengan teganya tidak Sudi untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya tersebut.